Annyeong ^^v
Dua cerita sebelumnya belum usai, Masih ku tulis kelanjutan-nya lalu tiba-tiba dapat satu ide cerita baru. Random banget yah aku lol tiba-tiba pengen aja up ide cerita ini, Daripada hanya berakhir diotakku mending ku simpan disini HAHA btw berhubung ide cerita ini munculnya mendadak jadi aku pun gak th kapan bisa lanjutin chapter-chapter cerita ini selanjutnya lol aku masih berusaha lanjutin dua judul cerita yang ada dulu. Lagian aku nulis hanya untuk have fun, Kerjaan di dunia nyata juga banyak jadi kalau ada waktu baru aku bisa nulis lagi ^^
Enjoy, Yeorobun.
"Eomma, Aku tidak mau menikah. Tidak, Maksudku, Aku tidak mungkin menikah dengan seseoreang yang bahkan namanya saja asing ditelingaku".
"Eun Jae-ah, Kau tahu kau bukan dalam posisi untuk menolak".
Park Eun Jae membuang nafasnya geram, Lagi-lagi pembahasan ini. Sungguh, Menikah bukanlah hal yang ia inginkan sekarang. Nanti, Mungkin nanti ia akan menikah tapi demi Tuhan tidak disaat seperti ini. Hidupnya masih panjang, Masih terlalu banyak hal yang dirinya ingin genggam, Bahkan dunia tak akan berubah sama sekali jika ia tak ingin menikah sekarang. Dunia akan tetap berjalan sebagaimana semestinya dan hanya dengan dalih umurnya yang sudah mencapai angka dua puluh sembilan tahun kedua orang tua-nya memaksa untuk menikahkan dirinya dengan pria yang bahkan wujudnya saja Eun Jae tak tahu seperti apa. Bagaimana jika pria itu tukang selingkuh? Atau yang lebih parah lagi, Bagaimana jika pria itu adalah pria brengsek dengan kelakuan yang teramat buruk? Atau bisa juga, Bagaimana jika pria itu hanya ingin mengincar kekayaan keluarganya? Demi semua dewa-dewi, Park Eun Jae tak ingin menyerahkan hidupnya pada seesorang yang sangat belum jelas.
"Hentikan otakmu yang berpikir tidak-tidak". Eun Jae memandang ibunya dengan sedikit perasaan kesal.
"Eomma, Aku anakmu bukan?".
"Anak ini.. Yak, Aku membawamu dalam perutku selama sembilan bulan lebih. Aku yang melahirkanmu ke dunia, Otakmu itu kadang suka berpikir diluar kendali Park Eun Jae".
Park Eun Jae tersenyum melihat raut wajah sang ibu yang jelas kesal akan pertanyaan-nya, Ibunya adalah satu dari sekian banyak jenis ibu yang Eun Jae syukuri karena Tuhan dengan sangat baik membuat dirinya menjadi anak ibunya. Ia bisa bicara atau membahas apa saja dengan ibunya, Termasuk hal yang sangat tidak penting dan menggoda ibunya dengan pertanyaan seperti tadi adalah salah satu hal yang Eun Jae sukai.
"Ayahmu akan marah kalau tahu kau menolaknya". Eun Jae menghentikan senyumnya.
"Eomma, Percayalah padaku, Aku akan mengatakan hal yang sama pada appa".
"Yak—".
"Mengatakan apa?".
Park Eun Jae juga ibunya menoleh bersama pada asal suara yang terdengar, Eun Jae adalah orang pertama yang menghembuskan nafasnya kasar melihat ternyata yang datang adalah sang ayah.
"Oh. Reaksi macam apa itu Eun Jae?".
Jika ibunya adalah orang yang sangat asyik untuk diajak bicara maka ayahnya adalah orang yang tidak pernah ingin untuk ia ajak diskusi. Tidak, Park Eun Jae tidak membenci ayahnya. Ia justru sangat menyayangi pria yang sudah mulai menua itu, Eun Jae selalu menghormati ayahnya, Ayahnya adalah cinta pertama dalam hidupnya. Sosok laki-laki yang sangat ia kagumi, Bagaimana cara ayahnya mencintai ibunya, Bagiamana ayahnya membesarkannya dengan penuh kasih adalah hal yang ia sangat sukai bahkan setiap kali ia berdoa pada Tuhan, Eun Jae selalu memohon agar Tuhan mau memberikannya calon suami yang setidaknya memiliki sifat seperti ayahnya.
Ayahnya adalah tipe orang yang sangat tegas dalam semua hal, Ketika ayahnya mengambil suatu keputusan maka untuk merubah keputusan itu adalah hal yang paling mustahil layaknya seperti kau menunggu patung liberty untuk duduk dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Agreement, End
RomancePernikahan bukan sesuatu yang dapat kau mainkan. Setidaknya begitu menurut Park Eun Jae, Hidupnya mendadak berubah setelah pria itu masuk dalam kisahnya. Apakah hidup bersama orang yang tak kau kenali sebelumnya akan membawamu pada kebahagiaan? Cho...