Sudah dua kali aku ikut pertemuan kelas bimbingan olimpiade. Dan di pertemuan kedua ini aku mendapati sebuah kenyataan kalau aku tidak jadi harem lagi Karena ada Bu Lulu yang notabenenya memang menjabat sebagai pembimbing kita, juga ada Sukenti. Jangan menilai orang dari namanya, walau nama katro, tapi wajahnya tidak katro sama sekali. Kalau kata Herdi, Sukenti itu mirip Lisa blackpink, tapi hanya bulu hidungnya saja.
Aku tidak gelisah galau ataupun merana karena gagal menjadi harem. Ya kali siapa mau jadi harem ditengah orang-orang aneh macam Herdi, Izat, dan Udin. Aku justru senang tenyata ada juga yang berkalamin betina sepertiku.
Dan hari ini, aku bersama teman-temanku tengah membahas kecantikan Sukenti. Lantaran bosan membahas Junedi akhirnya kita memutuskan untuk mengganti topik.
"Cantik sih, tapi bahasa jawanya itu medok," komentar Anggita.
"Nggak papalah medok, dari pada alay," belaku.
"Aduh, tersindir gue."
"Maaf nggak maksud nyindir kok."
"Dia cantik pasti rajin pake skincare deh." Sarah ini sok tahu sekali. "Pasti pake skincare mahal, sampe kulitnya mulus gitu."
"Ngomong-ngomong soal skincare. Beli dong produk penghilang daki gue," ucap Anggita. "Khusus kalian aku kasih diskon lima belas persen."
"Sorry Git, gue udah pake produk lain," kata si alay.
"Aku nggak butuh gituan. Tubuhku anti daki nih."
"Sabina, mau seputih sebersih apapun orang itu pasti dia punya daki," jelas sarah. "Coba kamu gosok-gosok badanmu pasti dakinya pada keluar."
Aku terdiam sejenak. Sesuatu yang luar biasa melintas dikepalaku begitu saja. "Kalau setiap orang punya daki, berarti Junedi juga punya dong?!"
"NGGAK LAH!" yaampun, kompak sekali mereka bertiga membela idolanya.
"Gimanasih, tadi katanya setiap orang pasti punya daki. Atau mungkin Junedi itu bukan orang?"
"Kayaknya dia itu malaikat deh," celetuk Sarah.
"Emang sih, gantengnya itu beda level sama yang lain," sahut anggita.
"Uchh... makin cinta deh."
Ujung-ujungnya sih membahas si kerdus. Aku memutar mata dengan malas. Aku mulai membolak-balikkan buku. Kali ini bukan buku kimia yang aku baca tapi, buku Pkn. Aku membaca buku ini bukan karena aku menyukainya, namun karena aku ada ramedial lisan. Padahal nilaiku hanya kurang dua untuk bisa meraih kkm. Kalau begini kan jadi sakit, tapi tidak berdarah.
"Kayaknya gue nggak terlalu mau deket sama kak Junedi deh, cukup mengagumi dari jauh aja," ucap sarah.
"kenapa? Karena ternyata dia berdaki?" tanyaku tanpa menatap Sarah. Yang ditanya menggeleng pelan. "Terus?"
"Gue takut kalau deket-deket sama dia nanti kena php. Katanya sih kalau kita deket-deket kak June ada kemungkinan besar kita kena phpnya dia."
Langsung aku peluk sarah. Terimakasih tuhan karena kau telah mau menyadarkan temanku yang satu ini. Semoga kau mau menyadarkan Anggita dan Kanya juga. Sarah memukulku lumayan kencang, dan secara refleks aku menjerit kencang.
Ku biarkan mulutku menganga, sementara pelukanku pada Sarah sudah lepas. Sabina Afiyani, kelas sepuluh mipa tiga, dan saat ini aku sedang merasa malu. Tanpa sengaja aku berteriak lumayan kencang, dan disaat yang bersamaan beberapa anak osis masuk kekelasku. Perlu dicatat, begini-begini juga urat malu ku masih lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞
Fiksi Remajaཻུ۪۪⸙͎╰─►❝Chemistry atau dalam bahasa Indonesia disebut Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi. ...