Erwin POV
Amerika.
Tempat aku lahir di sini.
"Nenek!"
Aku sekeluarga kemari.
Yah, hadiah pernikahan kami.
Liburan di tempat asalku.
Lagipula, Sachi belum pernah ke sini.
Ayah dan ibu yang selalu ke rumah.
"Mama, apa kabar?"
"Aduh, cucuku sudah besar nenek dengar Sachi sudah mau punya adik ya?"
"Uhn!"
"Kamu tidak apa nak? Erwin bilang kamu sering muntah"
"Aku baik kok, ma. Papa mana?"
Rumah ini tidak berubah sama sekali.
Kangennya~
Kakek Janekins masih jadi tetanggaku kan?
Meski galak, beliau baik pada keluarga kami.
Kalau aku ditinggal sendirian beliau biasanya mengajakku menunggu orang tuaku pulang di rumahnya.
"Erwin?"
Astaga aku melamun mengenang masa lalu.
"Dipanggil mama dari tadi lho, kamu kenapa?"
"Ah, tidak hanya sedikir nostalgia"
"Begitu ya", eh kok kamu senyumnya gitu sayang?
Senyum dipaksakan, apa aku salah bicara?
"Mama minta tolong sama perapiannya katanya, musim dingin di sini sangat dingin ya"
"Ya, aku ke sana"
[Name] kenapa?
Reader POV
Nostalgia tentang masa lalu ya?
Maksudnya masa lalunya dengan "wanita itu"?
Tenang {Name} mungkin saja dengan anjingnya Pochi yang meninggal waktu dia SMA.
Aku menjadi lebih sensitif sepertinya sejak mengandung anak kedua ini.
Hm, suasana hatiku gampang sekali berubah jadinya.
Di sini masih dingin ya, padahal sudah musim semi.
"Mama! Mama!"
Aku terkejut begitu suara malaikat kecil memanggilku.
"Nenek bilang deat cini ada aman! Atu mau e cana! Pelahu eek!
"Sachi, tidak boleh bicara seperti itu sayang"
"Eh! Atu kan bilang pelahu...ups! Maaf mama, tapi atu sepeltinya eek di ana lagi"
"Apa?! Astaga Sachi! Sini ikut mama ke kamar mandi!"
Dia pup sangking semangatnya jadi tidak terasa atau apa?
Aku ke toilet dan ya mungkin kalian tahu.
"Mama! Anti ke aman ya! Naik pelahu ebek!"
"Iya, tapi bilang papa dulu ya sama bilang ke nenek dan kakek boleh atau tidak"
"Uhn!"
Taman dengan perahu bebek itu ya.
Seperti saat kami baru menikah dan aku tahu dekat sini ada taman.
Di mana taman itu menjadi sanksi bisu kisah cinta Erwin dan mantannya waktu itu.
Memang sakit sih untukku, tapi Erwin mau menceritakannya.
Dan di taman itu juga perahu bebek yang kami naiki terguling (T▽T)
Sungguh itu membuatku trauma ╥﹏╥
Tapi untuk anakku akan aku hadapi trauma tersebut!
"Nah, selesai! Sekarang coba tanya ke papa soal ke taman"
"Uhn! Papa!"
Lebih baik jangan pikirkan masa lalu itu.
Tapi, aku belum pernah bertemu dengan mantannya sih.
Derap kaki terdengar olehku begitu aku akan menuju dapur.
"Mama! Ayo cekalang!
"Cepat sekali!"
Author POV
Tidak perlu waktu lama untuk sampai taman yang dimaksud.
Tidak begitu ramai orang yang terlihat.
"Wush!", seorang anak kecil membuat sekumpulan merpati terbang.
"Sayang, jangan lari-lari nanti jatuh", sang ibu tampak khawatir dengan anaknya yang kelewat ceria :v
"Mama!", dan berlari ke mamanya karena dikejar angsa :v
Musim semi di Amerika berbeda dengan Jepang.
Hawanya masih sedikit dingin.
Tak heran masih ada yang memakai mantel mereka.
"Ebek!"
"Iya, iya, naik perahu", sang ayah terkekeh kecil ketika anaknya menyeretnya.
Kepalanya tertoleh ke arah istrinya yang jalan melamban.
"Honey, you okay?"
"Yeah, i'm okay...maybe", bisik sang istri di kata terakhir.
Wajahnya sedikit pucat sampai saat kakinya memasuki perahu bebek.
Perahu itu bergoyang sedikit.
Erwin POV
Apa dia masih trauma gara-gara waktu itu?
Mukanya tampak ketakutan.
"[Name], jangan memak--"
"Tidak apa, aku baik! Tenang saja!"
"Meski begitu...", keringatmu banyak sekali lho.
Tanda kalau kamu takut.
Dia menghela napas lalu menggenggam tangankiriku yang bebas.
"Pegangin..."
Ukh, so cute!
"Sachi mau coba ayuh!"
"Kamu masih belum sampai nak"
Kuh, dia memalingkan wajahnya kalau malu.
Lucunya istriku ini.
Sisi dirimya yang ini manis.
Meski sudah 4 tahun pernikahan dianmasih tsundere ternyata.
Aku menautkan jariku dengannya, mengunci genggaman tangannya.
Mengayuh perahu perlahan dan berkeliling danau.
Sachi tampak girang dan tak lama dia malah tertidur.
Cepat juga mungkin dia sudah lelah.
"Anu Erwin...aku ingin bertanya maksudmu tentang--"
"Sudah kuduga kamu pasti khawatir soal itu, aku cuma nostalgia tetanggaku kakek Janekins. Aku pernah cerita kan? Saat aku ke sana ternyata beliau sudah tiada"
Terdengar ia menghela napas lega, "apa sih yang aku resahkan?"
"Masih takut?"
Duk!
Aku kaget dia membenturkan kepalanya ke setir perahu.
"Iya...aku mau muntah nih, aku mohon menepi sekarang urmph!"
"Eh?! Iya sayang, bertahan sedikit!"
Dia menahannya dari tadi astaga.
