Reader POV
Apa yang dikatakan Eric waktu itu, aku tidak mengerti.
(Flashback on)
"Hah?"
"Oh, panggil saja aku Eric. Eric Rotness nama lengkapku"
Sok tampan tapi memang tampan.
"Bagaimana kau tahu namaku?"
"Yah, aku melihat kejadian yang di kandang kuda"
Tidak mungkin!
"Saat aku tahu, kau sama sepertiku aku jadi berpikir mahluk seperti kita masih ada ternyata"
"Mahluk seperti kita?"
"Vampire"
Jadi dia--
"Ya, aku vampire lihat"
Gigi taringnya berbeda dengan manusia.
"Tapi aku tidak sepertimu, bisa dibilang kau itu produk gagal"
"Produk gagal?"
"Aku menghisap darah manusia, tapi yang sudah mati. Lalu"
Dia menyanyat dirinya sendiri.
Tapi ajaibnya luka itu menutup lagi dengan cepat.
"Aku dapat beregenerasi tanpa meminum darah, aku tidak merasa sakit sama sekali, dan kulitku dingin seperti orang mati. Mataku permanen merah"
Berbeda denganku, aku tidak seperti dia.
"Kau tahu? Vampire itu abadi"
"Eh?"
"Oh, kau tidak tahu rupanya. Umur kita bertambah tapi kita tidak menua. Umurku sudah hampir 2000 tahun"
Nani!?
"Tidak kelihatan kan? Hehe, karena aku tampan dan mempesona"
Mustahil!
"Tapi yah...ada enak dan tidaknya"
"Hm?"
"Enaknya ya, aku bisa punya pacar banyak karena wajah tampanku"
Dih, narsis( ̄~ ̄;)
"Tidaknya?"
"Melihat teman, sahabat, dan...orang yang kau cintai menua lalu...mati"
(Flashback off)
Abadi itu tidak enak rupanya.
Abadi itu hidup selamanya dan tidak bisa mati?
Eh?
Aku melanjutkan membaca buku tentang vampire yang danchou punya di ruangannya.
"Kecuali jika...jantung mereka di paku kayu atau dengan...serak?"
"Perak yang benar"
"Erwin danchou"
Dengan siapa?
"Anak ini yang aku ceritakan", danchou menepuk kepalaku.
BRAK!
"KYA!"
"[Name], keluar dari sini"
Aku mengangguk dan keluar ruangan.
Heichou? Kenapa tampak marah?
Author POV
Suara senandung riang terdengar di lorong.
Kakinya melompat kecil menuju ruangannya.
"Koi no saka...chotto, koi wa nani?"
Ia berhenti dan berpikir.
Sedetik kemudian melanjutkan jalan riangnya.
Kenop pintu ia putar dan menariknya.
"Yo, [Name]"
"GYA!"
Gadis itu terkejut dan melangkah mundur sampai membentur tembok.
"Kenapa sekaget itu?"
"Kau masuk dari mana?!", langkah panik menutup pintu dan mendekati pria bersurai semerah matanya.
"Levi heichou, menyuruhku untuk tidak bertemu dan bicara denganmu. Sekarang pergi"
"Eh, jahat aku kan baru datang", Eric dengan nada manjanya :v
Tangan mungilnya mendorong tubuh lelaki jangkung tersebut ke pintu.
Hasilnya si lelaki masih tetap berdiri tanpa bergeser satu incipun.
"Padahal aku mau menunjukan sesuatu"
"Apa?"
Seringai terlukis di wajah rupawan Eric. Menampilkan gigi taringnya.
"Kelebihan vampire dan masa lalumu"
Levi POV
Ck, hampir saja ketahuan kalau [Name] vampire.
Untung dia tidak jadi ditangkap.
Polisi militer keparat!
Setelah [Name] tertangkap mereka pasti menggunakan keuntungan mereka untuk menyiksanya.
Dan lagi si Erwin sialan seenaknya menyentuhnya.
BRUK!
Suara apa tadi?
Asalnya dari kamar [Name].
Aku berlari ke kamarnya.
Masa bodoh dengan sopan santun!
"[Name]!", dia pingsan?
"Oh, aku kan tidak boleh di sini"
"Kau! Keparat! Kembali ke sini!"
Eric Rotness!
"Bye, bye"
"Ck, oi!"
Sial! Aku kehilangan dia!
Melompat dari jendela dan hilang.
"[Name], kau dengar aku? [Name]!"
Dia pingsan tapi matanya terbuka?!
Samar tapi dia masih bernapas.
"Kenapa ribut sih?"
"Hange!"
Author POV
Suara senandung terdengar di sebuah menara.
Bayang seorang pria sedang menari dengan sebuah botol di tangannya.
Bukan wanita cantik yang ia aja berdansa.
Melainkan sebuah botol yang bercahaya keemasan yang indah.
Mengangkat botol tersebut ke cahaya rembulan.
"Pantas berbeda", gumamnya. "Pemindahannya tidak sempurna"
Pria jangkung itu merebahkan dirinya di lantai batu menara.
Menggoyangkan sedikit botol tersebut.
Senyumnya miring menatapnya.
"Kau menikmati perjalanmu kan, [Name]?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Woman
FanfictionPasukan scout legion menemukan seorang wanita yang pingsan di luar dinding saat ekspedisi. Namun, wanita tersebut menyimpan rahasia. Reader x Levi