Reader POV
Mules, perutku rasanya mules dari kemarin.
Kadang sakit seperti kontraksi apa sudah waktunya?
Erwin baru sebulan pergi ke Hokaido.
Tapi dari 3 hari lalu dia tidak jawab pesan dan telponku.
"Angkat Erwin, aku mohon"
Aku mencoba beberapa kali menelponnya tapi tidak dijawab.
Aku menuruni tangga perlahan.
Sachi lagi ditemani ibu.
[Berita terkini, tiga hari yang lalu Hokaido dilanda tsunami]
Crak!
"Apa?"
Uso deshou?
Uso deshou ne?
"[Name] nak, astaga ibu--"
"Tidak bu, jangan ganti channelnya tolong keraskan sedikit"
[Berikut daftar nama yang dinyatakan hilang]
Aku mohon Tuhan lindungi suamiku.
Mataku menilik setiap nama yang ada di layar tersebut.
"Ukh!"
"[Name]! Bertahanlah!"
Perutku makin sakit!
Aku harus fokus mencari namanya.
[33. Erwin Smith--]
Tidak...
Ini bohong kan?
Aku mohon Tuhan jangan ambil dia dulu.
"[Name]!"
"Mama!"
Author POV
Rumah sakit x.
Derap kaki tergesa-gesa memenuhi lorong.
Di ranjang tersebut seorang wanita menahan sakit yang ada di perutnya.
Keringatnya mengucur deras bersamaan dengan air matanya yang mengalir.
"Ibu...Erwin dia..."
"Nak, sabar ya ibu yakin dia pasti baik-baik saja"
Ibu dan anak tersebut terpisah antar ruangan dan lorong.
Si ibu lemas dan duduk di kursi yang ada bersama sang cucu.
Jemarinya mencari kontak suaminya tersebut.
"Ayah...iya, sudah...iya..."
"Nenek, mama nggak apa? Telus kenapa nama papa ada di televisi?"
Ucapan sang cucu membuat air matanya berlinang memeluk tubuh mungil sang cucu.
"Hilang itu apa nek?"
Tidak sanggup menjawab pertanyaan polos cucu tercinta.
Tak berapa lama keluarga dari suami anaknya datang.
Menanyakan keadaan menantunya yang sedang berjuang melahirkan anaknya di ruang bersalin.
Saat orang tua menantunya bercerita tentang berita yang baru saja ia lihat tadi.
"Oh, putraku Erwin", tubuh wanita itu lemas dipelukan pria di sampingnya.
Setelah mendengar kabar anak semata wayangnya tersebut.
Suasana menjadi suram di lorong tersebut.
Detik demi detik.
Menit demi menit.
Jam demi jam berlalu.
Proses kelahiran yang cukup lama dan membuat yang menunggu tegang.
Suara tangis bayi terdengar dari dalam.
Suara yang membuat tenang.
Seorang dokter dan perawar keluar.
Sosok malaikat kecil.
"Selamat, Smith-san baru saja melahirkan 2 orang putra"
Tangis haru orang yang menunggu pecah.
"Lalu ibunya, maksud saya anak saya bagaimana?"
Dokter dan perawat itu saling pandang.
Sang perawat menundukkan kepalanya nampak sedih.
Dokter tersebut menghela napasnya dengan berat.
Kepalanya tergeleng pelan.