Erwin POV
"Bawa Sachi ke kampus?"
Aku mengangguk.
Sesekali membawanya ke kampus karena ada tempat penitipan anak.
Aku sedikit sungkan kalau sering dititipkan ke ayah dan ibu atau bibi.
Memang lebih sering [Name] membawanya ke kantornya.
Cuma di sana tidak ada penitipan anak.
"Kamu kan ada meeting dengan produser bukan? Di sana kan tidak ada penitipan anak jadi--"
"Hm...tidak apa! Sachi, ikut papa kerja ya sekarang"
Hah~
Syukurlah dia mau mengerti.
"Aku memang kesulitan kalau bawa Sachi ke kantor, di sana tidak ada tempat penitipan. Ada sih tapi terlalu jauh. Aku ingin bilang padamu, tapi aku agak tidak enak padamu", [Name] melepas gendongannya dan melelahkan Sachi ke kursi belakang.
Dengan kursi khusus bayi di sana.
"Kenapa merasa tidak enak? Aku kan suamimu"
Oh, manisnya kalau dia malu begitu.
"Tolong ya, sayang. Sachi, mama ke kerja dulu ya sementara sama papa ya", aku lihat istriku mengecup dahi anak kami.
"Ayaya!"
"Jangan ngebut, semua kebutuhan Sachi ada di tas. Lalu kamu tahu cara pakai gendongan kan?"
"Aku tahu kok", hasil nonton tutorial :v
Sebelum [Name] pergi, dia mencium bibirku singkat.
"Bye, honey! Good luck!"
Dia melambaikan tangan dengan senyumnya yang manis.
"Nah, Sachi belum pernah lihat kampus papa kerja kan?"
"Auuumu!"
Ah, imutnya anakku~
"Let's go!"
"Nyaya!"
Author POV
Semua mata tertuju padamu :v//iklan
Ehem!
Berbagai pasang mata melihat ke arah Erwin, tepatnya apa yang ia gendong.
Seperti ibu kanguru, menggendong anaknya di depan//tau gendongan yang author maksud gak :'v?
"Eh, itu anaknya?"
"Imutnya~"
"Belum pernah Smith-sensei bawa anak ke kampus"
Mengundang perhatian sepanjang ia berjalan.
"Nga!", jari mungilnya menunjuk ke segala arah yang ia lihat.
"Iya, ramai kan? Ini tempat papa mengajar", Erwin terkekeh pelan melihat tingkah lucunya.
Adem sekali lihat bapak dan anaknya yang akrab, serasa lega melihat pemandangan pagi yang disajikan :v
Terutama mahasiswa tingkat akhir yang stres dengan skripsi serasa adem melihat ayah dan anak ini.
Usia anak itu lima bulan sekarang.
"Pa!"
"Eh?"
"Papa!"
First word!, Erwin merasa terharu dengan ucapan anaknya.
"Dada!"
"Oh, lucunya astaga (T▽T)"
Sampai tidak terasa langkahnya sampai ke tempat yang ia tuju.