Aku menggelengkan kepalaku setelah mendengar cerita Justin. Dia benar benar keterlaluan.
"Brotha, jangan fikir aku tidak tau tentang hal itu. Aku tau semuanya dia sudahmemberitahuku. Semuanya Justin. Semuanya"
Dia hanya tersenyum miring dan mendengus pelan. Sejujurnya aku ingin memukul kakaku yang sialan ini.
"Bukankah sebelumnya kita berniat menyakitinya hm? Dan kalau tidak salah kau yang paling berambisi untuk menyakiti, apa kau lupa Josh?"
Aku akui awalnya aku ingin menyakiti Candice tapi semua itu berubah ketika dia memberitahuku tentang hal yang selama ini Justin dan dia sembunyikan. Aku ingin melindungi candice sekarang bukan untuk menyakitinya.
"Memang iya, tapi setelah aku tau semuanya aku tidak ingin kita tepatnya kau menyakitinya. Tidakkah kau pikir akan satu hal Justin? Dia sangat menyayangi Candice dan Candice sangat berarti untuknya"
"Josh Josh haha, kau juga harus tau satu hal. Gadis sialan itu yang telah membuat dia menderita. Aku bingung kenapa kalian berdua menjadi bodoh seperti ini apa sih bagusnya Candice?"
Aku menggelengkan kepalaku. Percuma jika aku meladeni Justin yang keras kepalanya bukan main.
"Kau belum tau tentang satu hal Justin, ada saatnya kau akan mengetahui kenapa dia sangat menyayangi candice. Aku harap kau membuka matamu Justin, lihatlah kehidupan Candice yang lebih dalam"
Aku meninggalkan dia yang hanya tertawa mendengarkan perkataanku. Aku harus menemui Candice sekarang. Demi Tuhan hanya laki laki bodoh yang mau menyakiti dan mencampakkan gadis se indah Candice, aku mengedarkan pandanganku saat akutiba dikelas candice aku melihatnya tengah menahan tangisnya. Aku berjalan mendekatinya. Sudah satu minggu aku dan dia tidak berbicara.
"Hey. Ayo ikut denganku"
Aku langsung to the point. Dia menggelengkan kepalanya tak mau.
"Ayolah, sebentar saja"
Dia memandangku sekedar meyakinkannya aku mengulas senyuman termanisku. Aku menggenggam tangannya dan membawanya ke halaman belakang kampus. Aku butuh berbicara dengannya. Sepanjang perjalanan dia hanya diam dan terus menundukkan kepalanya. Sesampainya kami di halaman belakang aku dan candice duduk dikursi panjang yang ada disana.
"Aku tau. Menangislah jangan kau pendam seperti ini, rasa sakitnya akan semakin terasa"
Aku memeluknya sedetik kemudian aku dapat mendengar isakannya. Entah kenapa seakan akan aku merasakan rasaa yang sesak saat melihat candice menangis seperti ini. Aku membelai rambutnya pelan.
"Aku menyukainya Josh. Aku menyukainya"
Ucapnya disela tangisannya. Kumohon, jaga dia seperti kau menjaga kakakmu sendiri. Anggap saja dia adalah kakak perempuanmu, aku sudah lelah memperingati Justin. Harapanku hanya kau Josh untuk sekarang ini.
Aku akan menjaga Candice. Aku berjanji.
*****
LeonardoPOV*
Ini benar benar diluar pikiranku. Bagaimana mungkin pelaku pengeboman yang terjadi di kampus tepatnya seminggu yang lalu adalah dia? Yatuhan.
"Demi Tuhan Lana? Dia? Dang it."
Lana menghembuskan asap rokok dan memandang Leonardo dengan tatapan menuntut.
"Dengar, aku tidak ingin ada alasan apapun. Kau harus memberi pelajaran kepada pelaku ini, kau harus adil Leo. Candice hampir mati dan dia kehilangan Sahabatnya apa kau akan diam saja hm? Ayah macam apa kau ini"

KAMU SEDANG MEMBACA
TITANIUM
FanficAku tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, tidak pernah. - Candice Swanepoel Di Caprio Aku akan membuat kau merasakan sakit yang aku rasakan candice. - Justin Drew Bieber