(24)

1.2K 172 5
                                    

Reader POV

Semakin lama aku semakin ingat.

Segalanya yang kuingat.

Segalanya yang aku jalani selama ini.

Kenangan dengan semua orang yang berarti bagiku.

Kenanganku dengan Levi.

Namun, di saat yang kurang tepat.

"[Name]! Mundur! Kau dengan Erwin saja!"

"Aku baik!"

Kepalaku semakin sakit.

Aku menahannya.

Dengan udara merah darah yang tak sengaja masuk ke tubuhku.

Inikah pertarungan umat manusia dengan titan?

Erwin danchou, apa kau yakin dengan ini?

Banyak yang kehilangan nyawa.

Aku bisa melihat mereka yang telah gugur di sekitar danchou juga diriku.

Seakan menuntut keberhasilan misi ini.

Menaruh harapan di pundaknya.

Bahkan aku dapat melihat ibuku.

Apa ini ilusi yang kulihat?

"Hisap!"

"Tidak mau!"

"Ini perintah!"

"Levi aku mohon tenanglah sedikit!"

Dia menatapku dengan mata khawatirnya.

Sorot mata yang jarang aku lihat.

Levi biasanya menyembunyikan.

"Levi, kau kenapa?"

Tangannya gemetar tidak seperti dirinya yang biasanya.

"Maaf aku hanya...", dia tidak melanjutkan perkataannya.

Aku menggenggam tangan gemetarnya.

Aku melakukan yang Levi bilang.

Menghisap darahnya dengan menggigit lehernya.

Aku tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk minum.

Aku mendengar napasnya berangsur normal.

Tidak seperti tadi yang terdengar ketakutan.

"Merasa lebih baik?", aku menyudahi "makan"ku.

Levi hanya diam memelukku.

"Levi, dengar...aku tahu kau takut aku mati. Aku pun takut tidak akan selamat di misi ini. Atau aku akan kehilanganmu, bisa saja kita berdua tidak akan selamat", aku tahu itu. "Tapi Levi, aku percaya perkataanmu kalau masa depan dapat diubah"

Aku tidak boleh menangis sekarang.

"Levi...semua akan baik-baik saja"

Levi POV

Aku harap begitu.

Namun, sorot matamu dan senyummu tidak sesuai.

"Merasa lebih baikan, Levi?"

"Hm...sedikit"

Aku tidak merasa begitu baik.

Aku khawatir dengan yang dikatakan Eric akan terjadi.

Setelah semua ingatannya kembali, salah satu cara mengakhiri perang ini adalah wujudnya.

Mungkin ia akan lepas kendali dan aku harus membunuhnya atau monyet sialan itu yang akan mendapatkannya.

Sama saja aku membiarkannya mati.

Lalu aku akan melupakannya.

Ini kutukan!

Kutukan sialan!

Aku akan melupakanmu, semuanya yang kita lewati.

Aku tidak ingin, tapi ini bayaran yang harus aku terima.

"[Name], cium aku"

"Eh!?"

"Ini perintah"

"Tunggu Levi kenapa tiba-tiba?"

"Lakukan...aku hanya ingin..."

Memberimu kenangan sebelum ini berakhir.

Author POV

Perang perebutan kebebasan.

Perang antar manusia dan titan demi rahasia dibalik berubahnya manusia menjadi titan.

Distrik Shigashina, menyimpan rahasia besar tersebut.

Di sebuah ruang bawah tanah rumah salah satu anggota pasukan pengintai.

Eren Yeager.

Tak sedikit nyawa melayang di perang ini.

Sang komandan terlihat sedikit putus asa.

"Ah, aku dapatkan manusia yang dapat memperpanjang hidup kami"

Tangan raksasa berbulu itu menggenggam sosok manusia dengan sayap kelelawar yang besar.

Wanita vampire itu tak berdaya digenggaman sang monyet raksasa.

Kekuatannya tidak berlaku padanya.

Mulut besarnya merobek sayapnya.

Membuat vampire ity menjerit kesakitan.

"Levi...", sebuah nama ia panggil dengan putus asa.

ZRASH!

Tangan berbulu tersebut terpotong.

Tubuh sang vampire jatuh ke rerumputan hijau bercampur noda merah.

Monyet raksasa itu dibantai hingga terlihat sosok pria berkacamata.

Levi menumbangkan titan beast tersebut dalam God mode.

Ia mendapati orang yang ia cintai tampak sekarat.

Darah mengalir deras dari luka yang ia dapat.

"Tidak, tidak, [Name] hisap", dengan panik ia mendekap sang kekasih.

"Aku sudah...tidak bisa Levi"

"Kau harus!"

[Name] menggelengkan kepalanya dengan lemah, "wujud itu...wujud yang membuatku jadi...vampire, sekarang aku kembali...manusia yang telah mati"

Mata Levi membulat sempurna.

Bibir bawahnya ia gigit menahan air mata yang akan tumpah.

Memeluk tubuh sang kekasih dengan hati-hati.

"Levi...maafkan aku...tidak bisa..."

"Jangan bicara, [Name]"

"Aku mohon jangan...sedih karena aku...Levi aku..."

"Aku tidak ingin melupakanmu, aku mohon jangan pergi", bulir bening mengalir melewati pipinya.

"Maaf aku tidak bisa...menepati janji"

Levi membelai pipi pucat yang dingin milik [Name].

Kesedihan yang mendalam ia rasakan.

[Name] tersenyum manis meski air matanya mengalir, "suatu saat pasti...kita akan bertemu"

"Aku akan selalu mencintaimu"

Ciuman perpisahan.

Sebelum tubuh [Name] transparan dan mulai hilang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Matta aitai Levi"

Mysterious Woman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang