BOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY
Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan.
...
Uhlalaaa, up lagi! 💃💃💃💃 Mumpunglagibisaaku up, ya. Besok2akunggaktaubakalsesibukapa, dan akunggakjanjikapanbisa up next part.
"Mas, sibuk?" Dav melongok dari pintu ruang kerja Leander di Chord Music.
Leander mengangkat kepalanya dan mengernyit heran menemukan sosok Dav di kantornya. Pasalnya sudah cukup lama Dav tidak mengunjungi Chord Music dikarenakan kesibukannya yang lain.
Dav melangkah sambil cengar-cengir melihat keheranan Leander, kemudian duduk dengan santai di depan meja kerja Leander. "Ganggu nggak, Mas?"
"Ck! Kayak sama siapa aja kamu." Leander tergelak melihat tingkah mencurigakan Dav. Dia cukup mengenal anak ini, sangat mengenalnya bahkan. Dav itu bak lembaran buku yang terbuka lebar. Apa yang ada dalam hati, pikiran, dan perasaannya, dapat terbaca dengan jelas. Dav tidak pintar menyembunyikan sesuatu. "Ada apa?"
"Sebenarnya ada sesuatu yang mau aku tunjukin." Dav terus saja cengar-cengir dan itu membuat Leander semakin heran.
"Apa itu?" tanya Leander curiga.
"Single baru." Dav tersenyum lebar.
Leander memicingkan matanya. "Ciptaan kamu?"
Dav mengigit bibirnya sambil menahan tawa, lalu mengangguk mantap. "Hmm."
"Coba, sini! Aku mau dengar."
Dav merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Dibukanya galeri musik kemudian diputarnya sebuah demo lagu yang direkamnya sendiri secara amatir.
"Wow!" Awalnya hanya satu kata itu yang dapat Leander berikan sebagai komentar.
"Nggak oke, ya, Mas?" Dav meringis melihat ekspresi aneh di wajah Leander.
Sejujurnya lagu yang Dav perdengarkan sangat bagus. Baik musik juga liriknya. Semuanya terdengar begitu hidup. Nyata. Tulus. Simfoni yang berjiwa. "Kamu serius buat lagu ini sendiri?"
Dav mengangguk kaku.
"Termasuk liriknya?"
Dav kembali mengangguk. Cemas menunggu komentar Leander. Produsernya ini sangat lihai menilai kualitas sebuah lagu, sejak pertama mendengarnya Leander sudah bisa memprediksi apakah lagu itu akan menjadi lagu yang hebat atau hanya akan menjadi lagu biasa yang segera hilang dan terlupakan.
Leander menggeleng tidak percaya. Seorang Dav yang tidak pernah jatuh cinta, bisa menciptakan sebuah lagu yang seperti ini. Kalau bukan perasaan yang berbicara, rasanya tidak mungkin. Selama ini Dav memang ahli dalam mengolah musik, tapi mencipta lirik bukan keahliannya. Ia mati kutu kalau sudah berhadapan dengan lirik. Tapi kali ini ....
"Kamu benar-benar sedang jatuh cinta, Dav." Leander tertawa sambil terus menggeleng-geleng. Ia menyambar ponsel Dav dan kembali menekan tombol play. "Apa gadis itu yang menjadi inspirasi lagu ini?"
Dav menumpukan dagunya di atas meja, tersenyum malu. Tuhan! Ini baru pertama kalinya terjadi pada dirinya. Rasa ini benar-benar aneh, namun nyata.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.