(19)

1.6K 234 10
                                    

Author POV

Kulit gadis berambut (h/c) sedingin es.

Tak ada lagi perlawanan darinya.

Jarum suntik itu menembus kulit pucatnya.

Terdiam, terbujur tidak berdaya.

Darahnya mengalir ke dalam suntikan.

"Cuma sedikit yang keluar", tidak sampai ada setengah terisi. "Ini cukup"

Tubuhnya terkulai tak berdaya dan diikat ke salah satu tiang penyangga.

"Hm, lumayan juga", pria bertopi mengangkat dagu sanderanya dengan seringai di wajahnya.

Kain yang menyumpal mulutnya dilepas.

"Hm, vampire kok taringnya kecil? Tapi aku tidak tahu jelas vampire seperti apa", Kenny mengusap dagunya.

Sementara Kenny asyik memperhatikan [Name], ia tidak tahu pertikaian antara ayah dan anak :v

Levi POV

Di mana [Name]?

Di mana mereka sembunyikan dia!?

"Heichou, [Name]-san soko!"

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Eren.

"Kalian pergi sekarang!"

Kenapa dia diam saja?

"[Name]"

Bruk.

Apa? Kenapa dia tidak bergerak?

"[Name], kau dengar aku? [Name]!"

Tidak, tidak, tidak, tidak lagi.

Tubuhnya dingin, napasnya--

"Levi heichou!"

Ck! Sialan kau Kenny!

Di mana si tua bangka itu!?

Beraninya dia!

"Sial..."

Aku mohon buka matamu, [Name].

"Syukurlah kau selamatkan dia pen--"

Zleb!

"Selamat katamu...DIA SUDAH TIADA GARA-GARA KAU BEDEBAH!"

Gara-gara kau penghianat...semua ini salahmu!

"KALAU TIDAK KARENA KAU DIA MASIH HIDUP!"

"Ksk...dengarkan aku dulu kapten sialan"

Kenapa kau tidak mati?

Padahal aku menusuk jantungmu.

Kenapa [Name] yang harus mati?

"Dengar, aku merancang rencana untuk keluarkan [Name] dari penjara dengan bertukar tempat. Namun sepertinya, nasibnya malang bertemu Kenny. Aku hanya memanfaatkan mengerti? Aku memanfaatkan Kenny dengan berbohong. Maaf aku lupa beritahu jalan aman dan situasinya"

Maaf katamu?

[Name] mati karena kecerobohanmu!

"Sialan kau Eric"

Kenapa harus bertemu seperti ini?

Dingin, aku rindu kehangatan tubuhmu.

Bibir merah mudamu, bukan bibir yang membiru.

Mata indahmu, aku ingin melihatnya lagi.

"[Name]...buka matamu"

Aroma tubuhnya yang manis, bukan bau amis menjijikan.

Rambut halusmu nan indahmu.

Senyum idiotmu yang terlihat cantik.

Aku ingin mendengar suaramu lagi.

"Apa aku tidak bisa...tck, sial"

Author POV

Air matanya jatuh membasahi pipi wanita yang ia cintai.

Mendekap erat tubuh orang yang sangat ia cintai.

Berharap tubuhnya akan menghangat kembali.

"Levi, kita harus pergi", Hange menepuk pelan pundak kawannya itu.

Pria berpangkat kapten tersebut tidak menjawab.

Ia mencium bibir kasihnya yang telah membiru.

Untuk pertama kalinya bagi anggota pasukan scout legion melihat kaptennya tampak rapuh.

Kesedihan mendalam kehilangan orang yang paling ia cintai.

Levi melepas ciumannya dan menyibak poni sang wanita vampire tersebut.

Menatap wajah cantiknya yang tertidur.

"Levi", panggil Hange.

Lelaki itu berdiri dan menggendong tubuh sang wanita.

Meletakkannya dengan hati-hati di gerobak dengan diam.

Lalu menunggangi kudanya dengan ekspresi muram.

Orang yang melihatnya tertegun dan mengikutinya begitu ia melaju kudanya.

"Aku tidak percaya kau akan pergi secepat ini, [Name]", gumam Eric yang kudanya tersambung dengan gerobak wanita yang dicintai kaptennya.

Dan perang ada di depan mereka.

Perang menghentikan titan Rod Reises sang keturunan raja.

Yang akan menghancurkan dinding.

"Mayat" pasukan mereka disembunyikan oleh Eric.

Di tempat aman, markas mereka sendiri.

Dan menjaga tubuh tersebut agar tidak diambil orang yang menginginkan keabadian.

Levi POV

"Keluar kau"

"Oh, sudah datang? Cepat juga penobatannya juga"

"Keluar sekarang"

"Ha'i~"
Eric sialan.

Bisa-bisanya dia bersikap biasa saja.

Hange bilang, tidak ingin menguburnya dulu.

Ia ingin mengotopsi tubuhnya.

Aku tidak ingin [Name] merasakan sakit lagi.

"Pisau ini milik Kenny dan dia malah mati sekarang, cih"

Tidak bisa aku cabut pisaunya membeku bersama darahnya.

Darah lain yang mengkristal dari beberapa luka yang ia dapat di penjara.

"Maaf...maaf [Name]"

Kenapa aku selalu kehilangan orang...yang berharga bagiku?

Isabel.

Farlan.

Ibu.

Sekarang [Name].

"Apa aku berbahaya jika disampingmu?"

Buka matamu aku mohon.

Kenapa darahnya dia kristalkan seperti udara?

Tunggu...

Darahnya dia kristalkan, mungkin saja bisa kalau aku beri darahku?

Sebut saja aku sudah gila.

Aku mensayat telapak tanganku.

Darahnya aku teteskan ke mulutnya yang terbuka sedikit.

Apa dengan ini dia hidup?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Mana mungkin..."

Yang mati akan hidup lagi.

Mysterious Woman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang