(23)

1.3K 177 33
                                    

Author POV

Pasukan scout legion.

Mereka menuju dinding maria.

Berjalan dengan kegelapan//helo darkness my old friend :v

Derap kaki kuda yang tenang.

"[Name], daijoubu ka?"

"Ha'i, daijoubu desu heichou"

Hutan yang gelap hanya diterangi cahaya kecil dari lentera dan rembulan.

Manik (e/c) menatap langit, merasakan angin malam yang menerpa wajahnya.

Mencoba mengabaikan rasa kantuk dan kepalanya yang berat.

Ia menjadi lebih mengantuk jika malam.

Jika ia paksa agar terjaga kepalanya semakin terasa berat.

"Istirahat saja kalau kau sakit", Levi yang kudanya sejajar dengan [Name] menatapnya dengan khawatir.

[Name] menggelengkan kepalanya pelan, "daijoubu desu, Levi heichou".

Senyum paksa tersampir di bibir merah mudanya.

Dari belakang Eric memperhatikan kedua orang tersebut.

Tergenggamnya sekuntum mawar kristal yang bersinar terkena cahaya bulan.

Mulutnya tidak berhenti komat-kamit :v

Dan menunjukkan mawar kristal tersebut tepat di tengkuk [Name].

"Yosh! Tepat sasaran! Aku memang keren", gumamnya.

Efeknya membuat kuda [Name] berhenti karena ditarik oleh penunggangnya.

Rasa sakit di kepalanya serasa pusing.

Setelah hilang dia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Eh?", melihat sekelilingnya dengan gelisah.

"[Name]?", suara bariton tersebut mengejutkannya.

"Ah! Heichou! Kaki heichou baik-baik saja? Seharusnya kan--eh?! Aku bisa bicara sejak kapan?!", terkejutnya bukan main :v

"Haish, ingatan yang aku masukkan terlalu jauh rupanya. Biarin ah, kayaknya seru |°з°|", ujar Eric dari belakang.

"Doushita?", sang komandan mundur mensejajarkan kedua orang tersebut.

"Erwin danchou!", [Name] mengacungkan jari tengahnya.

"Woi! Tidak sopan kau--"

"Tapi kan, Levi heichou bilang kalau ada danchou begini"

"Aku hanya bercanda!"

"Akwokwokwokwo :v"

Eric tidak bisa berhenti ngakak :v//retjeh :v

Levi POV

Apa ini?

Ingatannya kembali?!

Bagaimana bisa?!

"Sou ka, yokatta"

Aku menyelesaikan semuanya.

Ia tidak lagi terlihat mengantuk.

"Heichou--"

"Panggil saja Levi"

"Eh! Tapi kan aku kan cuma--"

"Ii yo"

Rasanya sedikit lega, meski ingatannya acak.

Itu tidak apa bagiku.

"Woi, chibi sini, sini, sama om"

"Hah?"

Senyum Eric mencurigakan.

Tapi saat ini aku harus percaya padanya untuk kondisi [Name].

Cih, menyebalkan.

"[Name] sepertinya sudah ingat padamu cebol"

"Hm?"

"Mawar kristal di kamarmu, itu ingatannya. Aku mengambil satu untuk percobaan dan itu berhasil"

Dia yang lakukan?

Mawar kristal?

Di kamarku?

Sejak kapan dia menyelinap ke kamarku?

"Aku lempar dan tepat mengenai tengkuknya, itu yang membuatnya ingat. Aku membawa semuanya untuk nanti memicu wujudnya itu"

"Wujud waktu itu?"

Dia mengangguk.

Tidak, apapun caranya selain dengan itu.

Terakhir [Name] melakukannya, dia hampir mati.

Dia sekarat dalam wujud itu.

Lalu aku melukainya demi dia kembali.

Aku tidak mau membunuhnya kali ini.

Aku tidak ingin.

"Sepertinya kau tidak mau cebol, cuma ini jalan satu-satunya. Kalau kau ingin dia kembali seperti dulu. Kalau kau...ingin dia mengingatmu"

Aku ingin sekali [Name] mengingatkan meski sedikit.

Sangat ingin sekali.

Aku ingin dia kembali mengenaliku.

Tapi aku tidak ingin dia terluka lagi.

Aku tidak mau itu.

Aku tidak ingin membunuhnya.

Tapi--

"Kalau kau ragu, tidak apa cebol"

Aku ingin yang terbaik untuknya.

"Libatkan aku, Eric"

Mysterious Woman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang