Sudah dua jam mereka semua menunggu didepan ruang UGD. tapi belum ada satu dokter pun yang keluar. Justin sedari tadi hanya diam mematung memandangi pintu ruang UGD.
"Kapan mereka akan keluar? sudah dua jam dan tak ada kabar sedikit pun, apa yang terjadi didalam sana" Lirih Lana. Lana terlonjak kaget saat salah satu suster membuka pintu UGD dan berlari tergesa gesa diikuti dua suster dibelakangnya.
beberapa saat kemudian para suster tersebut kembali membawa beberapa macam alat, sontak membuat semua orang yang menunggu seperti mendapat serangan Jantung. Justin mencekal salah satu tangan suster tersebut. "Apa yang terjadi?" suaranya terdengar serak, dia tidak bisa menyembunyikan ke khawatirannya terhadap Candice.
"Kondisi pasien tiba tiba menurun, maaf sir saya harus kembali kedalam" Justin pun melepas cekalannya, dia tidak bisa menahan emosinya lagi sekarang. Dia hendak pergi tapi Josh menahannya.
"Jangan sampai kau ikut ikutan bertindak tolol Justin. bersabarlah, dan kendalikan emosimu. dia akan baik baik saja" Josh mencoba menenangkan Justin dan tampaknya itu berhasil karena Justin langsung duduk.
"Sebaiknya kalian pulang terlebih dahulu, ganti pakaian kalian. setelah itu kalian boleh kembali kemari, lihat penampilan kalian" Leo menunjuk Barbara, Rosie, Selena, Behati dan Lindsay. "Kalian terlihat buruk dengan maskara kalian yang luntur dan rambut yang sudah tak tertata rapih, Pulanglah. Candice pasti sedih melihat kalian seperti ini.
"Benar apa yang dikatakan oleh Leo, benahi diri kalian dan kalian para lelaki juga. baru kalian kembali kesini" Mereka semua mengangguk. Tidak dengan Justin. karena tanpa ditanya pun semua orang tahu dia akan memilih disini, menunggu kabar Candice. mereka semua pamit kepada Lana dan Leo. Justin melirik Lana dan Leo yang sejujurnya mereka berdua juga sama kacaunya dengan teman teman candice yang lain.
"Kalian juga harus membenahi diri kalian. Aku akan menungguinya disini" Lana dan Leo saling melirik, mereka menyadari bahwa mereka juga sama. "Aku akan menjaganya tenang saja" Seolah olah Justin mengerti tatapan yang Leo berikan kepadanya.
"Hubungi kami jika dia sudah sadar, aku akan mengantar Lana karena kondisinya yang masih shock aku tidak yakin dia bisa mengendarai mobilnya sendiri"
Justin menganggukkan kepalanya "Berhati hatilah" ucap Justin dan Leo menganggukkan kepalanya dan berlalu bersama Lana.
Leo mempercayai Justin, bagaimana pun juga tetap saja dia akan tetap mempercayai Justin. Karena dia tahu, Justin yang sesungguhnya tidak akan menyakiti Candice. Selang beberapa menit setelah Leo dan Lana pergi tiba tiba salah satu dari dokter yang menangani Candice keluar dengan wajah paniknya "Dimana keluarga Di Caprio?" Tanya sang dokter.
"Apa yang terjadi?" Justin mengabaikan pertanyaan sang dokter "Pasien sedari tadi terus meracau nama ibunya dan nama Justin. kami minta kedua orang tersebut untuk masuk kedalam, karena dia tidak bisa diam dan itu membuat kami sulit untuk menghentikan darah yang keluar dari kepalanya karena pasien terus saja bergerak tanpa membuka matanya" Justin merasakan ada sesuatu yang menohok tepat di Jantungnya.
"Saya yang bernama Justin. ibunya sudah meninggal, boleh saya masuk?" sang dokter menganggukkan kepalanya, Justin pun langsung masuk kedalam dan dia dapat melihat dengan jelas bagaimana para suster tengah menahan tubuh Candice. Justin memberi kode kepada para suster untuk melepaskan tangan mereka untuk menahan Candice.
"Mom..... bawa aku, kumohon" Lirih Candice, saat ini kondisinya benar benar buruk karena dia belum bisa membuka matanya. alam bawah sadarnya saja yang bergerak.
Justin menghampiri Candice dan langsung menggenggam tangan Candice. "Candice, kumohon" Justin berbisik tepat ditelinga Candice. candice hanya bergumam tidak jelas

KAMU SEDANG MEMBACA
TITANIUM
FanfictionAku tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, tidak pernah. - Candice Swanepoel Di Caprio Aku akan membuat kau merasakan sakit yang aku rasakan candice. - Justin Drew Bieber