Erwin POV
Dering telpon terdengar di kediaman keluarga kami di pagi hari.
"Ha'i, Smith desu"
{KAU!}
Dan suara si penelpon membuat telingaku mendenging.
"A-ayah", bapak mertuaku (T▽T)
Tamat sudah riwayatku ╥﹏╥
[Name] masih sakit, namun keadaannya sudah membaik.
{Kau ini bagaimana hah?! Bagaimana bisa putriku sakit? Tegaslah sedikit padanya, Erwin! Istrimu itu kalau sudah suka dengan hal yang dia lakukan akan lupa segalanya sampai overload!}
"Sa-saya mengerti ayah"
Kowai (T▽T)
Untung cuma via telpon.
{Tegas sedikit Erwin! Kau ini suami yang bagaimana? Lelaki harus tegas!--}
"Erwin, biar aku saja"
"Astaga, [Name]! Kamu istirahat saja"
Dia mengambil gagang telpon di tanganku dan tersenyum.
Aku tahu perkataan ayah sedikit menyakitkan hati.
Tapi itu tandanya beliau peduli padaku.
"Ayah, ini [Name]", dia mengizinkanku ikut mendengarkan.
Sachi masih tidur di kamar kami.
{Nak, bagaimana keadaanmu? Kau ini ya! Menurut sedikit bisa tidak pada suamimu!?}
Lah kok( ̄~ ̄;)
Tadi aku yang disindir sekarang [Name].
Bagaimana sih ayah( ̄~ ̄;)?
"Iya, aku tahu...tapi ayah, bisa tidak bicara hal yang menyakitkan? Aku tahu ayah peduli padanya tapi, tolong jangan terlalu kasar padanya dan padaku juga"
"Honey..."
[Name] hanya tersenyum padaku.
{Hah~}, helaan napasnya kasar sekali. {Maaf ayah sedikit panik tahu kamu kambuh lagi. Bahkan lebih parah dari yang dulu, itu membuat ayah khawatir. Maafkan kata-kata ayah ya nak}
"Uhn, ayah juga minta maaf sama Erwin dong"
Hening, ayah sama sekali tidak bicara setelahnya.
Memberi jeda cukup lama.
"[Name], jangan paksa dirimu. Kamu baru sembuh, istirahat ya", aku menopang tubuh istriku yang hampir ambruk.
Dia mengangguk, keadaannya masih lemah.
[Name] bilang, masih lemas karena selama sebulan lebih dia hanya makan bubur saja.
"Ayah sebentar saya mau--"
{Ya, ya, antar dia ke kamar aku tahu dia masih lemas}
"Di ruang tengah saja, Erwin"
Aku mengantar sesuai yang dibilang [Nane].
Menyalakan televisi ke channel yang dia minta.
"Sebentar ya, nanti aku bawakan sarapan sementara makan biskuit dulu ya"
[Name] mengangguk menurut.
Biskuit aman untuknya sementara ini.
Nasi saja bilehnya yang lembek dan untuk lauk atau masakannya tidak boleh terlalu kuat bumbunya atau keras.
"Halo ayah?", aku mengangkat telponnya lagi.
{Begini...maafkan ayah sudah mengatakan hal kasar sejak dulu. Jujur saja...aku sedikit belum percaya menyerahkan putriku padamu. Sejak kejadian itu tentunya}
![](https://img.wattpad.com/cover/194347515-288-k376526.jpg)