Selamat-Membaca!
. . .Gila! Sekarang sudah pukul 3 pagi dan Dewa baru tiba dirumah. Dara yang sedang tidur terlelap pun harus mendengar ketukan berisik dari pintu depan kamarnya. Ia mendengus kesal padahal jelas-jelas pintunya tak terkunci. Dasar Dewa.
Tubuh Dara langsung sigap ketika membuka pintu kamar melihat Dewa yang ingin terjatuh. Dara menatap tajam Dewa yang sedang mengigau tak jelas. Sekarang bau maskulin ditubuh Dewa yang sempat Dara cium beberapa saat yang lalu berganti dengan baru Alkohol yang menyeruak kepernapasan nya.
Dara merebahkan tubuh Dewa. Ia melepas sepatu yang Dewa kenakan lalu turun kebawah untuk mengambil air hangat. Sungguh Dara tak menyangka bisa memiliki suami macam Dewa. Setelah menyiapkan semuanya Dara kembali lagi ke kamarnya.
"Dasar penghianat.."
Gumam Dewa menghentikan aktivitas Dara yang sedang mengganti pakaian atas Dewa seraya mengusap tubuhnya yang berkeringat dingin.
"Kamu penghianat! Dibantuin ko gamau diem. Lama-lama mulutnya Dara sumpel juga nih pake kaos kaki!!" Balas Dara pada Dewa yang sedang terlelap.
Selesai dengan pekerjaanya Dara menyelimuti Dewa yang sekarang sudah benar-benar tidur. Ia mengusap peluh yang ada didahinya seraya duduk di sofa menghembuskan nafasnya lelah.
"Mah nenek nikahin Dara gakira-kira. Orang kaya dia ko dipercaya? Dara ga abis pikir sama jalan pikiran nenek." Adu Dara pada mamahnya menatap langit hitam yang terlihat dibalik jendela.
"Penghianat! Gue benci lo murahan!"
Dara tersentak dari duduknya lalu menatap tajam Dewa yang sedang mengigau.
"Kamu yang penghianat!! Dara bukan cewe murahan yah!! Dasar kutub utara. Dara juga benci sama kamu!!" Bentak Dara yang lagi-lagi meladeni igauan Dewa.
Jika seseorang melihatnya pasti sudah dianggap gila. Yaiyalah gila, orang sedang tertidur masih saja diladeni.
"Tuhkan nenek, mamah sama papah bisa liat sendiri! Dara gasalah apa-apa malah dikatain penghianat, murahan, terus abis ini apa lagi?" keluh Dara.
"LO SAMA AJA KAYA CEWE DILUARAN SANA! CEWE MURAHAN DAN GATAU DIRI."
Kali ini Dara sampai berdiri mendengar suara Dewa yang sedang tertidur. Ia dengan gemas menatap Dewa tajam dan menghampirinya seraya membuka sebelah sendalnya.
Pletuk.
"Bhahahahahaha.."
Dara bahagia! sangat bahagia! Kapan lagi coba bisa mukul kepala Dewa dengan sendalnya ini? Ia sangat gemas dengan Dewa. Dan lagi jika Dewa sudah sadar ia tak bisa memarahinya, karena nyalinya akan menciut ketika Dewa menatapnya dengan sorot mata tajam dan dingin. Seakan tatapan itu menusuk ke hulu hati. Jadi sekarang ia harus puas-puas memarahi Dewa dan mencaci maki pria dingin itu.
"Dara benci yah sama kamu! Kenapa kamu harus ganteng!! Dara ga terima.." kesal Dara lalu memukul jidat Dewa dengan sendalnya lagi.
Hahaha ..
Tawanya lagi-lagi terdengar dari mulut Dara yang sedang menertawai hasil kreatifitasnya. Dahi Dewa merah, tampak jelas dikulit nya yang putih. Ketika Dewa bergerak Dara selalu pura-pura menggigit kuku atau berjongkok agar tak kelihatan. Tapi ketika Dewa sudah kembali lagi terlelap pulas Dara kembali beraksi bersiap untuk mengomel.
"Tau gak sih? Dara benci orang ganteng kaya kamu. Percuma kamu ganteng kalau kelakuan nya kaya gini! Nenek juga kenapa harus nikahin Dara sih sama orang kaya kamu? Hati Dara SAKIT. Sakit ngeliat orang ganteng tapi dingin! Dara gamau yah punya suami kaya gitu!! Kamu bukan suami Dara." Omel Dara bercak pinggang.
"Hikss.. Dara sedih nerima kenyataan ini. Kenapa juga kamu nerima permintaan nenek? Dasar oon kamu. Nikahin orang koma gabilang-bilang sama yang mau dinikahin nya dulu hikss... Dara gakenal siapa kamu. Dara kecewa. Seharusnya hari pernikahan Dara itu hari yang istimewa seumur hidup sekali, tapi Dara sendiri galiat hikss.." Dara menangis sesegukan.
Kali ini tawa Dara tiba-tiba digantikan dengan isak tangisannya.
"Harusnya kamu masuk kedalam mimpi Dara waktu koma. Biar Dara jawab, diizinin atau nggak kamu nikahin Dara."
Dara yang sudah lelah berbicara menghentakkan kakinya menuju sofa panjang dikamar Dewa. Karena mengantuk yang sangat menyiksa tanpa menunggu lama Dara langsung tertidur pulas.
Dewa perlahan membuka matanya. Wajahnya sudah keram menahan tawa dan senyum yang sedari tadi ditahan. Ia samar-samar mendengar semua celotehan Dara yang menggerutu kesal. Rasa pusing dikepala nya masih sangat terasa, kesadarannya pun belum sepenuhnya kembali. Kepalanya masih berdenyut akibat efek samping dari minuman yang ia minum diclub tadi.
Ini semua karena ulah Dara, membuat ia bertambah pening dan pusing. Tapi Dewa heran Dara itu manusia tipekal seperti apa? Tertawa sambil menangis secara bersamaan. Ia meringis memegangi dahinya karena pukulan yang lumayan keras Dari sendal Dara, istrinya sendiri.
Istri biadab.-batin Dewa berucap.
- - - - -
Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]
RomanceBagaimana rasanya tidak hadir dipernikahan sendiri? Bagaimana rasanya menikah dengan orang asing yang tak kita kenal? Bagaikan sebuah kejutan teristimewa dihidupnya, sosok Dara yang baru bangun dari komanya dikejutkan dengan kepergian seorang nenek...