"Kamu mau ikut aku gak?" tanya Darren ke Ara yang sedang tidur telungkup sambil memainkan ponselnya.
"Ke mana?" Ara balas bertanya.
"Acara keluarga."
Seketika itu juga Ara terdiam. Darren menunggu selama dua menit, tetap tak ada jawaban. Sehingga dia memutuskan untuk mendekati Ara, duduk di sebelahnya. Darren mengusap-usap punggungnya. "Kamu kan udah pernah ketemu mamaku, ketemu Kak Ardi, nanti ada Aska juga kok," bujuknya mencoba meyakinkan Ara.
Selama Darren menjalin hubungan dengan Ara, tak ada satu pun dari mereka yang coba untuk mengenalkan diri ke keluarga. Bukan Darren tak mau, tapi, Ara yang sepertinya masih gemar menunda.
Dua kali dia bertemu mama Ara. Itu pun secara tak sengaja. Ketika Darren hendak menjemput Ara untuk makan siang, dia bertemu mamanya dan dikenalkan biasa saja oleh Ara, tidak diproklamirkan sebagai kekasihnya. Walau dalam jangka waktu dua minggu berikutnya, Darren berinisiatif sendiri melalui Kakak Ara yang dia kenal baik karena selama ini dia sudah menjadi pelanggan tetap, untuk mengajak Ara dan keluarganya makan malam agar mereka bisa saling mengenal.
Darren masih tak bisa mengerti kenapa Ara seakan berusaha menjaga jarak aman agar Darren tak terlalu dekat dengan keluarganya. Padahal selama acara makan malam, --yang membuat Ara merengut sepanjang malam-- sepertinya Darren bisa membangun hubungan yang baik dengan mamanya Ara.
Bukan berarti Darren tak dikenalkan dengan inner circle-nya Ara. Ara jauh lebih terbuka akan hubungan mereka dengan sahabat-sahabatnya. Darren sudah mengenal Shera, Tania, dan juga Annisa yang Ara akui sebagai sisters from another mother and thank God, also from another father.
Sementara, Ara baru mengenal Ardi dan Aska saja, walau Ara sudah jauh lebih mengenal Aska karena pernah Darren ajak menemaninya saat dia ada urusan bisnis di London dengan Aska. Itu pun bukan untuk bersenang-senang, tapi karena Darren sudah sangat sibuk selama tiga minggu penuh dan nyaris tak ada waktu untuk menemui Ara meskipun mereka bertetangga. Demi mendapat quality time berdua, Darren mengajak Ara pergi walau hanya untuk tiga hari saja.
"Kapan Acaranya?" tanya Ara pelan.
"Hari Sabtu, minggu depan."
"Tanggal segitu aku udah di Singapore sama Shera dan Tania. Annisa gak ikut soalnya dia lagi hamil muda dan mabok parah," jelas Ara.
Darren terdiam. Dia ingat kalau Ara pernah bercerita kalau dia dan sahabatnya selalu membuat acara liburan tahunan. Me time yang dilakukan dari sejak mereka masih sekolah sampai sekarang saat yang lain sudah berumah tangga dan memiliki anak.
"Oh, minggu ini kamu jalan-jalannya?"
Ara mengangguk. "Iya, dari hari Kamis. Cuma empat hari, kok. Gak lama-lama. Next time aja ya, D. Gak enak kan kalau aku batalin. Soalnya belum tentu Shera sama Tania bisa dapet jadwal cuti barengan lagi.
Darren mengecup puncak kepala Ara. "Iya, gapapa," jawabnya mencoba menutupi rasa kecewa.
-----------
Seperti biasa, kalau kumpul acara keluarga akan selalu ramai terutama kalau diadakannya di rumah Papi Al. Demi menghindari Aska yang iseng saja memainkan piano dan bernyanyi kencang-kencang walau semua orang sudah berteriak meminta dia berhenti karena suaranya sumbang, Darren pergi menuju ke arah kolam renang, duduk di salah satu bangku santai, berpikir untuk menghubungi Ara yang akhir-akhir ini agak sulit diajak mengobrol karena asyik liburan.
Darren meraih ponselnya, mencoba menghubungi Ara via video call.
Baru beberapa detik, wajah Ara langsung muncul di layar ponselnya. Sepertinya Ara sangat menikmati liburan bersama teman-temannya karena dia sedang tertawa kencang ketika menjawab telepon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Ara
RomanceCerita tentang Darren Pramudya dan Aurora si tukang kue. another rempongers project. (sinopsis menyusul kalau udah ada ide)