Maaf ya kalo aku skrg jarang update. Lagi hilang mood aku tuh. Ga pengin nulis, males aja bawaannya. Ide juga mentok. Tau sih ceritanya mau gmna, tapi ngembangin tulisannya yang buntu. So sorry ya.
"Jer, kenapa jemput?" tanya Jill begitu bertemu dengan sosok Jerome yang menjemputnya di bandara. "Kakak 'kan udah bilang nggak perlu dijemput.
"Udah tugas Jer buat memastikan Kakak selalu aman." Dirangkulnya pundak sang kakak penuh sayang, kemudian terkekeh kecil. "Kakak makin kecil aja."
"Kamu yang makin tinggi, Jer." Jill balas merangkul pinggang Jerome.
Jerome berjalan sambil tetap merangkul pundak Jill, sementara tangannya yang satu mengambil alih koper milik sang kakak. "Tumben Kakak udah pulang tanggal segini? Biasa nunggu lewat tahun baru dulu, sekarang Natal aja belum tapi Kakak udah di sini."
"Kamu nggak suka Kakak pulang, Jer?" Jill berlagak cemberut.
"Bukan nggak suka, Kak. Cuma ngerasa aneh aja." Jerome meremas pundak Jill. "Biasanya 'kan Kakak sayang banget keluarin uang buat tiket yang harganya lagi tinggi."
"Tahun ini beda, Jer."
"Bedanya?"
"Kakak harus pulang karena ada sesuatu yang penting."
"Apa, tuh?" tanya Jerome santai.
"Dav sama keluarganya mau datang ke sini."
"Mau apa? Mau minta Kakak?" Tanpa sadar pegangannya di pundak Jill menguat.
"Mau kenal aja, Jer." Jill tersenyum menenangkan. Dalam hati ia ingin tertawa melihat sikap Jerome yang sedikit posesif.
"Kak ..., hubungan Kakak sama Bang Dav udah seserius itu?"
"Hmm." Jill mengangguk kecil.
Meski Jill mengangguk, namun Jerome menangkap sesuatu yang berbeda di pancaran mata kakaknya. "Kakak yakin?"
"Emang kenapa, Jer?" Jill balas bertanya.
Jerome mengangkat bahunya. "Umur Kakak baru 24. Yakin mau nikah muda?"
"Belum nikah, Jer. Baru perkenalan keluarga, kok."
"Tapi tetap aja udah mengikat, Kak." Mana ada hubungan biasa yang sampai membuat pihak keluarga laki-laki harus mendatangi pihak keluarga perempuan yang tempat tinggalnya berbeda pulau?
"..." Jill terdiam.
"Kakak yakin sama perasaan Kakak buat Bang Dav?"
"Yakin, Jer." Jill kembali mengangguk.
"Kalau Pak Kai?" tanya Jerome hati-hati.
Jill tersenyum canggung. "Itu udah jadi masa lalu, Jer. Udah lewat."
"Cerita lama yang udah selesai?" desak Jerome.
Jill menggeleng kecil. "Nggak pernah jadi cerita, Jer."
"Kak ..., yakin nggak ada perasaan apa-apa buat Pak Kai? Atau sisa perasaan, mungkin?"
"Kenapa kamu tanya gitu, Jer?"
"Kak, kita memang jarang ketemu, tapi Kakak harus tau kalo Jer itu sangat peduli sama Kakak. Jer juga sangat mengenal kakak Jer sendiri. Dan rasanya, ada sesuatu yang mengganjal dari sikap Kakak."
"..." Jill begitu terharu dengan perhatian sang adik. Tidak disangkanya Jerome sedemikian memerhatikan dirinya.
"Jujur sama Jer, Kak." Jerome sedikit mengguncang bahu Jill. "Kalau ditanggung sendiri terlalu berat, bagi sama Jer."
KAMU SEDANG MEMBACA
COOL Single Daddy
ChickLitBOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan. ...