13. Follow me

140 30 2
                                    


"Yah, Jesica mau jadi trainee idol di korea, boleh?"

"Jangan, nanti kamu terkenal."

"Tapi Jesica kan pengen terkenal."

"Nggak boleh, nanti kamu sibuk."

Pagi-pagi sudah disugukan obrolan seperti ini. Faktanya adikku memang k popers garis lunak. Mungkin suatu saat harus kupertemukan dia dengan Herdi. Aku memakan nasi goreng asin ala bang Fathan dengan diam. Bukannya aku suka asin, hanya saja kalau protes perang dunia akan pecah disini.

"Kalau Bina mau jadi apa?"

"Jadi kodok katanya."

Ku lempar tatapan sinis pada Fathan yang sedang mengunyah nasi gorengnya. "Berisik lah bang, nggak lucu banget sih."

"Jangan galak gitu sama abang, bentar lagi abang mau pergi loh."

"Mau kemana emang?"

"KKN."

Aku hanya mengangguk-angguk. Bagus juga dia pergi, tak usah aku ribut meladeni bacotan tak pentingnya.

"Minggu depan Ayah juga ada perjalanan bisnis."

"Yah bakal sepi dong. Jejes sama siapa dong."

"Kan ada aku jes," ujarku, berusaha menenangkan.

"Kata Bang Fathan Kak bina bakal sibuk sama pacarnya, jadi nggak mungkin mau ngajakin aku main lagi."

Aku tersedak. Beraninya abang gilaku memfitnahku menjalin hubungan dengan lelaki kerdus itu. Dalam hati aku tidak terima. "Nggak jejes, Bang Fathan mah suka ngarang."

"Jadi kak Bina nggak punya pacar?" Aku menggeleng lalu tersenyum kecil. "Oke kalau gitu kak Bina nggak boleh punya pacar, biar kak bina bisa main terus sama Jejes."

Aku bangkit dari duduk. Mengacak rambut adik manisku sampai dia mengomeliku karena memberantakkan rambutnya. "Bina berangkat dulu!" Aku menjinjing tas ku lalu berjalan keluar rumah dengan santai.

Aku pergi tanpa menghabiskan nasi gorengku. Bukan karena aku sudah kenyang, tapi aku tak terlalu suka asin, jadi lidahku merasa tidak nyaman dengan nasi goreng ala abang. Perutku meronrgong lapar. Sepertinya setibanya disekolah aku harus membeli sarapan baru.

Hari ini aku berangkat naik ojol. Tadi aku sudah dapat pesan kalau driver ojol tersebut sudah menunggu didepan rumah.

"Mbak Sabina ya?" tanyanya. Aku mengangguk. "Ini helmnya mbak, pakai biar aman dan wajah mbak terlindungi dari polusi."

Teruntuk kalian yang tak punya pacar dan ingin diperhatikan. Ku sarankan kalian sering-sering memesan ojol.

*****

Aku turun dari motor dengan gaya sok anggun. Tak lupa kukembalikan helm pada mas-mas ojol tersebut. "Jangan lupa bintang limannya ya mbak," ucap driver ojol tersebut.

"Nggak mau bintang tujuh?" Driver ojol itu melongo sejenak. Kenapa setiap kali hayati ingin melawak hanya ada jangkrik yang berbunyi. "Lupain aja mas apa yang saya omongin. Pokoknya nanti saya kasih bintang lima, jadi tenang aja."

Dengan tergesa aku berjalan masuk kedalam sekolah. Mas ojol terus memanggil-manggil namaku. Apakah mas ojol itu jatuh cinta padaku. Mungkin hal ini akan berkembang menjadi cerita dengan judul cinta sang driver ojol.

Tapi mas ojol, maaf saja. Aku, Sabina Afiyani tidak bisa menerima cintamu. Karena saat ini aku tak ingin terjerumus dalam hal-hal seperti itu.

"Sab, itu dipanggil-panggil tuh."

𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang