"Sab, pulang nanti kita jenguk ayah lo yuk!" usul Sarah.
"Kalian langsung jenguk aja, aku ada bimbingan kimia dulu."
"Dasar anak durhaka!" hardik Anggita. "Bapak sakit, tapi lo malah lebih mengedepankan kimia. Dimana hati nurani lo?"
Perkataan Anggita menohok. Lagipula aku bukannya memang tidak ingin mengedepankan ayah. Tapi beliau selalu berkata aku harus mengedepankan olimpiade.
Tentu saja senang begitu di perhatikan. Hanya saja, aku akan lebih senang bila ayah membiarkanku untuk merawatnya juga.
"Kok malah ngelamun?!"
Terlonjak kaget, Anggita memang tak bisa mengontrol nada bicaranya. "Aku mau kekantin ada yang mau ikut?"
"Titip minum dong."
"Titip gorengan sama minum juga dong."
"Titip salam buat kak June kalau ketemu." Kanya, makin hari makin kegatelan saja. Apa perlu aku garuk dia menggunakan garpu rumput milik tetangga.
Sebenarnya malas menerima titipan dari mereka, apalagi Kanya. Berhubung saat ini aku malas berdebat dengan setengah hati aku mengiyakan tanpa syarat.
Suasana sekolah saat istirahat memang seperti ini. Selalu ramai dan berisik. Kepalaku makin penging mendekar setiap teriakan cempreng anak cewek sekolahku. Heran, kenapa populasi cewek cempreng disekolah begitu melimpah.
Perkataan Sarah memang benar. Lambat laun orang-orang mulai melupakan gosip tentangku dan kak Reza. Meski masih ada segelintir orang yang masih suka mencibir dibelakang. Walau begitu, aku abaikan saja. Meladeni mereka hanya akan menjadi pemborosan energi.
Koperasi memang ramai, tapi tak seramai kantin. Saking ramainya kantin aku bahkan tak bisa melihat pantat para pedagang disana. Aku ambil tiga air minum dari showcase, membeli beberapa buah gorengan yang lumayan hangat. Lalu membayarnya. Kupikir dengan begini aku bisa kembali ke kelas. Ternyata tidak semudah itu. Naasnya koperasi kekurangan uang receh, dan aku harus menunggu penjaga koperasi menukar uang untuk bisa mendapatkan kembalian.
Sambil menunggu, aku putuskan untuk duduk dikursi koperasi. Sebenarnya tidak nyaman duduk disini seorang diri sementara disekitar banyak senior cewek yang sesekali melirik sinis kearahku.
"Eh itu mawar, sama June?"
Refleks, aku menoleh keluar jendela koperasi. Mataku langsung menyapa pemandanga yang membuat hati bergojak tak karuan. Kak Mawar baru saja menyuapi Junedi. Sedetik kemudian aku langsung membuang pandangan kearah lain. Terus menatap mereka bukanlah pilihan yang baik.
"Mawar nggak tahu malu banget ya, udah di tolak juga masih deketin lagi."
"Junenya kenapa mau ngasih kesempatan lagi sih. Dari pada si agen skincare itu mending sama gue aja."
"Lo mau sama Junedi? Kabarnya dia Cuma mau phpin cewek aja."
"Kalau gitu gue tinggal buat dia jatuh hati aja sama gue, biar dia nggak phpin gue."
"NENG!"
Aku terlonjak. Asik menguping sampai tidak sadar sedari tadi terus dipanggil penjaga koperasi. Pelajaran penting, ketika menguping jangan terlalu khusuk.
*****
Terlambat.
Ini semua salah Bu lucinta luna, yang masih betah mengejar padahal bel pulang sudah berkumandang dari tadi. Aku berlari sekuat tenaga menuju ke ruang kimia lovers. Aku tahu kalau aku telat, tapi aku berharap telat ku tidak berlebihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞
Teen Fictionཻུ۪۪⸙͎╰─►❝Chemistry atau dalam bahasa Indonesia disebut Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi. ...