It all started with a broken heart

43.9K 3.4K 131
                                    

'Ra, aku mau bicara. Bisa ketemu setelah pulang kantor? Selesai aku meeting, kita ketemu, ya.'

Pesan dari Aditya, pacar Ara membuat Ara harus pulang on time dari kantor dan sekarang ini dia sedang menunggu pacarnya di kafe yang ditunjuk. Walau mereka bekerja di kantor yang sama, Ara jarang pulang-pergi bersama Didit karena mereka ada di divisi yang berbeda.

Ara sudah menunggu nyaris setengah jam sampai dilihatnya Didit muncul di pintu cafe.

"Maaf, aku telat. Macet, Ra." Pria itu beralasan saat dia menarik kursi kosong di hadapan Ara.

"Iya, tau. Kelihatan, kok, padetnya dari sini," jawab Ara tak peduli. Dia kembali menghirup isi cangkir kopinya yang sudah mendingin.

Sebetulnya Ara tahu pembicaraan kali ini akan mengarah ke arah mana. Terutama saat dia lihat Didit sangat gugup, tak henti-hentinya mengusap-usap telapak tangannya sendiri. Lima tahun bersama membuat Ara hapal dengan segala kebiasaan pria itu.

Ara menarik napas panjang, memutuskan untuk membuka pembicaraan walau tadinya dia berharap pria di hadapannya memiliki sedikit saja keberanian untuk mengutarakan kebenaran.

Ara bukan orang bodoh. She's not blind too. Dia juga bukan orang yang bisa dibohongi begitu saja. Most women investigate better than FBI, begitu pun dengan Ara.

"Aku mau putus ...." ucap Ara tiba-tiba membuat Didit terperangah kaget.

Belum sempat Didit menyahut, Ara cepat-cepat melanjutkan. "Itu juga yang mau kamu omongin, kan? Well, mending aku yang bilang duluan. Aku mau kita putus."

"Ra ...." gumam Didit yang terlihat salah tingkah.

"Gak usah minta maaf. Gak penting juga. Aku cuma males aja diomongin di belakang terus. Walau sebetulnya gak masalah. I don't care if people talk shit about me, I was raised to flush shit down the toilet. So ...." Ara mengangkat bahu, menyakinkan Didit bahwa dia tak akan ambil pusing.

Sudah lama gosip tentang pacarnya berselingkuh dengan rekan kerja di kantor yang sama berhembus sampai ke telinga Ara.

Ara diam saja, awalnya masih ada di tahap denial sampai tiga bulan lalu dia menemukan buktinya sendiri.

Tidak, dia tidak mengkonfrontir, menjambak rambut si selingkuhan atau mencebokinya dengan cabai setan. Dia tak sudi mempermalukan dirinya sendiri sampai ke tahap itu. Ara hanya memilih untuk diam, menunggu saat yang pas untuk membuat mereka malu dengan sendirinya.

Dibiarkan saja mereka berdua menjadi bahan pergunjingan sampai semua rekan kerja yang tahu, memihak pada Ara. Ara bersikap layaknya malaikat yang teraniaya, wanita yang sabar dan bijaksana, dengan tekad saat mereka berdua bersama, orang akan berkata,

'Didit bego maksimal ninggalin orang sebaik Ara buat cewek yang begitu doang bentukannya!'

Ara meraih tas tangannya, lalu bangkit. "Udah, kan? Gak ada yang perlu diomongin lagi," ucapnya dingin.

Terdiam, Didit menggeleng.

Baru dua langkah, Ara berbalik memanggil Didit lagi. "Oh, ya. Semoga hubungan kamu dengan Siska lancar ya, Dit. Ada baiknya kamu intropeksi juga. Sekali-kali, coba tutup mata kamu, bayangin kalau kamu punya anak perempuan, trus anak kamu nge-date sama orang macem kamu. Did you smile? Kurasa yang ada kamu minta anak kamu buat buru-buru pisah!"

-----------

At the same time, in another place.

Telepon dari seseorang yang sudah Darren tunggu membuat pria itu menghentikan kegiatannya.

Hanya butuh tiga dering sebelum Darren cepat meletakkan sisir untuk merapikan rambutnya dan menjawab panggilan tersebut.

"Yes, Princess, kamu udah siap? Bisa langsung aku jemput?" ucap Darren sebelum yang di seberang sana berucap apapun.

"Oh my God, kakak udah siap jalan ya??" seru wanita itu dengan nada panik.

"Errr, what happened, Princess? Are you okay?"

"Well, aku mau minta maaf ke Kakak. Bisa gak kita undur acara makannya? So sorryyy... Aku jahat banget, deh, cancel di last minute gini."

Darren terdiam, memejamkan mata sejenak. "It's okay, kamu juga belum bilang mau makan di mana, kan," jawabnya mencoba bersikap seakan tidak ada apa-apa.

"Really?" tanya wanita itu tak yakin.

"It's alright, Princess. Kita masih bisa janjian di lain waktu."

"Goshhh!! You're my favorite person ever. Love you, Kak!" seru wanita itu lega.

"Kamu ada acara mendadak?" tanya Darren lagi.

"Ummm, Keenan ngajak aku ketemu karena ternyata dia juga baru pulang ke Jakarta. Dia cuma di sini sampai besok, so ...."

Kening Darren berkerut tak setuju. "Kupikir kalian udah putus!!" serunya tak senang.

"Well ... Sepertinya masih ada yang bisa diperjuangkan lagi. Tadi aku udah ngobrol banyak sama dia. Finally!! Setelah tiga bulan break dan aku nutup jalur komunikasi. Aku baru buka semua email yang dia kirim dan itu ada ratusan! Kubaca satu-satu dan kurasa masalah kami jelas cuma satu. Komunikasi."

"So?" balas Darren dingin.

"Gak adil kayaknya kalau aku gak nemuin dia secara langsung dan bicarakan semua dengan cara yang baik. Kakak tau kan aku pun kadang bisa jadi orang yang nyebelin banget. And now I know I owe him an apology."

Darren kembali terdiam walau akhirnya berucap. "Okay, good luck with Keenan."

"Thank you, Kak D. Next kita janjian lagi, aku yang traktir!"

"See ya, Nash."

"Bye!! Love ya ...." Nash cepat menutup panggilan teleponnya.

"Love you too ...." bisiknya pelan.

Darren duduk, mengangkat telepon di meja kerjanya, menekan satu nomor.

"Kesha, tolong batalkan reservasi malam ini."

"Lho .... Eh, baik, Pak. Ada lagi yang bisa saya bantu?"

Darren terdiam sejenak. Dari minggu lalu dia sudah membuat reservasi di restoran Jepang mewah kesukaan Nash. Berharap bisa membuat si Princess kesayangan yang murung selama tiga bulan terakhir ini dapat melupakan patah hatinya.

Akan tetapi, rencananya tak bisa berjalan semulus yang dia duga.

Darren memerhatikan tumpukan dokumen yang menunggu untuk dia baca, lalu dia mengambil keputusan.

"Kes, kamu saja yang makan ke sana. Tagihan bisa dibebankan ke saya."

Sekretarisnya tak menjawab. Sepertinya dia masih syok dengan perintah Darren.

"I'm serious. Kamu pulang aja, makan di sana ajak teman kamu. Saya masih mau di kantor dulu. Gak usah ditunggu."

"Ba... Baik. Terima kasih, Pak."

Darren bergegas memutus saluran telepon, meraih berkas di meja, membaca isinya. Berharap tumpukan dokumen itu bisa mengalihkan perhatiannya dari rasa kecewa yang tak kunjung hilang.

-----------

Holla, ketemu lagi sama rempongers. (Semoga belum pada bosen) 😂😂😂

Diusahakan update setidaknya seminggu sekali. Wish me luck! 😊😊

Luv,
NengUtie












Miss AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang