Sadar!

7.9K 430 8
                                    

Selamat-Membaca!
. . .

Tepat dua bulan nenek Silfiah meninggalkan dunia. Berarti juga tepat dua bulan Sadewa Dirgantara menjadi suami sah seorang Dara Diandra.

Tapi sampai sekarang masih belum ada kata cinta yang hadir dihati Dewa ketika melihat Dara yang terbaring koma.

"Kenapa harus lo sih yang jadi suami Dara?" gerutu Niko membuat Dewa memutar bola matanya malas.

Dia bosan mendengar ucapan Niko. Bahkan ia hampir ingin membunuh sahabatnya sendiri karena setiap hari hampir selalu mengucapkan kalimat yang sama.

"Gue udah jelasin. Apa harus berulang-ulang kali biar lo ngerti?" Tajam Dewa.

Niko hanya menunjukan cengirannya seraya menunjukan dua jarinya karena melihat tatapan leser Dewa yang sangat mengerikan.

"Sekali lagi lo ngomong git-"

"Dewa!!" ujar Niko setengah berteriak.

"Apa!! Gue didepan lo ngapain teriak-teriak." ketus Dewa.

"Waaa.."

"Apa sih? Ngomong yang jelas." gemas Dewa yang melihat Niko hanya menunjuk-nujukkan jarinya kearah Dara.

"Tangan Dara bergerak."

Dewa langsung berdiri dari duduknya dan memanggil dokter secepat mungkin.

"Kalian boleh tunggu diluar sebentar." Setelah mengatakan itu dokter masuk menyisakan kekhawatiran seorang Dewa dan juga Niko.

Selang beberapa waktu dokter keluar dengan senyuman ramahnya.

"Bagaimana keadaanya dok?" tanya Niko ketika melihat sang dokter telah keluar.

Dokter itu tersenyum manis.

"Alhamdulillah istri anda sudah sadarkan diri, dan kalian boleh menjenguknya sekarang." jelas sang dokter membuat Niko tersenyum sumringah mendengar kata 'istri anda'

Dewa hanya menatap datar keduanya. Tanpa aba-aba Dewa langsung masuk kedalam meninggalkan Niko yang masih tersenyum senang.

"Gimana?"

Dara menoleh lalu mengerutkan keningnya tanda bingung. Bingung dengan pria dihadapanya ini yang tiba-tiba datang dan bertanya seperti itu.

"Kamu siapa?"

"Saya Dewa," ujar Dewa dingin.

"Saya kok bisa ada disini?"

"Kamu kecelakaan."

Dara mengingat-ingat kejadian yang lalu. Ia sekarang ingat bahwa dirinya kemarin malam tertabrak mobil seseorang ketika hendak menyebrang jalan. Ah, dan jangan lupakan neneknya yang pasti sekarang sangat mengkhawatirkan dirinya karena belum pulang.

"Aww.." ringisan terdengar dari mulut Dara ketika hendak duduk bangun dari tidurnya.

"Lo gapapa? Ada yang sakit? Bilang sama gue."

Dara kembali bingung menatap seorang lelaki yang berbeda dari yang sedang berdiri tak jauh darinya. Yah, dia Niko yang baru saja masuk, bukan Dewa yang hanya diam dengan wajah datarnya.

"Tubuh saya rasanya sakit semua." Jelas Dara dengan suara yang masih lemah.

"Lo kan baru sadar dari koma panjang." jelas Niko seraya tersenyum manis, dan membantu Dara agar kembali berbaring lagi.

Dara mengerutkan keningnya dengan bingung. Koma? Dia koma? Lalu siapa yang menjaga neneknya dirumah?

"Saya koma berapa lama?"

"Empat bulan yang lalu, dan kabar buruknya nenek Silfiah meninggal dunia sejak dua bulan yang lalu."

Dara sontak syok mendengar penjelasan pria dihadapannya. Matanya mulai berkaca-kaca mendengar ucapan lelaki itu. Apa Dara sedang dikerjai? Rasanya baru kemarin ia melihat kondisi sang nenek yang mulai membaik dan sehat kembali. Tapi hadiah apa ini?

"Kamu kenal nenek saya?"

Niko mengangguk.

"Kamu pasti bercanda yah? Perasaan kemarin saya liat nenek saya yang mulai sehat dari sakitnya. Masa sekarang meninggal?" tanya Dara yang masih sangat tak percaya.

"Lo liat dimana? Lo kan koma gak sadarkan diri," jelas Niko membuat Dara menelan salivanya.

Jadi benar ia koma? Lalu ia melihat dimana neneknya? Apakah itu cuma mimpi atau bahkan khayalanya saja?

"Kalo bener nenek udah pergi, boleh saya liat makamnya?" Tanya Dara dengan air mata yang sudah berlinang membasahi wajah pucatnya.

"Kondisi lo masih lemah, sekarang lo harus banyak istirahat. Kalau lo udah sehatan, dan rumah sakit udah ngizinin lo pulang baru lo boleh kemakam nenek lo."

Dan Dewa hanya diam memperhatikan.

- - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

ISTRI KOMAKU [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang