7

1.1K 102 13
                                    

Author POV

Suara tangisan bayi di malam hari terdengar.

"Ssh, jangan menangis ya"

Membuat orang tuanya khawatir.

"Demamnya tinggi"

Sang anak sakit.

"Honey, lebih baik sekarang ke rumah sakit"

Sang istri mengikuti apa yang disarankan si suami.

Duduk di kursi penumpang di tengah untuk menenangkan anaknya.

"Oeek! Oeek!"

Panik, itu yang dirasakan orang tua baru ini.

"Demamnya masih belum turun?"

"Belum, sudah aku tempelkan penurun panas"

"Oh, Tuhan beri kesembuhan pada anak kami"

Erwin POV

"Sudah tenang kok, panasnya sudah turun"

Fuh, syukurlah.

"Untung sempat dibawa ke rumah sakit, kalau tidak segera bisa saja--"

"Terima kasih, dokter"

Aku tahu, tapi tidak pngin dengar kelanjutnya.

"Sudah boleh pulang?"

"Iya, tapi besok berjaga-jaga kalau anak anda demam lagi"

Aku berpamitan dengan dokter tersebut dan dokter tersebut keluar.

"[Name]"

"Kirakira hikaru...oosora no hoshii yo"

Meski bernyanyi air matanya belum berhenti.

"Oh, anata"

Saat aku mendekat dan merangkul bahunya, tangan mungil Sachi menggenggam erat tangan ibunya.

"Apa kata dokter?"

"Demamnya turun dan Sachi sudah bisa pulang besok. Obatnya dokter bilang bawa saja untuk berjaga-jaga"

Raut mukanya muram berangsur cerah.

"Yokatta..."

"Sudah jangan menangis lagi"

Aku menghapus air matanya.

Selama di mobil sampai ke sini dia menangis terus.

"Besok kamu libur ya? Jaga-jaga kalau Sachi demam lagi, aku juga ambil libur"

[Name] menggelengkan kepalanya, "biar aku saja yang jaga Sachi, kamu tidak apa kerja saja"

Akj hanya tersenyum dan mengacak rambut istriku yang sudah acak-acak kan daritadi :v

Selalu memikirkan yang lain daripada dirinya sendiri.

"Kalau begitu, aku ambil jadwal yang cepat pulangnya"

Author POV

Paginya, anak keluarga Smith keluar dari rumah sakit.

Dengan masih lelap di pelukan ibunya.

"Aku langsung kerja ya"

"Mandi dulu saja kan masih ada waktu", sang istri langsung berbalik tidak jadi membuka pintu.

"Aku masih wangi kok", Erwin mengecup dahi istrinya. "Sudah ya, aku berangkat"

Mobil itu melaju ke tampar tujuan.

"Dih, jorok narsis masa mandi di kampus( ̄~ ̄;)"

Tidak butuh waktu lama, pak dosen Smith sampai ke universitas dia mengajar :v

Secepat kilat, ia ke gymnasium tepatnya ruang shower.

Membersihkan diri dan mengganti bajunya.

"Baru kali ini aku tidak sarapan buatan istri ╥﹏╥"

Ye salah siapa ke kampus dulu :v//akwokwokwokwo

Belum banyak orang yang datang.

"Oh, tumben kau sudah datang pagi begini"

"Justru itu yang kukatan, Levi"

"Aku selalu datang jam segini, bodoh bucin"

Erwin memutar bola matanya malas.

Drrt!

Ponselnya bergetar, tanda panggilan masuk.

"Hai, honey"

"Erwin, gawat!"

Mata birunya membulat ketika melihat wajah istrinya panik -video call-

"Sachi, panas lagi?"

"Gawat sudah...anak kita terlalu imut! Kya!", muka [Name] yang tadi muram kini cerah. "Waktu aku tinggal mandi sebentar, pas balik ke kamar udah bisa tengkurap! Lagi main sama bonekamu!"

Muka Erwin yang awalnya spechless kini merah bagai tomat setelah dilihatkan sang anak.

Keimutan haqiqi! Imut maksimal! Aaaa!, innernya menjerit.

Kepalanya ia singkirkan dari smartphone miliknya.

Levi tidak sengaja mengintip :v

Imut kayak ibunya, dan memfoto anak  Erwin tersebut.

"Erwin, sayang kamu masih disitu?"

"Ah, iya ehem!"

"Mukamu merah, ahaha! Sachi, say hi to papa"

"Mua amumu"

Jantungku astaga! Imut sekali anak kami Ya Tuhan!, innernya menjerit lagi :v

Matanya tidak sanggup menatap keimutan anaknya.

Imut astaga, Levi memotret diam-diam sambil menutup hidung dan mulutnya.

"Manisnya anakku! Sudah ya, maaf aku ganggu kerjamu"

"Ah, tidak kok sayang. Aku kebagian, haha"

"Tadi kan sudah kubilang mandi dulu, lalu sarapan di rumah( ̄~ ̄;)", muka cantiknya bete. "Sudah ya, papa semangat kerjanya ya"

"Au!"

Telpon diputus sepihak.

Brak!

Kepala pria berani satu ini dibenturkan ke mejanya.

"Aku ingin pulang", gumamnya.

"Kau baru saja datang Erwin, anakmu kalau sudah besar nanti akan aku nikahi"

"Wtf! Tidak akan aku restui dia menikahi lelaki tua sepertimu Levi!"

"Cih"

Daily Life With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang