Author POV
Derap kaki kecil terdengar riang di sepanjang lorong rumah sakit.
"Sachi, jangan lari-lari"
Peringatan dari pamannya tidak ia hiraukan.
Gadis kecil itu tidak sabar ingin bertemi dengan adiknya yang baru saja lahir kemarin.
Membuat pamannya sedikit kewalahan mengikuti derap kakinya.
Gadis kecil berambut pirang melompat kecil di depan kaca besar sebuah ruangan.
"Paman! Sachi nggak bisa lihat!", katanya.
Tangan kekar pamannya mengangkat sang keponakan dengan lembut.
Mata birunya berbinar melihat ke dalam ruangan tersebut.
"Adik Sachi yang mana?"
"Siapa namanya?"
"Kei dan Kai!"
Mata sang paman menulusuri isi ruangan tersebut.
Sampai seorang perawat mengizinkan mereka masuk.
"Jangan berisik ya, adik bayinya masih tidur"
"Iya, Sachi janji suster", gadis mungil mengecilkan suaranya.
Membuat orang dewasa yang di sana terkekeh pelan melihat kelucuannya.
Malaikat kecil terbaring di inkubator.
Sosoknya sangat kecil dan rapuh.
"Kei, Kai, ini Sachi kakak kalian", bisik gadis kecil tersebut.
Tangannya menempel pada kaca yang menghalangi antara dia dan kedua adiknya.
"Mama, papa, baik-baik saja! Jadi jangan khawatir"
Ucapan gadis kecil tersebut membuat pamannya tidak bernapas sesaat.
Seolah terkena panah di jantungnya.
Mengingat keadaan orang tua ponakannya tersebut.
Erwin Smith, masih belum ditemukan.
[Name] Smith, mengalami shock dan psikisnya sedang down.
Kamu anak yang kuat ya Sachi, senyum terukir di wajah tampannya dengn setitik air mata di pelupuk matanya.
"Sachi, nak", suara lembut nan parau tertangkap indra keduanya.
"Mama!", gadis mungil berlari ke wajita yang dengan kursi roda tersebut.
Memeluk kakinya dengan sayang.
"Armin, terima kasih sudah jaga Sachi"
"Tidak masalah, [Name]. Itu soal--"
"Tidak apa...Erwin, dia pasti baik-baik saja"
"Pasti! Aku pasti akan menemukannya!"
Armin setelah lulus dari kuliahnya, ia diterima di pasukan militer bagian medis.
Ia sedang mengunjungi keadaan keluarga Smith tersebut setelahnya ia akan bertugas di Hokaido membantu tim medis di sana.
"Arigatou...", senyum [Name] tidak akan pernah ia lupakan.
Senyum penuh harap nan kesedihan mendalam.
"Kei, Kai daijoubu yo mama koko ni iru yo", tangan lentik menempel pada kaca.
Reader POV
Tidak ada kabar ya?
Aku selalu melihat berita di televisi rumah sakit.
Belum dikonfirmasi orang-orang yang telah ditemukan.
Aku selalu berdoa untuk keselamatanmu, Erwin.
Anak kita lahir, kembar laki-laki semua.
Kei dan Kai, nama mereka.
Kei yang kakak dan Kai yang adik.
Hanya beda beberapa menit saja.
Mereka tampan sepertimu.
Erwin, aku mohon kembalilah.
Tuhan hamba mohon, pertemukan aku dengan suamiku apapun keadaannya nanti.
Aku akan berusaha menerimanya.
Kalau Engkau izinkan dia hidup, hamba berterima kasih.
Namun, jika Engkau mengambilnya...
"Mama?"
"Ya, sayang?"
"Mama menangis"
Aku menghapus air mataku yang tumpah.
Tanpa sadar aku menangis saat berdoa.
"Kalau mama menangis nanti papa sedih"
"Mama tidak menangis sayang"
Aku memeluknya dengan lembut.
Malaikat kecilku, malaikat kecil kami sudah besar ya.
Erwin, aku mohon pulanglah.
