12. Gara-gara CH3COOH

186 22 2
                                    

Siang-siang begini memang enaknya makan bakso sambil ditemani segelas es jeruk gratis. Sungguh kenikmatan tiada tara. Apalagi makan disaat kantin sedang senggang begini. Sekarang masih kbm jadi wajar kantin masih sepi. Jangan heran kenapa aku disini walau kbm sedang berlangsung.

Aku tidak membolos, tapi aku dikeluarkan dari pelajaran bu Lucinta Luna. Sejak kejadian puisi waktu itu, bu Lucinta Luna jadi sangat sensitif padaku. Aku bersin saja langsung ditegur. Bahkan pinjam tipe-ex pun ditegur, bahkan sampai dihina kalau diri ini miskin. Menurut pengamatan Sarah, Bu Lucinta Luna itu iri dengan kedekatanku dengan para berondong tercintanya, jadilah beliau bersikap begitu terhadapku.

Dari pada diam merenungi nasib, aku lebih baik kabur kekantin untuk menghibur diri. Tentu saja aku tidak sendiri, aku bersama dengan tablemate seperjuanganku. Sebenarnya Sarah tidak salah apa-apa. Dia hanya ikut terbawa-bawa karena duduk denganku. Jadi awalnya aku menanyakan beberapa materi yang tidak kumengerti pada Sarah, saat itu kelas sedang hening dan ibu Lucinta Luna bilang kalau aku dan sarah mengganggu kegiatan kbm dan diusirlah kami berdua. Sarah tidak menghujatku, justru dia berterima kasih padaku dengan mentraktir segelas es jeruk.

"Sar, ambilin CH3COOH dong!"

"Hah?!"

"Cuka sar, ambilin cuka!"

Sarah memutar bola mata dengan malas. "Jangan sok pinter didepan gue dong."

"Nggak apa-apa, biar keciri banget anak kimia loversnya hehe..." Aku menerima cuka dari sarah. "Thanks."

Kami pun melanjutkan makan dengan sesekali bercengkrama ringan. Ya namanya juga pembicaraan ringan. Pasti tidak berbobot.

"Sab, ini gue mau masuk ketopik yang berbobot nih."

Sendokku berhenti diudara. "Berapa kilo?"

"1000 gram. Berapa kilo tuh?"

"Satu."

"Ya sekitaran segitu bobotnya."

Kulanjutkan saja kegiatanku memakan bakso nikmat mang Amat ini. "Jadi topik perbincangannya itu tentang apa?"

"Lo sama kak June," ucapnya sembari terus mengunyah bakso.

"Kok aku sama si kerdus sih?"

"Gue penasaran dengan kedekatan kalian berdua." Sarah masih terus mengunyah baksonya. "Sebenarnya kalian itu ada hubungan apasih? Pacaran?"

Aku berjengit. Tak terima disandingkan dengan makhluk kerdus macam Junedi. "Kita ini apa ya... mungkin temen sih."

"Tapi kalian deket banget loh. Kak June pun baik banget sama lo." Akhirnya Sarah selesai mengunyah Baksonya.

"Dari mana kamu tahu si kerdus itu baik sama aku?"

Sarah mengacungkan jari telunjuknya. "Pertama, waktu itu dia ngasih sule ke lo." Jari tengah ikut mengacung. "Yang kedua pas peristiwa tugas puisi." Jari manis pun ikut mengacung. "Yang terakhir, cerita pas kak June nolongin lo ditukang gorengan."

Otakku berpikir sejenak. Oh rupanya kejadian waktu itu. "Kan Junedi itu terlalu baik jadi dia selalu ada untuk menolong semua orang," ucapku dengan nada malas.

"Baiknya tuh beda Sab."

Dahiku mengernyit. Kalau dipikir-pikir memang Junedi sangat baik terhadapku. Aku bahkan sering curiga terhadap kebaikannya. Takut bila ada udang dibalik batu. "Bener juga sih Sar. Kira-kira kenapa ya dia kayak gitu?"

Sarah mengedikkan bahu. Ia lalu melanjutkan kegiatan memakan baksonya. Sementara aku sibuk menerka sembari terus mengaduk-aduk mangkuk yang hanya bersisakan kuah dan irian seledri. "Aku sih pernah mikir dia itu Cuma mau modus ke aku."

𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang