"Oke ibu akan bahas soal selanjutnya. Soal nomor lima belas ini tentang waktu paruh." Mataku memang menatap bu Lulu, tapi pikiranku sedang berkelana jauh kebarat bersama biksu tong untuk mencari kitab suci. Malu untuk diakui, saat ini pikiranku dipenuhi Junedi.
"Sabina, kamu masih ingat tentang materi waktu paruh?"
"Ma-masih bu." Aku sedikit tergagap karena sedikit terkejut tadi. Melamun di saat ibu Lulu menerangkan itu hukumnya haram.
"Pengertiannya apa?"
"Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan zat radio aktif untuk meluruh hingga massanya tinggal setengah."
"Kamu hapal pengertiannya, tapi kenapa kamu tidak bisa mengerjakannya dengan benar. Di Kimia itu nggak hanya menghapal, harus ada pemahaman juga. Kalau belum paham bisa tanya lagi, tidak usah malu-malu." Pedas tapi tepat sasaran, inilah ciri khas dari bu Lulu. "Kemarin itu kalian tidak ada yang benar mengerjakan soal tentang waktu paruh. Paling besar ya hanya dapat nilai setengahnya."
"Satu dua gelas labu, emang sudah dikoreksi semua ya bu?"
"Saya cuma ngoreksi nomer lima belas. Saya penasaran, itu kan materi yang baru diajarkan kekalian. Jadi saya pikir kalian akan dapat nilai sempurna. Tapi nyatanya tidak." Ibu Lulu menjauh dari papan tulis, lalu berdiri diantara mejaku dan meja Herdi. "Kemarin saat saya menerangkan kalian bilang paham. Tapi mana buktinya. Perlu dijelaskan lagi?"
"Waktu kemarin itu memang saya sudah mengerti bu. Tapi begitu mengerjakan soal agak bingung, mungkin karena tipe soalnya berbeda, dan saya kurang persiapan," ucap Herdi.
"Kalau begitu, dengan berbaik hati saya akan mengulang materi ini." Wajah Ibu Lulu kembali berubah menjadi serius. "Jadi waktu paruh itu seperti apa yang sudah dijelaskan oleh Sabina. Dan materi paruh waktu ini berkaitan dengan zat radio aktif. sudah tahukan apa itu zat radio aktif?" Kami semua mengangguk. "Nggak tahu ya?" Sebenarnya aku tahu. Tapi karena tatapan tajam Bu Lulu, lidahku jadi kelu.
"Jadi zat radio aktif ini merupakan unsur yang tidak stabil. Dan untuk mencapai kestabilan itu suatu zat tersebut akan memancarkan sinar radiasi sampai zat radio aktif itu berubah menjadi stabil atau berubah menjadi zat lain."
Seketika aku tersentak, mataku membulat. Sebuah ketakutan menyeruak dalam hatiku. Aku takut kalau hatiku ini sama halnya dengan zat radio aktif. Maksudnya begini, ibarat kata hatiku adalah zat radioaktif maka saat ini hatiku sedang tidak stabil, karena diisi perasaan suka tapi ada sedikit ruang dihatiku yang menolaknya. Aku takut sinar yang aku pancarkan itu merupakan penolakan. Dan nantinya yang tersisa tinggal rasa sukaku pada Junedi.
Aku menggigit kuku. Sebagaimana hukum waktu paruh 'Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan zat radio aktif untuk meluruh hingga massanya tinggal setengah.' Yang artinya hatiku akan terus meluruh sampai salah satu perasaan hilang dan hatiku kembali stabil. Pertanyaannya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat hatiku menjadi stabil, dan rasa apa yang tersisa setelahnya.
"Sabina! Sepertinya kamu kebanyakan makan cilok ya, dari tadi melamun terus. Biar nggak ngelamun, mending sini maju, kerjain soal didepan!"
"Tapi bu, sayakan nggak-"
"Sudah, sini maju aja biar bisa."
"Tapi-"
"CEPET!"
Maju kedepan dengan muka linglung dan di ejek Herdi, kurang sial apalagi hariku. Aku tidak terlalu lancar mengerjakan soal. Tapi beruntunglah bu Lulu dan yang lainnya mau membantuku. Dan terimakasih pada kalkulator doraemon milik Sukenti, karenanya aku tak perlu pusing menghitung pembagian desimal.
"Sabina, kamu boleh duduk tapi nggak boleh ngelamun."
Langsung kutaruh pantat diatas kursi. Sebisa mungkin aku terus memperhatikan bu Lulu. Walau isi kepalaku tak fokus menangkap penjelasannya. Yang terpenting terbebas dari teguran.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞
Novela Juvenilཻུ۪۪⸙͎╰─►❝Chemistry atau dalam bahasa Indonesia disebut Kimia adalah cabang dari ilmu fisik yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan materi. ...