Reader POV
"Uhm..."
Sesekali "main" tidak apa kan?
Memanjakan suami sendiri juga.
Tiba-tiba Erwin bilang mau tambah anggota keluarga lagi.
A-aku sih juga mau sebenarnya.
Tenang kami melakukannya di kamar Erwin dulu yang rencananya mau dibuat kamar anak kamu nantinya.
Selama ini, kami tidur di kamar orang tua Erwin dulu.
Tengah malam sekali ini.
Sachi sudah tertidur.
"Ne anata uhm~"
"Nani ga? Tsukareta?"
Aku menggelengkan kepalaku dan mengalungkan lenganku padanya.
Memeluknya erat dan memberinya tanda di sana-sini.
"Kamu jadi lebih jago ya sekarang, [Name]"
"Berisik uhh~"
Mencium dan beradu lidah di dalam mulut.
Kamar ini hawanya menjadi panas karena kami.
"Uhm!"
Mencapai klimaks, benihnya memenuhi rahimku.
Jembatan saling tercipta begitu aku melepas ciumannya.
"Mau 'main' lagi?", tanyanya.
"Maaf aku lelah"
Ini sudah ronde ke berapa astaga (T▽T)?
Dari jam 11 malam sampai sekarang jam 3 subuh (T▽T)
Sampai aku tidak bisa hitung berapa kali kami "main" (T▽T)
Tapi, tubuhku jauh lebih lelah dari biasanya.
Erwin menyelimutiku dan ia terbaring di sampingku.
Aku menikmati sentuhan tangannya yang membelai pipiku.
"Wajahmu pucat"
"Aku hanya lelah, Erwin. Sekarang pria ini tidak memberiku istirahat sama sekali ya"
"Hehe, tapi kamu menikmatonya kan?"
"Urusai"
Badanku sakit rasanya.
Apa karena "main" terlalu lama ya?
Atau sudah lama tidak "main"?
"Honey, tidurlah"
"Nanggung sudah jam segini, tapi aku ngantuk berat"
"Ya sudah tidurlah, have nice dream", kecapean di dahiku ia beri.
"Oyasumi, anata"
Author POV
Saat hari hujan tidak biasanya di pagi hari.
Derasnya suara air yang tuh dari langit.
Suara berisik dari alarm membangunkan pria berusia kepala 3 ini.
Dengn malas mematikan alarm yang ada di atas nakas.
"Babe, honey, bangun sudah pagi", Erwin mengguncang sedikit tubuh istrinya di sampingnya.
Tidak ada respon apapun.
Terdengar suara tangisan bayi dari kamar lain.
"[Name] bangun, Sachi menangis mencarimu", sekali lagi ia guncangkan pelan tubuh istrinya. "[Name]?"
Ketika ia menyibak sedikit selimut yang membungkusnya, tampak sang istri yang sesak napas.
Keringat dingin mengucur deras di pelipisnya.
"Aku harus mebawamu ke rumah sakit sekarang!"
Tangan mungilnya bergetar menggapai lengan sang suami, "Sa...chi...ja...ga dia"
"Tapi kamu--"
[Name] menggeleng lemah, "dai...joubu...Sachi yang ter...penting"
Erwin mengacak rambutnya dengan frustasi dan berlari ke kamar anaknya.
Tenang gaes sudah pakai baju dan celana kok pasutri ini :v
Menimang anaknya agar tidak menangis.
"Sst, jangan menangis"
Tangisan sang anak tambah kencang lantaran suara petir terdengar keras.
"Kaget ya? Sudah tidak ada apa, tidak ada yang perlu ditakutkan"
Reader POV
Dadaku sakit.
Rasanya sesak sekali.
Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku.
Kenapa ini?
"[Name], aku sudah telpon Hange. Dia kemari sebentar lagi"
Sulit bernapas rasanya.
"Astaga badanmu panas sekali!"
Apa katanya? Aku merasa dingin sekali.
"Sachi...kenapa?"
Dia masih menangis terus.
"Aku sudah ganti popoknya, mandi, dan sudah memberinya susu tapi masih menangis. Mungkin dia takut petir"
"Sini...biar aku saja"
Erwin menidurkannya di sampingku.
"Sachi...sayang ini mama...", dan menepuk pelan tubuhnya.
Dia berhenti menangis dan mata kecilnya menatapku.
"Ma..."
"Ssh...tidak apa semua baik...baik saja"
Anak manis jangan menangis.
Sachi, anak mam paling manis.
"Mama..."
"Iya...mama di...sini mama baik-baik...saja"
Tangan mungilnya menggenggam jari telunjukku.
Apa anak ini merasa kalau aku tidak enak badan.
"Anak manis jangan...menangis"
"Ssh, mama baik-baik saja kok nak", jemari Erwin juga digemggamnya.
"Papa..."
Rasanya hangat sekali.
"Sementara Sachi...sama papa ya", aku mengusap pipi tembemnya.
Jangan sampai dia tertular juga.
BRAK! BRAK! BRAK!
"Itu pasti Hange, aku ke bawah dulu. Sachi, ikut papa yuk"
Sachi tidak lagi rewel dan mau digendong Erwin lagi.
Maaf ya Sachi sayang, mama tidak bisa main denganmu dulu.
