BOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY
Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan.
...
Selamatmalamsemua. Aku hari ini up sambilbikin author note lagi. Soalnya part kemarin ada nyariinaku, katanya ada yang kurangkarena ga ada note dariaku. Padahal taku dianggep cerewet aku tuh. 🤭🤭🤭 So sweet bangetsihsayangnya aku iniHapkaz
Oh, ya! Ada pengumumanbuat kalian. Soallapak lain sih. Jadiakutuhmaurombak cerita pertamaku. CeritanyaReigasama Freya itu, mau aku rombak gede2an. Wkwkwkkkk macem renov rumah aja. Udah akuunpublishkemarin. Hari iniakumulai up lagi. Tapi gak bisacepetkayaknya. Siapatau kalian ada yang penasaran, bolehmampir2 ya.
"Jill, kamu benar-benar nggak bisa ikut?" tanya Kai lagi untuk kesekian kalinya. Besok ia dan Jourell sudah harus berangkat ke Semarang untuk menemui keluarga besarnya, tapi sampai hari ini ia masih ragu. Ia takut Jourell akan menangis histeris mencari Jill.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jill yang tengah memainkan ponselnya sambil memangku kepala Jourell, menoleh ke arah Kai yang sedang berada di meja kerjanya. Jill heran dengan Kai yang masih sempat-sempatnya membahas masalah ini lagi padahal katanya pria itu harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
"Nggak bisa, Pak. Saya 'kan harus kerja," jawabnya tegas.
"Jill, kamu lupa kalau saya ini bos kamu? Kalau memang kamu bersedia ikut dengan saya untuk menemani Jou, saya bisa atur soal kerjaan kamu," desak Kai.
"Jangan, Pak. Saya nggak mau gosip tentang kita makin parah." Sejak Jourell selalu menempel erat dan enggan berpisah darinya, pembicaraan mengenai kedekatannya dengan bos besar ini semakin santer di kalangan karyawan Forty Media. Bahkan para seniornya tidak segan-segan untuk menginterogasinya. Sampai lelah Jill menjelaskan keadaan yang sebenarnya, tapi tetap saja tidak ada yang percaya. Mereka tetap saja membuat spekulasinya sendiri.
"Jill, saya yakin bukan itu alasan sebenarnya kamu menolak ikut bersama saya. Benar, 'kan?" Selama beberapa bulan Kai mengenal Jill, Kai cukup tahu kalau Jill bukanlah tipe orang yang takut menghadapi gosip. Gadis ini bahkan terkesan tidak peduli dengan segala perbincangan yang ditujukan padanya.
"..." Jill bungkam.
"Jill?" panggil Kai.
Jill menghela napas. Percuma ia terus membuat alasan, bosnya ini terlalu pandai untuk dibohongi. Mengatakan yang sebenarnya akan jauh lebih baik. "Rasanya nggak benar kalo saya ikut Bapak sama Jou."