BOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY
Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan.
...
"Bapak?" Jill melongo melihat Kai berdiri di depan pintu kamarnya. Jill sudah merasa janggal ketika ada yang membunyikan bel kamarnya tadi. Meski Jill sudah dua bulan pindah ke sini, tidak ada orang lain yang bertandang ke kamarnya selain Dav. Tapi Dav tidak pernah datang sepagi ini.
Kai berdiri canggung di depan pintu dengan kedua tangan berada di belakang. Posisinya terlihat aneh. "Sorry mengganggu kamu sepagi ini."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ada apa, Pak?" tanya Jill sambil menutup mulut untuk menahan kuapnya. Jangan salahkan dirinya yang masih mengantuk, nyawanya saja belum terkumpul dengan utuh.
"Kamu baru bangun?" Kai menahan tawanya.
Jill mengangguk kecil.
"Anak gadis bangunnya siang begini? Tidak takut rejekinya dipatuk ayam?" goda Kai.
"Saya nggak takut rejeki saya dipatuk ayam, Pak. Saya 'kan kerjanya memang malam. Saya lebih takut rejeki saya disambar kelelawar daripada dipatuk ayam," balas Jill tenang.
"Baiklah. Terserah kamu saja." Kai memilih mengalah saat ini.
"Jadi kenapa Bapak ke tempat saya pagi-pagi begini?" tanya Jill penasaran.
"Jou mencari kamu," balas Kai singkat.
"Jou?"
"Iya. Jou minta ikut ke kantor lagi, dan dia langsung menyeret saya ke Fantastic Room, tepatnya ke mobil itu." Kai menghela napas sebelum melanjutkan penjelasannya. Kalau bukan karena putra kesayangannya, ia tidak akan berada dalam posisi canggung seperti ini. "Sampai di mobil itu Jou menangis. Akhirnya setelah saya tanya-tanya, baru saya tahu kalau Jou mencari kamu. Sepertinya dia berpikir kamu ada di mobil itu."
Wajah Jill langsung tersenyum teringat bocah lelaki yang manis itu. "Terus Jou di mana, Pak?"
Kai menarik tangannya yang sedari tadi berada di belakang punggungnya, dan seketika menyembullah wajah mungil Jourell dari balik kaki ayahnya.