"Woi! Udah pada denger belom?" Ratna menghambur ke meja tim peliputan dan mengejutkan rekan-rekannya yang lain.
"Apaan?" tanya Tika datar.
"Citra kecelakaan!" seru Ratna panik.
"Hah?" Tika melongo bodoh.
"Kapan?" Teguh yang biasanya tidak peduli dengan pembicaraan kedua rekan wanitanya ini, kini ikut bertanya.
"Baru aja," ujar Ratna.
"Kok, bisa?" tanya Tika setelah kebodohannya berkurang.
Rustan mendekat. "Terus gimana sekarang?"
"Katanya udah di rumah sakit. Tapi masih belum sadar," ujar sang informan dadakan.
"Dia ada jadwal hari ini?" tanya Rustan lagi. Urusan mengingat jadwal orang lain bukanlah keahliannya.
"Harusnya dia live In-Time Evening sama In-Time Night hari ini," jawab Teguh.
"Kacau!" seru Tika. Mencari penyiar pengganti secara dadakan seperti ini tidaklah mudah.
"Coba calling Rayya!" seru Ratna panik. Hanya itu yang terlintas di kepalanya saat ini.
"Nggak akan mau orang itu! Dia mana pernah mau gantiin tugas orang lain?" sambar Tika emosi.
"Tapi ini 'kan darurat," balas Ratna.
"Coba aja kontak dulu, sambil kita pikirin solusi lain." Teguh menengahi.
"Kalo mentok, paling Dito siaran sendiri hari ini," ujar Rustan.
Yang lain menggeleng senewen. Menghubungi Rayya jelas menyebalkan, tapi membiarkan Dito live sendirian juga bukan pilihan baik. Sementara mereka hanya memiliki waktu kurang dari tiga jam.
"Gini, nih, jadinya! Waktu Ardina keluar kemaren ini bukannya cepet-cepet cari pengganti. Coba waktu itu langsung cari penggantinya Ardina, nggak akan kelimpungan gini, 'kan!" seru Tika frustasi.
"Udah, udah. Soal itu kita bahas nanti. Sekarang fokus dulu." Teguh menengahi.
"Siapa yang mau kontak si Rayya?" tanya Tika dengan muka sebal.
Ratna seketika langsung menggeleng.
Teguh dan Rustan saling berpandangan.
"Biar gue yang kontak," ujar Rustan akhirnya. Dia tahu kalau Teguh sangat menjaga jarak dengan Rayya, karena dulu mereka pernah memiliki cerita kelam.
Sementara Rustan berusaha menghubungi Rayya, rekan-rekannya yang lain menunggu dengan tidak sabar. Mereka sudah bisa menduga tanggapan Rayya dari ekspresi wajah Rustan selama berbicara dengan wanita itu.
"Banyak syaratnya, Nying!" Rustan mematikan sambungan dengan kesal. Kalau tidak ingat ponselnya ini baru lunas dibeli, ingin rasanya Rustan membantingnya ke lantai.
"Bener, 'kan! Anak itu nggak akan mau. Udah tau gue. Ketebaklah pikiran dia!" sambar Tika.
"Bilang apa dia?" tanya Teguh datar.
"Dia minta dijemput. Minta disediain semua keperluannya. Minta dicariin asisten pribadi. Minta ruang khusus," ujar Rustan dongkol.
"Sinting! Mana ada yang kayak begitu?! Dia pikir bintang tamu buat show apa?!" jerit Tika.
"Kalian cewek-cewek nggak ada yang bisa gantiin? Seengaknya buat hari ini aja. Buat besok kita bisa cari talent dari program lain atau gimanalah." Teguh mencoba mencari jalan keluar di situasi serba kepepet ini.
"Gila! Liat kamera aja bawaannya gue pengen kencing terus." Tolak Ratna langsung.
"Gue apalagi! Langsung muntah-muntah gue!" Tika tidak kalah kerasnya menolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
COOL Single Daddy
ChickLitBOOK THREE OF SINGLE DADDY THRILOGY Jillian Christabelle Law adalah sosok naif yang penuh kasih. Jill tidak pernah takut bermimpi tinggi, juga tidak pernah takut mencintai. Hatinya yang luas memiliki cukup ruang untuk mencintai sebanyak dibutuhkan. ...