BOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY
Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan.
...
"Gimana magang lo?" Luna langsung bertanya begitu melihat Jill mendaratkan bokongnya di kursi. Sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu, itulah yang membuat Luna begitu penasaran dengan perkembangan Kerja Praktik temannya. Mereka tidak bisa bertemu bukan karena Luna sibuk, tapi justru karena Jill. Jill begitu sibuk sampai hampir tidak memiliki waktu untuk bernapas. Lebay!
Baru siang ini Jill bisa melarikan diri sejenak untuk menyempatkan diri makan siang bersama Luna. Itu pun hanya di tempat yang dekat dengan Forty Media dan dengan waktu yang terbatas.
"Seru, Lu. Tapi capek." Jill tersenyum manis. Selalu manis. Meski lelah, meski kesal, meski penat, Jill selalu penuh senyum.
"Ngapain aja emangnya?" Luna masih tidak mengerti maksud kata sibuk yang Jill keluhkan, karena bagi dirinya sendiri, magangnya sama sekali tidak ada sibuk-sibuknya.
"Banyak banget yang harus aku kerjain, Lu. Aku tuh tiap dua minggu pindah bagian gitu."
"Ngapain? Kenapa nggak di satu bagian aja, sih? Ribet amat."
"Kan di Forty Media banyak banget programnya. Jadi katanya biar aku banyak pengalaman, mending pindah-pindah ke berbagai program." Jill juga tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya. Dia hanya mengajukan permohonan untuk dapat magang di Forty Media selama satu tahun, tanpa bayangan sama sekali teknisnya akan seperti apa. Pada kenyataannya, Jill ternyata ditugaskan dalam berbagai program berbeda dengan mentor berbeda setiap dua minggu. Hal positifnya adalah, pengalaman yang dapat Jill gali memang jadi sangat banyak.
"Udah nyobain program apa aja lo?"
"Waktu pertama banget aku di femme, Lu." Jill tidak akan melupakan minggu pertamanya di Forty Media, di femme tepatnya. Ketika ia masih sangat polos dan bodoh hingga semuanya berjalan kacau. Namun bersyukur Jill dipertemukan dengan Vira, tim kreatif femme yang berbaik hati membimbingnya dan memberitahu segala macam seluk beluk penting di industri ini.
"Acara apaan tuh?"
Jill menghela napas geli. Ia paham. Sangat paham dengan kondisi temannya ini. Luna sama sekali tidak memiliki bayangan tentang program-program pertelevisian, karena gadis ini memang buta terhadap segala sesuatu yang muncul di televisi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coba tanyakan padanya siapakah Farah Quinn? Maka kemungkinan besar gadis itu akan menjawabnya dengan sepupu Harlequin. Jangan juga merasa heran kalau gadis itu tidak dapat membedakan antara Glenn Fredly dengan Glenn Alinskie. Apalagi kalau diminta membedakan Roy Marten dengan Roy Suryo, karena baginya keduanya sama saja. Sama-sama tua.
"Acara yang mengulas seputar kehidupan perempuan, Lu. Bahas fashion, bahas treatment, bahas tempat spa, salon, pokoknya semua yang menarik buat perempuan," tutur Jill sabar.
Luna mengangguk tidak peduli. Penjelasan Jill sama sekali tidak bermakna baginya. "Terus udah di mana lagi?"