29. Berdebar Untukmu

3.2K 631 174
                                    

Happy weekend buat kalian semua, semoga terhibur sama manisnya part ini.

"Jill, skripsi lo udah beres?" tanya Cakra begitu Jill duduk di sebelahnya.

"Udah, Mas." Jill menjawab tenang sambil berusaha menebak kira-kira untuk apa Cakra memanggilnya seperti ini. Tidak biasanya Cakra mengajaknya bicara empat mata di tempat pertemuan yang terasa janggal. Taman Forty Media bukanlah tempat yang lazim untuk sebuah pembicaraan penting.

Cakra mengeluarkan sebatang rokok dan menyulutnya. "Kapan sidang akhir?"

"Dua minggu lagi, Mas."

"Abis itu lo bisa fokus di In-Time lagi?"

"Bisa, Mas. Lagian selama skripsi juga saya tetap berusaha fokus di sini." Sesuatu dalam diri Jill mencium aroma-aroma mencurigakan.

Cakra mendengus. "Lo emang mau fokus. Tapi Bos Besar udah larang gue supaya nggak kasih lo banyak kerjaan. Gue disuruh nunggu dulu sampe lo beres sidang akhir."

Jill mulai paham ke mana arah pembicaraan ini sepertinya. "Emang mau kasih kerjaan apa, Mas?" tebak Jill langsung.

Cakra tertawa kecil. Satu hal yang ia sukai dari Jill. Gadis ini cerdas dan tanggap, juga cepat membaca keadaan. "Inget ide lo dulu?"

"Yang mana, ya, Mas?" Bukan Jill sombong, tapi sebagai gadis ajaib, ide yang mengalir keluar dari kepalanya sudah tidak terhitung jumlahnya.

"Tentang nambahin segmen wawancara live bareng narasumber."

"Oh, yang itu." Jill langsung mengangguk paham. "Emang kenapa, Mas?"

"Kita mau coba jalanin itu. Rencananya mulai bulan depan." Sebenarnya rencana ini seharusnya sudah dijalankan sekitar tiga bulan yang lalu, tapi tertunda karena Jill sedang skripsi. "Nah, gue mau lo yang bertugas buat handle bagian itu."

"Nyusun materinya maksud, Mas?"

"Cari topik, susun materi, cari narasumber, sekalian lo juga yang wawancara langsung pas live."

"Wah!" Jill berseru spontan.

"Kenapa?" tanya Cakra datar.

"Itu 'kan tugasnya news anchor, Mas!"

"Emang." Cakra sama sekali tidak terpengaruh dengan kepanikan di wajah Jill.

"Saya 'kan cuma penyiar berita biasa, Mas. Junior pula." Jill memelas.

"Terus kenapa?" tanyanya cuek.

"Mending cari yang udah profesional aja kali, Mas. Atau kasih ke Mbak Citra? Atau Mbak Rayya?" bujuk Jill.

Ini dia alasan Cakra mengajak Jill berbicara di tempat yang tidak lazim. Kalau Cakra memanggil Jill ke ruangannya, sudah pasti Rayya akan langsung berasumsi bahwa pembicaraan ini penting. Kalau di taman seperti ini, dengan banyaknya karyawan lain yang juga sedang beristirahat, tidak ada yang akan berprasangka aneh-aneh. Cakra hanya ingin mencegah Rayya bertingkah dan menyebabkan drama kumbara selama masa persiapan segmen baru. Wanita itu pasti tidak akan terima jika tahu Jill yang mendapat kehormatan ini.

"Gue maunya elo, Jill," balas Cakra tenang.

"Tapi saya belum berani, Mas." Jill bergidik ngeri.

"Tapi gue sama anak-anak yang lain yakin kalo lo bisa. Kita percaya sama lo, karena lo emang punya potensi. Pasti bisa, Jill."

"Kalo gagal gimana, Mas?"

"Nggak bakal gagal," balas Cakra enteng.

Jill meringis mendengar jawaban Cakra. "Kalo ada salah-salah?"

COOL Single DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang