Dijodohkan
Kabur dari rumah
Kerepotan mengurusi Mentari yang overacting
Dipecat. Bahasa halusnya, dicabut jabatannya. Oleh siapa? Papa, of course.
Hal buruk apa lagi yang akan terjadi?
Hidupku begini amat. Baru merasa lebih baik, malah yang terjadi semakin rumit. Apa iya, menerima perjodohan adalah satu-satunya solusi? Haruskah?
Walaupun kantor perusahaan yang kupegang—sampai tadi pagi—merupakan kantor cabang, aku berperan besar dalam promosi dan perkembangannya. Dua tahun yang keras dan sulit. Justru sekarang aku diturunkan, dengan tidak hormat pula. Apa aku sedang bermimpi?
Aku tau, jawabannya adalah 'tidak'. Aku sedang tidak bermimpi. Ini dunia nyata.
Aku mengusap wajah yang terasa kebas. Percuma menggerutu. Mungkin sebaiknya sekarang aku mulai membuat surat lamaran pekerjaan. Untuk bekerja di perusahaaan lain. Mulai dari awal. Sebagai karyawan biasa. Semoga pilihan ini tidak salah, dan juga tidak lagi membebaniku.
Rifan
"Ri, gue nemu tempat buat lo."Mataku berbinar membaca pesan grup sohib dari Rifan. Belum ada sehari, Rifan sudah menemukan tempat bekerja yang baru untukku.
Rinai
"Ada perusahaan yang lagi butuh karyawan. Gue share alamatnya"Kali ini aku mendecak kagum. Rinai mengirimi berita baik kedua setelah Rifan. Tak lama kemudian, Rinai benar-benar men-share alamat lewat maps.
Sasha
"Ri, ada perusahaan swasta, buka lowongan pekerjaan. Cocok banget buat lo."Demi apa? Pesan terakhir dari Sasha yang mengikuti pesan-pesan Rifan dan Rinai benar-benar membuatku kaget. Segitu niatnya mereka membantu. Bahkan aku saja baru akan mulai mencari informasi. Tau-tau, mereka sudah menemukan tempatnya. Apa aku harus sujud syukur? Ah, nanti saja.
Seperti orang dungu, aku menciumi ponsel. Masa bodo. Tidak ada yang melihat. Aku sedang ingin mengekspresikan bahagiaku. Aku tidak akan jadi pengangguran. Dan itu bagus. Mulai dari awal? Aku tidak takut. Pengalaman selama dua tahun cukup membuatku percaya akan kemampuanku.
Masalahnya, dari tiga perusahaan berbeda ini, aku harus memilih yang mana?
"Thanks a lot, guys! But, gue bingung. Harus milih yang mana?"
Aku mengecek pesan yang kukirim. Rifan sudah membaca, begitupun Rinai dan Sasha.Rinai
"Iya, yah? Kalau lo maunya yang mana, Ri?"Rifan
"Lo tinggal milih aja, Man."Sasha
"Pilih yang menurut lo cocok dan lo suka aja. Kita nggak keberatan kalau dua opsi dari kita nggak lo ambil." Sasha nimbrung.Aku mengusap tengkuk.
"Menurut kalian?"
Rifan
"Up to you, Ri."Sasha
"Semua bagus, terserah lo milih yang mana."Rinai
"Yang enak di lo aja."Aku mendesah berat. Kata 'terserah' dan sejenisnya itu sama sekali tidak memberi solusi. Aku bisa saja memilih satu dari ketiga opsi yang berbeda. Hanya saja, tidak tega mengkhianati hasil usaha ketiga sahabatku.
"Besok, ada waktu?"
Rinai
"Always. Mau di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI
Romance(COMPLETE) [SUDAH TERBIT] Razwan Tsabit Ghifari dengan segala kelebihan yang ia punya. Harta, keluarga, tahta, sahabat. Hanya saja, untuk perkara agama, Ari begitu meremehkan banyak hal. Suatu hari, sang ayah berniat menjodohkan putra sulungnya deng...