Ara melambai-lambai ke arah Arlingga si Barista tambun yang menolak dibilang 'kelewat sehat'. --bilang aja chubby tak hanya di pipi, Ra!-- Tadinya mereka niat nonton bareng, tapi di menit terakhir Rangga mendapat tugas tambahan untuk menyortir kopi yang baru datang.
Hari ini Ara sudah menyelesaikan dua custom cake ukuran besar yang membuat tangannya terasa kebas. Yang dia inginkan saat ini hanya pulang, pesan bucket chicken wing dengan cola float, nonton TV series sampai ketiduran dan mengulangi hal itu keesokan harinya. Besok jadwal Ara libur!
Baru saja memakai topi karena di luar agak rintik-rintik, tiba-tiba saja kakaknya memanggil.
"Ra!!! Ara!!!"
Ara menghela napas, lelah. 'Ada apa lagi, sih?' rutuknya dalam hati, namun tetap menghampiri Septy yang berdiri tak jauh dari counter kue.
Pandangan Ara jatuh pada pria tinggi menjulang, berambut cokelat keemasan, dan berwajah jenaka.
'Eh, ganteng!' pikir Ara saat melihat pria itu tersenyum ke arahnya.
"Ra, bisa bikin sacher torte?" todong kakaknya saat Ara sedang mengagumi wajah pria di depannya.
"Bisa, kalau ada bahannya," jawab Ara enteng.
Septy mendelik, kesal. "Ya bahannya masih ada gak?"
Walau enggan, Ara mengalihkan pandangan dari si Orang tampan ke arah kakaknya. "Kan dari minggu lalu aku minta apricot jam! Kenapa belum disediain juga?" balasnya pedas. Kurang istirahat kerap membuat Ara galak dan tak kenal tata krama.
"Karena kita niatnya buat sacher torte di minggu pertama aja setiap bulan."
Ara nyaris bersumpah-serapah. 'Dia yang bikin aturan, kenapa pakai nanya ke Ara lagi?'
"Kenapa emangnya?" tanya Ara.
Kakaknya menunjuk si pria bule itu. "Si Mister ini minta dibuatin sacher torte."
"Oh, kayaknya masih ada apricot jam di tempatku, deh. Bisa kalau cuma untuk satu porsi kue aja."
"Butuhnya diantar jam 8 besok pagi, Ra!" desis kakaknya.
"Eh, Whattt????" pekik Ara.
"With additional 50 cup cake," tambah pria bule itu lagi.
Ara melongo, matanya mengerjap-ngerjap tak percaya. "Harus banget kelarnya besok pagi? Ini bule sakit jiwa atau gimana, sih?"
Tawa mendadak tersembur dari pria yang berdiri tak terlalu jauh dari mereka. Ara menoleh, akhirnya matanya yang tadi hanya terfokus ke si Bule sinting sekarang fokus memandang si pria bule satu lagi.
Saat melihat dia, Ara merasa sangat familiar dengan wajahnya. Dia mencoba menggali-gali ingatannya yang ala 'Dory' di Finding Nemo karena kerap melupakan nama dan wajah.
Pria itu berdehem sedikit menutupi tawa, lalu menepuk bahu temannya. "Told you is not gonna work, Aska!"
"Umm, kadang saya memang agak keterlaluan, Mbak, tapi bisa dijamin saya masih waras," jawab pria yang dipanggil Aska itu setengah tertawa. "Dan saya bersedia membayar empat kali lipat untuk request saya," tambahnya lagi.
Ara dan kakaknya saling berpandangan. "Need all hands on deck kalau mau selesai besok," ucap Ara.
"Oke, nanti aku bilang ke dapur."
"Cuma bisa buat satu sacher torte. Untuk cup cake mau varian apa?" Ara bertanya ke Aska.
"Red velvet seems nice."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Ara
RomanceCerita tentang Darren Pramudya dan Aurora si tukang kue. another rempongers project. (sinopsis menyusul kalau udah ada ide)