"Sabina, kenapa hasilnya segini?"
"Eh, kan emang benar bu caranya begini."
Bu Lulu mengambil kertas milikku lalu memperhatikan langkah kerjaku seperti cara memandang tokoh utama lelaki pada pacarnya di cerita-cerita novel romansa, intens. Kemudian bu Lulu berdecak sebanyak tiga kali. Dahiku mengernyit, caraku mengerjakan soal sudah benar lalu apalagi yang salah.
"Caranya emang sudah benar. Tapi kamu salah di perhitungan awal."
"Salah dibagian apanya bu?" aku tidak percaya.
"Nih," ibu Lulu meletakan kertas tersebut diatas meja. Lalu menunjuk letak kesalahanku. "3 dikali 4 itu dua belas bukan enam belas."
Sialan! Aku merasa sangat bodoh. Kenapa bisa salah di permasalahan sepele seperti ini. Malu, apalagi disini ada Udin, Junedi, dan kak Madi.
"Sabina, pemahaman kamu mengenai soal sudah baik. Tapi kamu masih kurang teliti. Lain kali periksa lagi."
"Ba-baik bu."
"Sabina, kerjakan lagi soal ini dengan benar," ucap beliau dengan nada tegas. "Yang lain juga kerjakan soalnya! Kalau sudah selesai bantu teman-teman kalian. Ibu tinggal dulu sebentar."
Bu Lulu pergi, menyisakan kami berempat dengan lembaran soal sialan. Terpaksa kuhapus lagi jawaban yang sudah kutulis panjang lebar.
"Sabina, ayok sini belajar perkalian sama kak Madi."
"Jangan ngurusin orang, mending kerjain aja tuh soal!" Sungutku tanpa mengalihkan pandangan dari buku.
"Ngerjain soal? Sori ya gue udah selesai dari tadi." Yaampun, nada bicaranya sangat sombong. Ingin rasanya kusiram kesombongan tersebut dengan larutan HCL.
"Madi, soal nomor satu belum selesai. Yang ditanya berapa persen massa Ag kedalam larutan, bukan Cuma jumlah massanya. Terus nomor tiga dan empat ada kesalahan penghitungan diawal. Nomor lima penulisan reaksinya salah."
"Ngaco lo June! gue udah yakin seratus persen kalo itu bener semua."
"Kalau nggak percaya, periksa aja sendiri." Junedi menyodorkan kertas tersebut pada sang pemilik. Dan dengan sewot kak Madi pun menerima kertas itu. Setelahnya, Junedi pun mendekat padaku.
"Emang bener kak Madi salah sebanyak itu?" Junedi mengangguk. "Karma datangnya cepet banget."
"Sab, perlu bantuan?"
"Periksa hasil kerjaku untuk soal nomer sembilan, aku masih ragu."
Junedi mulai bekerja. Jawaban untuk soal nomor sembilan ini memang sangat panjang. Dan selagi dia sibuk memeriksa hasil kerjaku, aku justru sibuk memperhatikan wajahnya. Selama ini aku memang mengakui kalau dia tampan, tapi aku baru sadar kalau dia setampan ini.
"Sab?"
"Eh, ya?!"
"Kok ngeliatin gue mulu. Ada cabe di gigi gue?"
"Eng... itu, nggak. Cuma lagi mirip-miripin kakak sama orang yang aku kenal."
"Siapa?"
"Adadeh."
"Sab, hati-hati. Jangan ngeliatin gue mulu, nanti lo jatuh hati sama gue hehe..."
Sayangnya aku memang sudah jatuh hati.
*****
Katanya tempat ini terlarang bagi anak kelas satu. Karena biasanya taman depan sekolah dihuni kakak kelas hits yang kebiasaannya suka lempar tatapan sinis ke adik kelas tanpa alasan jelas. Aku sendiri merutuki kak Mawar yang seenak jidat menjadikan tempat ini sebagai titik pertemuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞
Genç Kurguཻུ۪۪⸙͎╰─►❝Chemistry atau dalam bahasa Indonesia disebut Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi. ...