22 ✈️ Old Feeling

48.6K 2.1K 10
                                    

Orchidia menghela nafasnya panjang begitu Luna memeluknya sambil memekik senang setelah Orchidia memberitahukan jika dirinya tengah hamil. Apa Luna tidak membaca koran atau menonton berita? Sudah jelas-jelas berita itu ada dimana-mana sekarang.

"Aku sangat senang. Demi Tuhan, aku sangat tidak percaya jika kau akan hamil anaknya, mengingat sikapmu sebelumnya pada pria itu." Luna mengulum sengum menggoda. "Jadi kau diam-diam sering melakukannya, heh?"

Orchidia melotot. "Apa maksudmu? Dia memperkosaku dan aku sudah mengatakannya padamu."

Luna mengangguk-nganggukan kepalanya. "Well, berarti dia hebat. Sekali tembak langsung jadi."

Orchidia memutar bola matanya malas. Terserah apa kata Luna sajalah. Suka-suka dia.

"Jadi, berapa usia kandunganmu? Bagaimana awalnya bisa ketahuan?"

Orchidia bergumam. "Awalnya aku tidak tau jika diriku hamil. Malahan aku terbang sehari sebelum aku tau jika diriku hamil. Saat aku pulang, aku mendapati Lucas sedang sakit. Ya aku panggilkan dokter. Lalu dokter itu mengatakan jika Lucas mengalami tanda-tanda kehamilan yang biasa terjadi pada istri."

Luna menganggukan kepalanya mengerti. "Apa kau tidak merasakan apapun? Seperti mual atau apapun?"

Orchidia menggeleng. "Tidak. Aku merasa baik-baik saja. Hanya saya aku mood-ku sering berubah cepat sekarang."

Luna mengangguk lagi pertanda mengerti. "Tapi, apa kau tidak marah karena kau hamil? Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Aku sangat tau jika kau itu sangat gila pada pekerjaanmu."

Orchidia menghela nafasnya pelan. "Aku tidak marah. Ini juga darah dagingku, mana mungkin aku marah dan tidak menginginkannya. Ini juga kesalahanku. Lucas telah menyarankanku untuk meminum obat kontrasepsi agar aku tidak hamil dan aku masih tetap melanjutkan pekerjaanku. Namun aku tidak mendengarkannya. Aku pikir aku tidak mungkin hamil karena saat itu kami baru pertama kali melakukannya. Dan soal pekerjaanku, aku resign sekarang. Ibunya Lucas tidak akan membiarkanku terbang lagi."

Luna tersenyum, ia meraih tangan Orchidia yang berada diatas meja. "Apa yang kau lakukan sudah benar. Resign demi calon anak kalian."

✈️✈️✈️

"Sir?" Amberly masuk ke dalam ruangannya setelah mengetuk pintu. "Saya barusan mendapat telepon dari Indonesia, Mr. Dean Galaksi menanyakan apakah anda hari ini jadi berangkat atau tidak?"

"Apa harusnya hari ini?" tanya Lucas, tatapannya sedikit terkejut.

Amberly mengangguk. "Setelah makan siang, Sir."

Lucas mengusap wajahnya dengan gusar. Astaga, bagaimana ia bisa melupakan pertemuan penting ini? Diliriknya jam tangan mewah miliknya, ia masih memiliki satu jam setelah makan siang.

"Kita berangkat. Katakan pada Bailey untuk menyiapkan semuanya."

Amberly mengangguk. "Baik, Sir."

Setelah Amberly keluar, Lucas menyandarkan tubuhnya pada kursi, pria itu menghela nafasnya panjang. Bisakah ia berjauhan dengan Orchidia? Lagipula, ia tidak mungkin membawa Orchidia ikut serta ke Indonesia, ia tidak ingin membahayakan kandungan wanita itu yang masih sangat muda sekali.

Lucas meraih ponselnya dan langsung menghubungi Orchidia.

"Hallo?"

"Kau dimana?" tanya Lucas.

"Aku masih di coffee shop Luna. Ada apa?"

"Aku akan kesana."

"Aku tidak ingin pulang dulu. Jadi kau tidak perlu kemari."

My Flight AttendantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang