"Anak Ganteng, ayo, bangun ...." Jill berbisik di telinga Jourell sambil mengusap kepalanya. Pagi-pagi sekali ia sengaja turun ke lantai tujuh dan mendatangi tempat Kai, karena ini adalah hari spesial untuk bocah mungil kesayangannya.
Jourell menggeliat sedikit, namun matanya tetap terpejam.
"Ayo, dong ...," bisik Jill lagi. Kini digelitikinya pipi Jourell, kemudian menarik-narik pelan guling yang tengah dipeluk oleh bocah itu.
Jourell terlihat terganggu, namun tetap belum ingin membuka matanya. Ia malah mempererat pelukan pada gulingnya.
Jill tersenyum geli melihat tingkah Jourell. "Katanya ada yang mau ke sekolah diantar sama Mami," godanya.
Kata sekolah sepertinya cukup mujarab untuk membangunkan Jourell. Ia memang sudah menunggu-nunggu datangnya hari ini. Hari pertamanya merasakan pergi ke sekolah.
Jourell langsung membuka matanya lebar-lebar. "Jou sekolah?"
"Iya." Jill mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Hari ini?" tanya Jourell lagi.
"Iya."
"Mami anter?" Ada binar penuh harap di mata bening Jourell.
"Iya. Mami 'kan udah janji mau temenin Jou di hari pertama Jou sekolah." Meski masih dalam masa trial, Jill tetap tidak ingin melewatkan hari pertama Jourell.
Jourell langsung melompat bangun dan menghambur memeluk Jill. "Makasih, Mami."
Jill balas memeluk Jourell sambil tertawa senang. "Sekarang siap-siap, ya?"
"Iya," ujarnya patuh.
Jill menggendong Jourell menuju kamar mandi.
"Daddy mana?" tanya Jourell sambil celingukan.
"Daddy lagi masak buat Jou." Jill masih ingin tertawa ketika mengingat kelakuan Kai yang begitu bersemangat menyiapkan bekal makanan untuk Jourell bawa ke sekolah hari ini.
"Wah!" Jourell bertepuk tangan dengan mata berbinar-binar.
"Seneng nggak?" Jill terkekeh.
Jourell merentangkan kedua tangannya ke atas. "Seneng!"
"Jou mandi dulu, yuk!" Jill menurunkan Jourell di depan pintu kamar mandi.
"Sama Mami," pinta Jourell sambil memegang tangan Jill dan menatapnya penuh harap.
"Iya, sama Mami." Jill tersenyum lebar. Ia mengkuti Jourell masuk ke dalam kamar mandi, membantu bocah itu melepas pakaiannya, kemudian mengambil sikat gigi dan pasta gigi. "Sikat gigi sendiri atau mau Mami bantu?"
"Mau Mami," jawab Jourell.
Jill kembali tertawa sambil menggeleng geli. Padahal setahu Jill, Jourell sudah bisa menyikat giginya sendiri, walau mungkin hasilnya tidak terlalu bersih. "Udah. Sekarang waktunya mandi. Bisa sendiri?"
"Sama Mami," pinta Jourell lagi.
Jill mengangguk-angguk geli. Diturutinya saja semua keinginan Jourell. Bukan Jill ingin memanjakannya, tapi memangnya berapa lama lagi Jourell akan bermanja-manja seperti ini padanya? Tidak selamanya bocah mungilnya ini akan selalu menjadi anak kecil.
"Selesai!" Jill mengeringkan tubuh Jourell dan membungkusnya dengan handuk. Setelah itu digendongnya Jourell keluar dari kamar mandi. "Waktunya pakai baju! Mana, ya, baju seragamnya Jou?"
"Lemari." Jourell menunjuk lemari pakaiannya.
Jill menurunkan Jourell di dekat lemari, kemudian mencari setelan seragam sekolah milik bocah kecil itu. Belum juga membantu Jourell berpakaian, Jill sudah membayangkan betapa lucunya Jourell dengan setelan seragam ini. "Ayo, kita pake! Jou pasti ganteng banget."

KAMU SEDANG MEMBACA
COOL Single Daddy
Genç Kız EdebiyatıBOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan. ...