"Jill, selesai In-Time Evening nanti bisa ikut saya?" tanya Kai ketika Jill baru saja masuk ke ruangannya untuk menemani Jourell bermain pagi ini."Ke mana, Pak?" balas Jill sambil mendekati Jourell.
"Temani kami belanja," ujar Kai.
Kening Jill berkerut. "Bapak mau beli apa?"
"Hiasan natal."
"Buat di mana, Pak?" Jill merasa heran dengan permintaan bos besar ini. Kalau untuk kantor, kenapa mereka yang belanja? Kalau untuk pribadi, kenapa mengajak dirinya?
"Apartemen saya."
"Memangnya Bapak nggak punya hiasan natal dari tahun-tahun sebelumnya?" celetuk Jill spontan.
"Tidak ada," balas Kai datar.
"Nggak pernah pasang hiasan Natal, Pak?" tanya Jill tidak percaya.
"..." Kai menggeleng kaku.
"Kenapa tahun ini tiba-tiba mau pasang hiasan natal, Pak?" tanya Jill penasaran. Tidak biasanya dia ingin tahu urusan orang lain seperti ini.
Kai menghela napas. Meletakkan ponsel yang tengah digenggamnya ke atas meja dengan cukup keras. "Jill, kamu mau atau tidak? Kalau memang tidak mau, ya sudah. Saya juga tidak memaksa. Tidak perlu sampai bertanya berbelit-belit begitu."
"Astaga, Bapak ...," ujar Jill terkejut dengan kekesalan Kai yang mendadak itu. "Cuma nanya aja nggak boleh. Saya 'kan cuma penasaran, Pak."
"Biasanya kamu tidak suka usil urusan saya. Lagipula sudah jelas bukan alasannya?" Kai mengedik ke arah Jourell yang duduk dengan tenang di sebelah Jill.
Semalam bocah itu menonton film anak bertema Natal di televisi. Jourell menunjuk-nunjuk dengan antusias ke arah pohon natal. Saat jeda iklan, Jourell langsung mengajak Kai berkeliling apartemennya untuk mencari pohon natal. Ketika tidak menemukannya di mana pun, bocah itu terlihat murung dan seperti hendak menangis. Setelahnya Kai berjanji akan membeli pohon natal beserta hiasannya untuk dipasang di apartemen mereka.
"Iya, deh. Saya minta maaf, Pak. Saya nggak akan usil lagi." Jill menjawab sambil memasang wajah sedih.
"Jadi mau atau tidak?" desak Kai tidak sabar.
"Iya, saya temani. Tapi nggak lama 'kan, Pak?"
"Saya tidak janji. Bisa sebentar, bisa lama."
"Yah ..., Pak ...." Raut wajah Jill jadi mendung.
"Kenapa?"
"Saya 'kan masih ada siaran malam."
"Saya akan antar kamu kembali sebelum waktunya," tandas Kai.
***
"Jou mau beli apa?" Jill mulai mendorong troli dengan Jourell di dalamnya. Berkeliling berdua bocah mungil kesayangannya tanpa peduli di mana sang bos besar berada. Ia sendiri merasa bersemangat melihat berbagai hiasan natal memenuhi toko yang mereka datangi.
Belum sempat Jourell memberi respon, Kai yang ternyata mengikuti di belakang mereka menyela, "pertama-tama beli pohonnya dulu."
"Jadi pohon natal juga Bapak nggak punya?" tanya Jill tidak percaya. Ia dan keluarganya yang hidup susah saja memiliki pohon natal sederhana dengan berbagai hiasannya di rumah. Tapi Kai yang kaya dan seorang bos besar ini bahkan tidak memiliki sebuah pohon natal? Menyedihkan.
"Kan saya sudah bilang. Tidak ada hiasan natal," sahut Kai tidak sabar.
Jill mengingat-ingat percakapan mereka tadi pagi. "Bapak tadi cuma bilang nggak punya hiasannya, nggak bilang kalau pohonnya juga nggak ada."
![](https://img.wattpad.com/cover/198037030-288-k856850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
COOL Single Daddy
ChickLitBOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan. ...