Erwin POV
Aku tinggal kerja lagi apa dia baik-baik saja?
Sudah beberapa hari sih, tapi dia bilang masih lemas.
Bagiku sangat lemas.
"Tadaima, [Name]?"
Aku minta Hange buat menjaganya.
Aku tidak enak dengan kalau terus-terusan minta tolong ke ibu.
"[Name]?"
Tidur ya?
Televisi di ruang tengah menyala, apa dia lupa?
"Ma!"
"Wah, tertidur di sofa lagi"
[Name] jadi lebih cepat tidur sekarang.
Mungkin efek obat, atau sistem tubuhnya yang menyuruhnya tidur yang terpenting dia bisa istirahat.
Aku memutar gendonganku pada Sachi ke belakang, lalu mengangkat tubuh [Name].
"Ringan sekali"
Dia jadi sangat kurus.
Tubuhnya seringan kertas.
"Nghm...Erwin, Sachi okaeri"
Eh? Terbangun ya?
"Zzz...", ngigau ternyata (T▽T). "Hnghm..."
Pulas sekali tidurnya, berbeda saat sakit waktu itu.
[Name] selalu terbangun.
Dia tidak mau menggangguku tidur atau bekerja.
Aku tahu karena sempat terdengar suara benda jatuh dari kamarnya dan suara keluhnya.
Tidurnya tidak nyaman sepertinya.
"Hm...sudah pulang"
Oh, dia terbangun.
"Tadaima, [Name]"
"Ng, aku buatkan makan malam ya"
"Biar aku saja, sayang"
"Kepalaku pusing", pegangannya mengerat.
Bajuku di remasnya kuat.
"Vertigo lagi?"
"Hanya pusing saja kok"
"Sudah makan?"
"Cuma makan biskuit"
Oh, astaga naga cuma makan biskuit.
Aku turun lagi dari tangga ke ruang tengah.
Menidurkannya lagi pada sofa dan Sachi aku letakkan di kursi berjalannya.
"Aku ambilkan makan"
"Aku saja, Erwin"
"Tidak, kau duduk saja. Ah, bukannya jam segini drama kesukaanmu"
Reader POV
Mengalihkan pembicaraan.
Tapi aku tidak punya tenaga untuk berdebat dengannya.
"Da! Da!"
"Sachi, rindu mama ya"
Anak ini sampai berusaha menggeser kereta mainnya lucu.
"Ma! Huweee"
"Sst, kok nangis? Anak mama kok cengeng?"
Aku duduk di lantai dan memeluknya.
Dia langsung berpegangan erat padaku.
Kamu pasti khawatir dengan mama ya.
"Sst, iya, iya, mama janji nggak sakit lagi. Sudah jangan menangis, mama di sini"
Aku menepuk-nepuk punggungnya pelan sambil sesekali mengelus rambutnya.
Saat kurasa dia sudah tenang, aku mau kembalikan lagi ke tempat duduk elektrik.
Tapi malah pakaianku yang melar.
Sachi tidak mau lepas.
Untung aku sudah sembuh tinggal pemulihan.
Semoga aku tidak ketahuan kalau--
"Sayang, kamu habis buat makan malam? Terus semua cucian kamu yang cuci? Astaga sampai setrika dan bebeesih rumah? [Name] sudah aku bilang kamu istirahat saja"
Ketahuan juga (T▽T)
Erwin jadi lebih cerewet dari biasanya.
"Maaf habis aku tidak tahan lihatnya, berantakan sekali"
Lumayan berantakan.
Seketika itu badanku langsung lemas.
"Sini Sachi sama papa"
"Da!"
"Tidak apa Erwin, malam ini aku tidur di kamar kita lagi ya?"
Aku kangen memelukmu saat tidur.
Pengganti guling yang nyaman.
"Iya, kalaupun berdebat sekarang aku tidak tega denganmu. Sekarang makan ya, [Name]"
"Aku ngantuk"
"Dame!"
Aku menurutinya sajalah.
Dan ya, aku makan.
Lalu dia menidurkanku di kamar bersama Sachi dan dia mandi.
Setelahnya dia kembali secepat kilat.
Aku curiga dia tidak mandi tapi cuman gosok gigi dan cuci muka.
Sachi tertidur begitu sudah diberi susu.
Aku meletakkannya di ranjang bayi.
Melihatnya tidur pulas membuat hatiku hangat.
Sekarang tinggal big baby satu ini yang mayun dari tadi.
"Bibirmu kenapa?"
"Chu~|°з°|"
Imut juga kalau begini.
Aku berbaring di sebelahnya.
Mengecup bibir dan keningnya singkat.
"Erwin?", aku terkejut begitu dia memelukku.
Menenggelamkan wajahnya di dadaku dan memelukku erat.
Aku membalas pelukannya dan mengecup puncak kepalanya.
"Hei, penyakit sialan jangan pernah datang lagi ke tubuh istriku!"
Ukh, lucunya!
"Ha'i, ha'i"
"Jangan kambuh lagi, aku kesepian tahu. Aku tidur sendiri dengan memeluk guling kecil Sachi", aku terkekeh mendengar keluhnya. "Kali ini aku akan tegas padamu, jangan overworker mengerti?"
"Wakatta, wakatta"
Tidur begini yang aku rindukan.
Pinggangku dililit oleh lengan kekarnya dengan lembut.
"Bantalan ini memang paling nyaman"
"Erwin baka! Hentai!"
"Pangkuanmu juga"
"Erwin hentikan aku malu"
"Kamu kurus ini jadi menonjol ya"
"Erwin!"
![](https://img.wattpad.com/cover/194347515-288-k376526.jpg)