CandicePOV
Aku melangkahkan kakiku dengan gontai menuju kearah makamnya. Demi Tuhan, aku masih tidak percaya dia pergi secepat ini. Aku mencarinya selama dua tahun belakangan ini dan aku menemukannya lalu dia pergi begitu saja. Tuhan, kumohon jaga Jason, Ibuku, dan Kendall. Aku menyayangi mereka. Aku berjongkok dan menaruh bunga diatas makamnya.
Jason Drew Bieber
Tertera dengan jelas namanya disana.
"Kau bilang namamu adalah Jason Mccan" aku mencoba menahan tangisku, Demi tuhan jas, 6 jam yang lalu kau masih memelukku. "Tidak seharusnya kau mendonorkan tulang rusukmu untukku" aku mengigit bibirku dengan keras, aku masih belum bisa menerima semua ini, aku tidak bisa. Pertama Kendall, Kedua ibuku dan sekarang Jason. Nanti siapa lagi? "Terimakasih untuk semuanya Jas, Terimakasih. Aku menyayangimu dan a-" ucapanku terputus karena air mata yang aku tahan sedari tadi mengalir begitu saja. Aku menundukkan kepalaku dan menangis. Kenapa dadaku masih terasa sesak? "a-aku akan merindukanmu" aku mencium batu nisannya, aku harus pergi dari sini. Aku tidak bisa berlama lama disini, bisa bisa aku kehilangan kesadaranku disini. Aku memejamkan mataku mencoba menenangkan diriku sendiri. Aku melangkahkan kakiku meninggalkan pemakaman ini. Aneh bukan kenapa aku hanya sendiri disini?aku memilih datang terakhir karena jika aku hadir di awal aku pasti akan menyulut emosi Justin. Pria itu menolakku mentah mentah untuk membantu pemakaman Jason saat aku sadar dari pingsanku. Dia begitu terpukul, sangat sangat terpukul. Dia kehilangan Jason karena Jason sakit, dan itu karena aku. Aku penyebab dari semua ini. Sekarang aku tau apa penyebab dia membenciku, aku pantas mendapatkan semua ini. Aku pantas mendapat perlakuannya yang seperti itu kepada diriku. Dia tersakiti, sangat sangat tersakiti. Tapi, disini bukan hanya dia yang tersakiti bukan hanya dia yang kehilangan. aku juga tersakiti disini, bukan hanya dia yang kehilangan Jason, tapi aku juga.
"Aku merasakan semua yang kau rasakan Justin" aku mengendarai mobilku dengan kecepatan tinggi, setibanya dirumah aku langsung masuk kekamarku. Setelah ini apa yang harus aku lakukan? Meminta penjelasan kepadanya? Kapan? Sekarang? Tidak mungkin sekarang. Aku mencoba memejamkan mataku sayangnya ketukan dipintuku membuat aku mengurungkan niatku untuk tidur. "Boleh daddy masuk?" aku melangkah membuka pintu kamarku Mempersilahkan daddy masuk, aku kembali ke tempat tidurku dan menatap kearah balkon kamarku.
"Daddy tau ini berat, daddy harap kamu tidak akan menyiksa dirimu karena rasa bersalahmu itu"
"Kenapa?" suaraku terdengar sumbang. Daddy menghela nafasnya dengan pelan. "Kenapa dad? Kenapa semua ini harus terjadi kepadaku? Sebenarnya apa salahku sehingga Tuhan terus memberiku masalah dan mengambil orang orang yang aku sayang?" dad kembali menarik nafasnya, mungkin dia bingung harus berkata apa. "Candice, Tuhan tidak akan menguji seseorang diluar batas orang tersebut. Kau pasti bisa melewati semua ini, daddy yakin. Biarkan semua mengalir dengan sendirinya" aku mengarahkan kepalaku kearah dad, aku menatapnya dan dia memberiku senyuman manisnya. Setidaknya aku masih memiliki daddy, bibi lana, teman temanku dan juga......justin. Ah, apakah aku pantas menyebut dia temanku? Tiba tiba satu pertanyaan muncul dikepalaku.
Apakah dulu aku dan Justin sempat mengatakan kata perpisahan sebelum aku hilang ingatan?
*******
Ini hari keempat dimana aku terus berusaha agar Justin mau berbicara kepadaku. Dia terus menerus menghindariku, apa yang harus kuperbuat jika dia trs menghindariku seperti ini? Aku butuh penjelasan darinya, dia pasti tahu semuanya. Aku menatap diriku didepan cermin yang berada didalam Toilet wanita ini, rambut yang tergerai dengan asal, wajah pucat. Sejujurnya aku terlihat buruk. Aku seperti orang yang sakit, aku memang sakit, sakit......hati. Aku membasuh wajahku dengan air dan mengelap sisa sisa air diwajahku. Aku melangkahkan kakiku menuju Kantin. Entahlah pandanganku sangat sangat lurus. Aku menghela nafasku, dan kenapa ini masih sama? Sesak ini masih sama seperti dimana hari Elina membeberkan semuanya. "Candice!" seseorang memanggilku dan otomatis aku mengalihkan pandanganku dan mencari siapa orang yang memanggilku tadi. Aku mendapatkan wajah Marcus disampingku. Sial, kenapa dia mendatangiku "ada apa?" tanyaku datar, aku marah padanya. Sangat sangat marah. Bisa bisanya dia memberitahu Elina tentang apa yang telah terjadi antara aku dan dia "aku minta maaf, saat itu aku sedang mabuk. Dia sengaja melakukan hal itu dan ya semuanya terjadi. Aku sama sekali tidak berniat untuk memberitahu siapapun masa lalu kita" kita. "Aku ingin berpamitan kepadamu, aku akan kembali ke Cali. Aku harap kau memaafkanku Candice. Dan satu lagi, ibu menitipkan salam untukmu" Maria. Ibu Marcus, aku merindukan sosok itu. Dia adalah wanita yang sangat baik. Aku masih menatapnya datar, mencoba mendengarkan penjelasannya "Sungguh Candice, kumohon katakan sesuatu" ucapnya memohon. Aku menghela nafasku dengan berat, aku harus mengesampingkan amarahku. Bagaimanapun ini bukan sepenuhnya salahnya. "Aku harap kita bisa berteman, walau aku akan kembali ke Cali dan pointnya aku ingin meminta maaf kepadamu. Maaf untuk telah menyia nyiakanmu. Maaf untuk berpaling darimu. Maaf untuk luka yang kutorehkan dihatimu. Sesungguhnya kamu tidak sepantasnya mendapatkan semua itu. Karena kau terlalu indah untuk dilukai. Aku salah. Aku bodoh. Aku bajingan. Aku menyesal. Aku brengsek, dan sialnya aku baru menyadari hal itu setelah kau pergi, setelah kau meninggalkanku setelah hubungan kita berakhir. Aku minta maaf candice" sial, aku kembali mengingat masa laluku dengannya. Dimana dia menduakanku dan mengabaikanku dan menggantungkanku begitu saja. Sial sial. Aku mengigit bibirku dengan keras. "Aku sudah memaafkanmu semenjak aku memutuskan hubungan kita. Dulu memang aku belum bisa menerima perlakuanmu. Tapi sekarang, aku sudah bisa melupakan hal itu. Sayangnya jika aku mengingat hal itu, rasa kesal akan menghampiriku begitu saja. Tentu saja kita bisa berteman, kenapa tidak?" aku terkekeh mencoba mencairkan suasana yang tegang ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
TITANIUM
FanfictionAku tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, tidak pernah. - Candice Swanepoel Di Caprio Aku akan membuat kau merasakan sakit yang aku rasakan candice. - Justin Drew Bieber