Akhirnya sempet up juga. Kerjaan Miss di sekolah lagi bejibun, jadi aja gak sempet nulis2. 😢😢😢
Btw, thank you buat part kmrn yang komennya membludak banget. Aku terharu lho sama antusiasme kalian baca ceritanya Jill. 🤗🤗🤗
Jill berlari keluar kamar mandi ketika mendengar bel kamarnya berbunyi beberapa kali. Dibukanya cepat-cepat pintu kamarnya, takut ada orang yang mencarinya untuk alasan penting. Begitu pintu terbuka, nampaklah wajah ceria Dav menyambutnya penuh senyum. "Baru selesai mandi?"
Jill mengangguk sambil memegangi handuk yang ia lilitkan di kepalanya.
"Aku ganggu?" tanya Dav lagi.
"Nggak, dong! Mau masuk?" Jill mengedik ke dalam kamarnya.
"Kalo boleh," balas Dav.
"Ayo, deh!" disambarnya lengan Dav dan ditariknya masuk ke dalam kamarnya. "Duduk, Dav. Aku sambil keringin rambut, ya?"
Dav mengangguk, tapi ia tidak duduk. Dav malah berjalan mengikuti Jill.
"Mau ngapain?" tanya Jill heran ketika melihat pantulan Dav di cermin yang sedang berdiri di belakangnya.
"Bantuin kamu." Sejujurnya, Dav semakin tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Biasanya ia anti berdekatan dengan makhluk bernama perempuan, tapi Jill sepertinya pengecualian. Kalau biasanya berdekatan dengan perempuan selalu membuat Dav gelisah dan ingin menghindar secepatnya, kini ia malah ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama Jill.
"..." Jill menoleh ke belakang dan menengadah. Menatap Dav penuh tanya.
"Kamu punya hair dryer?"
Jill menggeleng pelan. "Nggak punya."
"Kamu harus punya, Jill." Dav tersenyum lembut. Diambilnya handuk dari tangan Jill, dan Dav mulai mengeringkan rambut Jill. Menggosok dan memijatnya perlahan, dari puncak kepala hingga ujung rambut, begitu terus secara berulang. Sangat telaten. "Rambut panjang begini, kalau dibiarin basah, nanti kamu sering masuk angin karena bahu kamu kena basah cukup lama."
"Aku keringin sendiri aja, Dav." Jill menghentikan tangan Dav dan berniat merebut handuknya.
"Sama aku aja." Dav menurunkan tangan Jill dan tetap melanjutkan pekerjaannya. "Dulu, waktu aku kecil, kakak aku yang selalu keringin rambut aku."
Sudah beberapa kali Dav menyebut tentang kakaknya, tapi selebihnya ia bungkam. Dav hampir tidak pernah membahas tentang keluarganya. Ia tidak mau bercerita banyak tentang keluarga, padahal kalau hal-hal lainnya Dav begitu terbuka. Karena sadar tidak bisa menghentikan Dav, Jill akhirnya pasrah. "Makasih, Dav."
"Selesai!" Setelah hampir sepuluh menit, Dav berdecak senang. "Nggak terlalu kering, sih. Tapi lumayan. Kamu punya handuk lain yang kering?"
"Punya."
"Mana?"
Jill berdiri dan menuju lemari pakaiannya. Mengambil sehelai handuk yang masih terlipat rapi. Sebelum Jill semoat bertanya apa yang akan Dav lakukan, Dav sudah mengambil alih handuk itu. Dibentangkannya lalu disampirkannya ke sekeliling bahu Jill. "Nah, kalo gini jadi nggak masuk angin."
Wajah Jill seketika merona. Sejak tadi ia sudah terharu dengan segala perhatian yang Dav tunjukkan, dan kini ia benar-benar meleleh rasanya. Dav terlalu manis. Untuk meredakan kecanggungan yang ia rasakan, Jill mengalihkan pembicaraan. "Dav, kenapa ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
COOL Single Daddy
Literatura FemininaBOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan. ...