Bulu kuduk Ara meremang dengan sendirinya saat Papa Darren yang baru kali ini dia temui memanggil namanya seakrab itu. Mengingat anaknya saja saat awal berkenalan selalu memangilnya sesopan mungkin, Miss Ara, yang dia yakini dipelajari dari papanya. Seketika itu juga, tingkat kewaspadaannya naik hingga ke level tertinggi. Apakah artinya Papa Darren diam-diam sudah menyelidiki tentang dirinya?
Ara memaksakan diri untuk tetap tersenyum. "It's a pleasure to meet you ...."
Ucapan Ara terhenti sejenak saat dia merasa kesulitan harus memanggil Cakra seperti apa. Apakah harus dipanggil, Pak, Sir, Mister, atau ....
"Panggil Om Cakra aja, Ra," ucap Shane yang seakan memiliki kekuatan super untuk membaca pikiran.
Ara tersenyum, mengangguk sopan ke arah Cakra, lalu menyerahkan buah tangan yang sudah dia siapkan ke Shane. "Ini, Tante, mungkin bisa untuk tambahan dessert, Darren bilang, Tante suka Sacher torte."
"Wah, terima kasih, Ara. Harusnya kamu gak usah repot-repot," seru Shane senang.
Cakra berdecak kesal, menatap Darren tajam. "Kenapa kamu gak sekalian bilang, kalau papa suka Chantilly cake?"
Darren hanya menepuk ringan bahu papanya. "Sorry Dad, I always on mom's side," balasnya datar.
Ara menggelengkan kepala, ikut menatap Darren, menyalahkan. "D, come on. Padahal kamu tau aku juga jago buat Chantilly."
"I'm so sorry for this misinformation, Om. Maybe next time I'll bring two cake at once," tambah Ara lagi dengan nada sama kakunya seperti nada suara Darren.
Shane malah tertawa, mengatakan kalau Ara tak perlu repot-repot karena dia malas kalau nanti harus menyuruh Cakra diet lagi.
Suasana menjadi semakin cair saat mereka sudah duduk di meja makan, memulai percakapan dengan joke-joke internal keluarga seperti Darren tak perlu khawatir Ara akan sakit perut karena makanan yang ada di meja bukan masakan mamanya. Ucapan Cakra langsung dibalas oleh Shane kalau Cakra tidak diperkenankan mencicip dessert sama sekali.
Darren juga bercerita soal 'sup ayam lezat' buatan mamanya yang benar jadi lezat setelah diperbaiki oleh Ara. Diledek seperti itu membuat Shane ikut mengancam anaknya kalau dia tak boleh makan sekarang, tunggu saja sampai mamanya membuatkan dia makan malam khusus racikan tangannya.
"So, how you'd meet him, Ara?" tanya Cakra saat mereka mulai menyantap main course.
"It's just coincidence. And actually it was an embarrasing moment," jawab Ara malu-malu. Dia dan Darren beberapa kali membicarakan peristiwa perkenalan mereka yang super absurd untuk dijadikan bahan olok-olok atas kebodohan mereka berdua.
"Really?? Tell me ... Tell me!!" seru Shane bersemangat.
Ara dan Darren saling menatap, mengenang peristiwa itu dan mereka sama-sama tak kuasa menahan tawa.
Walau terasa memalukan, akhirnya Ara menceritakan secara garis besarnya saja kalau Darren salah mengenali orang sementara Ara juga tidak sadar kalau dia salah menggandeng orang.
"Trus kalian saling tukar nomor telepon?" cecar Shane penasaran.
Ara cepat-cepat menggeleng. "No we're not."
"It's just like the universe wants us to meet again, Mom," tutup Darren setelah dia ikut menjelaskan pertemuan-pertemuan tak sengaja mereka lagi.
Menjelang dessert, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari Cakra menjadi lebih kompleks. Soal hobi Ara memasak yang menjadikan dia sekarang berprofesi jadi tukang kue, pekerjaannya sebelum menjadi tukang kue yang membuat Ara mau tak mau menjelaskan soal pendidikan terakhirnya di University of Sidney. Tak lupa diselipkan juga pertanyaan-pertanyaan casual yang memancing Ara untuk membicarakan pandangan hidup dan visi dia ke depan.
![](https://img.wattpad.com/cover/197544503-288-k480499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Ara
RomanceCerita tentang Darren Pramudya dan Aurora si tukang kue. another rempongers project. (sinopsis menyusul kalau udah ada ide)