14. Gejala

148 25 4
                                    

Seumur-umur belum pernah aku berpartisipasi dalam sebuah rapat. Maklum, aku tidak aktif berorganisasi. Dan ini adalah kali pertama aku ikut rapat. Yah rapat tidak penting juga sih. Rapat kali ini membahas perasaan gundah galau Sabina, iya aku.

Jadi awal mulanya begini. Aku berniat curcol pada Sarah. Dan dia malah mengajak Kanya dan Anggita untuk membuat rapat tidak bermanfaat ini.

"Jadi saudari-saudari langsung saja kita buka rapatnya." Oh yang jadi pembicara itu Anggita. "Kita mulai dengan penjelasan yang akan di bacakan secara langsung oleh saudari Sarah. Silahkan."

"Rapat kali ini berkaitan dengan perasaan teman kita, Sabina. Dia berkata kalau belakangan ini dia merasa aneh dengan perasaannya."

"Bukan belakangan ini, sebenarnya baru kemarin-"

Brakkk

"Saudari Sabina dimohon untuk diam. Jangan mencela penjelasan dari saudari Sarah." Kenapa Anggita jadi terlihat lebih galak begini. Mendadak aku jadi takut. "Silahkan saudari Sarah lanjutkan."

"Dia merasa seperti ada sesuatu yang bertolak belakang dengan yang selama ini ia yakini."

"Intinya?" Anggita mulai kesal rupanya.

"Intinya gini. Sabina ngerasa aneh. Padahal dia jelas-jelas nggak suka sama Kak June, tapi dia heran kenapa pas kemarin dia terus memperhatiin kak June."

Akhirnya selesai juga rapat abal-abal itu. Kan kalau begini lebih leluasa dan seru. Tiba-tiba Kanya memeluk tubuhku. "Bina, welcome di club penggemar kak June," serunya.

"Apaansih, lepas! Aku nggak sudi sama sekali masuk ke club begituan."

"Jelas-jelas lo tertarik sama kak June." Anggita mulai ngotot.

"Nggak deh."

Bahuku ditepuk Sarah. "Sab, gue juga nggak percaya ini. Tapi apa yang dikatain Anggita kemungkinan besar bener."

"Gimana ini, aku nggak mau suka sama lelaki kerdus macam Junedi. Aku kan sudah berjanji."

"Sab terima aja. Emang siapa sih yang bisa nolak pesonanya kak June," kata Anggita.

"DIEM KAMU, ANGGITA!" Aku menemukan satu hal yang membuatku panik selain menjawab soal kimia yang susah.

"Bina jangan nangis gitu dong... Suka sama kak June itu bukan hal yang salah kok... cup... cup..."

Mereka memang teman yang baik. Tapi kali ini curcol dengan mereka tidak akan membuahkan hasil apapun. Aku harus curcol pada seseorang yang bisa dipercaya dan benar-benar paham situasiku ini. Seketika wajah seseorang melintas bagai iklan singkat diotakku. Benar, aku harus menemui orang itu apapun yang terdi.

*****

Sudah tiga kali aku bolak-balik ke area kelas sebelas untuk mencari orang itu. Dan hasilnya selalu nihil. Sebenarnya kemana sosok manusia yang menjadi last hope bagiku itu.

Ini keempat kalinya aku memasuki kawasan kelas sebelas hari ini. Kalau kali ini tidak ketemu juga kuputuskan untuk menyerah saja.

"Misi kak, ada kak Reza nggak?" dengan sok berani aku tanya pada lelaki botak yang berdiri didepan pintu kelas mipa 4.

"Reza dari tadi nggak ada dikelas. Dia bolos."

Yaampun, tak kusangka gen badboy dalam diri kak Reza begitu kental. "Yaudah kak, makasih."

Aku pergi dengan terburu-buru. Takut bilamana Junedi meilhatku. Saat ini aku ingin menghindarinya. Entah kenapa aku merasa tidak siap melihantnya secara langsung.

𝐓𝐞𝐞𝐧𝐟𝐢𝐜 ❝Chemistry❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang