Like you

1.7K 204 0
                                    

Levi POV

[Name] hm?

Kesan pertamaku dia merepotkan.

Tidak hanya bisu tapi segala hal.

"Letakkan saja di sini", dia lebih peka dari yang lain.

Aku belum menyuruh apapun, dia membuaykanku kopi.

"Apa?"

"Dokumennya aku bawa ke danchou", tulisan di kertasnya.

"Nanti saja kalau selesai, keluar dari ruanganku"

Cenayang?//bukan saiki kusou :v

Seberapa aku menyembunyikan perasaanku, [Name] selalu tahu.

"Lepas..."

Kesedihanku kehilangan anggota terpercayaku.

Ketika aku kesal, dia membiarkanku sendiri seperti yang kubutuhkan.

Atau menghiburku dengan caranya.

Aku senangpun dia tahu.

"Heichou, keren!", dan terlalu jujur.

Tapi [Name] selalu membuatku khawatir.

Dia rapuh, seolah jika aku terlalu kuat memeluknya dia bisa hancur.

Suaranya merdu di telingaku ketika dia memanggilku.

"Levi heichou, mitte!"

"Nanda?"

"Ulat!"

Meski kadang mengejutkanku.

"Eh? Kok di lempar!? Heichou jahat!"

"Huh, kotor, jorok, cih aku tidak suka"

"Kalau bunga?"

Memberiku sebuah hadiah kecil.

Entah sejak kapan perasaan hangat yang merepotkan ini menghampiriku.

Aku takut dia terluka.

Aku takut kehilangannya.

Aku takut saat dia pergi dan tidak akan kembali.

"Levi, kok nangis?"

Ingatan apa itu?

Masa lalunya dan masa depan apa yang aku lihat?

Aku...dengan tanganku ini aku--

"Levi?"

Tubuhnya yang nyaman aku peluk ini membuatku tidak ingin kau pergi.

"Jadi kau--"

"Iya, jauh sebelum aku bertemu denganmu. Aku ini sudah mati"

Ingatan [Name] hingga akhir hidupnya.

Dia berasal dari atas dan diusir ke dunia bawah.

Tempat menjijikan aku dibesarkan.

Sampai pada akhirnya ia dan ibunya tidak diterima di dunia manapun.

Hidup diluar dinding.

Enak sekali ibunya tidak mengundang para titan sedangkan anaknya terus mengundang titan.

Sekilas di ingatan yang kulihat, aku menemukan diriku dan ibuku.

Kami pernah bertemu sebelumnya sebelum ibu [Name] memanipulasi ingatan orang dunia bawah.

"Wujudmu waktu itu, wujud apa itu?"

"Itu punya ibuku, aku tidak visa kendalikan. Levi, jika aku...diluar kendali dalam wujud itu. Aku mohon...bu--"

"Aku tidak mau...aku tidak ingin membunubmu"

Aku tidak ingin lagi kehilangan orang yang berarti untukku.

Aku tidak mau lagi.

Jangan lagi.

"Tapi kau harus Levi..."

Lalu kenapa tanganmu gemetar?

Kau sendiri juga takut bukan?

"Penggal kepalaku atau tusuk tepat di jantungku atau belah saja tubuhku jadi dua atau--"

"Cukup, [Name]"

Aku tidak ingin melakukannya.

"Dengar, masa depan yang aku lihat...maksudku kita lihat, bisa diubah karena belum pasti"

Aku genggam tangannya yang gemetar.

Mengusap pipi pucatnya perlahan.

"Aku bisa jamin itu, [Name]"

"Ukh...", sekarang dia yang menangis.

Tangan pucatnya menggapai tanganku yang ada di pipinya.

Air matanya mengalir deras dan kepalanya terangguk.

"Aku bersamamu...kau akan baik-baik saja"

Aku pun ragu, tapi aku ingin mengucapkan kata tersebut.

Aku ingin bilang bahwa semua akan baik-baik saja meski akupun ragu akan hal tersebut.

Aku tidak ingin terlalu berharap.

Aku tidak bisa mengikat janji yang pasti.

Maaf [Name], akupun tidak dapat diharapkan.

Namun, aku ingin menikmati setiap waktuku bersamamu.

Setiap detik.

Setiap menit.

Setiap jam.

Aku ingin menikmati waktu denganmu.

Hingga nanti, kita tak akan bisa lagi melihat hari esok.

Sampai hari itu tiba.

Sampai kita dipertemukan lagi di dunia selanjutnya.

Di kehidupan selanjutnya.

Aku hanya ingin denganmu.
-------------------++++++++++-+++++------------

Oh, kokoro author :'v

Mysterious Woman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang