20. Terulang lagi

125 22 5
                                    

Aku terbangun dari tidur dengan tidak elit. Terjatuh dari atas ranjang. Sakit, terutama pada bagian pantat. Haruskah hari ini aku ijin tak berangkat sekolah karena alasan ini. Lumayan, bisa istirahat satu hari di rumah.

'Ceklek'

"Sab, udah bangun?"

Aku menggeleng pelan. "Masih tidur."

"Kok matamu udah melek lebar begitu."

"Udah tahu aku udah bangun, masih aja nanya."

"Cuma ngetes. Barangkali aja kamu bisa tidur sambil melek." Bang Fathan membuka pintu kamarku lebih lebar. "Mending kamu cepetan mandi, ojol langgananmu udah nunggu didepan rumah."

"Emang ini jam berapa?"

"Jam 6 lebih 43 menit 21 detik."

"Kenapa abang baru bangunin aku?!"

"Ya sengaja aja. Pengen liat kamu telat kayak apa."

Tanpa mempedulikannya lagi, aku langsung meraih handuk, lalu berlari menuju kamar mandi. Mandi pun hanya sekitar dua menit. Setelahnya aku langsung memakai seragam lengkap beserta dasi. Kusambar tas.

Diruang makan bang Fathan sedang asik menonton diriku yang kelimpungan. Mataku terus bergerak mencari kebaradaan Ayah, apa dia sudah pergi mengantar Jesica.

"Bang, Ayah kemana?"

"Lagi nganter Jesica."

Aku menghela napas lelah. Alamat tidak mendapat uang saku. Apalagi hari ini pulang sampai sore. Rupanya aku harus berpuasa.

"Sab." Bang Fathan menyodorkan beberapa uang kertas padaku. "Nggak mau?"

"Bukannya nggak mau. Takut uang pesugihan."

Abang langsung menjitak kepalaku. "Kalau nggak mau nggak usah ngehina juga."

"Eh ya deh mau." Akupun meniramanya. Dan langsung kemasukan kedalam saku.

"Ingat, bunganya 40%."

"Jadi ini pinjeman?"

"Yaiyalah."

Bodohnya diriku mengharapkan setitik kebaikan dari manusia macam Fathan. Setiap sel tubuhnya itu tak pernah sedikitpun memiliki sisi baik, harusnya kau tahu itu Sab. Dari pada meladeni dia, lebih baik aku langsung pergi kedepan.

Ternyata benar, kak Reza sudah berada didepan rumah. Dan dengan santainya dia duduk diatas motor sambil bersiul. Aku tak tahu lagu apa yang tengah ia mainkan dengan siulannya. Eksitensiku berhasil ditangkap oleh kak Reza.

"Lo baru bangun?"

Mengangguk, kemudian bergegas memakai helm. Soal memakai dan melepas helm, aku sudah sangat ahli. "Maaf ya kak."

"Nggak masalah. Lagian gue udah biasa telat."

Kami berdua sudah duduk diatas jok motor. Kak Reza mulai menyalakan mesin, kemudian motor pun melaju ditengah jalanan komplek yang sepi.

Heran, padahal kami sudah hampir telat. Tapi kenapa bisa Kak Reza mengendarai motor dengan begitu santai.

"Sab, nanti gue nggak bisa anter lo pulang. Di pertengahan jam pelajaran gue harus izin pulang soalnya."

"Iya nggak masalah kok." Beruntung angin tidak terlalu kencang, jadi aku bisa mendengar suaranya dengan jelas. "Kak, bisa nggak agak cepet sedikit. Biar nggak telat."

"Gue sengaja jalan dengan kecepatan segini, biar kita telat."

*****

Kenapa dua orang pertama yang kutemui hari ini membuat darahku jadi mendidih. Pertama Abangku, lalu kak Reza.

𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang