Let it burn

16.4K 3.2K 120
                                    

Princess Nash
Did you forget about me? Kenapa kita gak pernah ketemu lagi? 😭😭😭

Darren menatap pesan singkat dari Nash yang baru saja masuk. Dia merenung memikirkan isi pesan itu.

Nash ada di Jakarta selama berbulan-bulan adalah hal yang sangat jarang terjadi. Dia ingat, dulu, jika hal ini terjadi, biasanya dia akan sibuk menyisihkan waktu luang, mencari cara untuk bertemu walau hanya sebentar. Namun, kali ini tidak sama seperti dulu lagi. Mungkinkah perasaannya benar-benar sudah berubah sepenuhnya?

Ada satu masa di mana dia pernah berusaha keras untuk melupakan Nash, meniadakan cinta yang tumbuh begitu saja. Akan tetapi, semakin dia menghindar, rasa itu menariknya semakin dalam. Jadi, dia mendiamkan saja. Membiarkan dirinya tersiksa akan rindu yang seperti candu.

Herannya, saat ini, ketika dia tak melakukan apapun, dia malah bisa melupakannya sama sekali.

Darren melihat pesan itu sekali lagi. Dia mengecek jadwal kerjanya, lalu mulai mengetikkan pesan.

Kak Darren
I'm so sorry, Princess, akhir-akhir ini aku sibuk. How about tomorrow? Can we go for dinner?

----------

"So?" tanya Ara tanpa basa-basi saat Darren sedang menikmati sarapan di Moi's cafe. Dia langsung duduk di hadapan Darren, ekspresinya terlihat seperti orang yang penasaran akut.

Darren mengabaikannya, memilih untuk menggigit potongan besar pastry, mengunyah perlahan, meminum kopi, dan meneruskan makan lagi. Sepenuhnya tidak mau menjawab sehingga sahabatnya itu merengut kesal.

"Ih, gak mau curcol!" rutuk Ara padahal dia sangat penasaran. Kemarin, saat dia dijadikan kurir khusus Darren yang kadang minta diantarkan kue ke tempatnya, Darren terlihat sangat rapi seperti mau pergi. Saat ditanya, Darren hanya menjawab singkat setelah mengambil kue dari tangan Ara dan mentransfer sejumlah uang ke rekening si 'kurir' sesuai dengan tagihan, bahwa dia hendak makan malam dengan Nash.

"Apa yang harus diceritain?" tanya Darren bingung.

Ara memutar bola mata dengan ekspresi mengejek. "Ya dinner-nya lah!!"

"Oh, steaknya enak," jawab Darren.

"Auk amat!!" gerutu Ara, bibirnya cemberut. Padahal dia sedang ada dalam mood semangat bergunjing, namun Darren mematikan imajinasinya.

Darren tersenyum tipis. "Aku jemput ke rumahnya, kasih kue yang kemarin ke Bunda Grace, pergi makan, abis itu kuanter pulang. Yang kayak begitu kan gak penting buat diceritain," jawabnya.

"D, I'm not in the mood for process. Aku tuh kepo bagian dramanya! Romance-nya! Jiwa romantis dramatis lagi meronta-ronta dari kemarin, nih!" seru Ara berapi-api.

Darren memicingkan mata, menatap tajam. "Kamu tuh lagi gak ada kerjaan ya? Kok lebay?"

Ara mengibaskan tangan tak peduli. "Hari ini mau bikin 200 cup cake. See, kerjaan aku banyak, tapi aku belum bisa tenang kalau kepo belum kelar."

"Ya cuma makan ajaaaa ... Sama aja kayak kalau kita makan bareng. Apa menariknya, sih?"

Ara bersidekap. "Sebetulnya kalau aku makan sama kamu itu menarik, sih. Soalnya biasanya kamu yang bayar."

"Oke, next giliran kamu yang traktir dan aku maunya ke Holycow," balas Darren tepat sasaran.

"Iyaahhh, tunggu gajian ya. Duit abis kemarin buat beli serum sama pelembab. Gak ada diskon soalnya. Habis, kok, barengan. Bikin cekak aja, ih!" keluh Ara.

Darren tertawa. "Kutunggu. Gajian cuma tinggal seminggu lagi ini."

"So? How's your feeling? Hati aman kan? Gak gremet-gremet ganggu?" tanya Ara lagi.

"Aman, aku gak kena hepatitis."

Kesal, Ara memukul bahunya Darren kencang. "Asli ngeselin!"

Darren tertawa melihat wajah cemberut Ara. "Biasa aja," jawabnya pada akhirnya.

Dijawab seperti itu Ara malah makin penasaran. "Biasa aja gimana maksudnya?"

"Ya flat. Aku gak tau juga ngegambarinnya gimana. Cuma kayak udah ada di titik di mana I'm no longer care with how I feel about her."

"Numb?" Ara mencoba mencari perumpamaan yang tepat.

"Correct!" jawab Darren. Jemarinya menunjukkan tanda setuju.

Ara menarik napas dalam. Pikirannya agak menerawang. "Mungkin kayak perasaanku lama setelah Didit ketahuan selingkuh kali ya."

"Hah?" tanya Darren tak mengerti, sementara Ara mencoba menjelaskan lagi.

"You know, like ... Your hearts burns ... Burns ... Burns, and suddenly turns to ice."

"Yeah, you probably right," jawab Darren getir.

-------------

Partnya singkat? Memang!! Soalnya ditulis cepet-cepet padahal neng mau pergi. 😂😂😂

Cuma memenuhi janji karena part kemarin hit 1k dalam waktu singkat aja.

Thank you all! 😘😘😘😘

Next kalau urusan udah kelar, semoga bisa nulis dengan durasi jauh lebih normal.

See ya soon. 😊😊😊

Luv,
NengUtie







Miss AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang