Eight

2.3K 162 4
                                    

Park Eun Jae terbangun dengan sebuah perasaan sedikit terluka. Tidak, Bukan sedikit tapi ia sungguh terluka kali ini. Ia tahu pria yang masih terlelap dalam tidurnya itu sangat berhak atas tubuhnya tapi Cho Kyuhyun tak perlu menggunakan cara seperti ini.

Eun Jae tak mengingat apakah dulu saat Kyuhyun bercinta dengannya untuk pertama kali ia terbangun dengan suara tangisan atau tidak namun yang jelas justru sekarang ia ingin menangis sekencang yang ia bisa mendapati tubuhnya yang sudah tak terbalut oleh apapun dengan beberapa tanda yang pria itu tinggalkan diatas tubuhnya.

Kenapa ia merasa baru saja dilecehkan? Padahal yang menyentuhnya adalah suaminya sendiri.

Eun Jae menggenggam dengan erat selimut yang menutup sampai pada atas dadanya lalu kembali menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sembari menggigit bibirnya agar suara tangisnya tak menganggu tidur Kyuhyun.

"Kenapa kau menikahiku jika hanya untuk membuatku kembali merasakan sakit?". Eun Jae menghapus buliran air matanya lalu kembali berkata, "Kau tahu betul rasa trauma-ku akan pria lalu kenapa kau melakukan ini padaku?".

Eun Jae baru saja akan turun dari atas ranjang ketika sebelah tangannya tertahan oleh genggaman Kyuhyun, Ia menoleh untuk sesaat dan mendapati kedua mata Kyuhyun yang telah terbuka dan sedang menatapnya datar. Pria itu masih terdiam dengan tetap memandangi wajahnya, Menghembuskan nafasnya pelan ia berucap, "Kau sudah bangun? Mandilah, Mungkin saja hari ini kau harus menghadiri rapat lagi. Aku akan menyiapkan keperluan-mu".

Itu bukan kalimat sindiran, Eun Jae hanya terlalu hapal akan kebiasaan Kyuhyun selama satu minggu ini. Pria itu akan terbangun pagi sekali lalu meninggalkan secarik kertas diatas nakas dengan berbagai alasan yang tertulis didalamnya. Kyuhyun masih diam menatapnya ketika ia berusaha untuk menarik tangannya dari pria itu.

"Ini hari sabtu, Aku tidak bekerja di hari sabtu".

Eun Jae tersenyum dengan masam lalu berkata, "Benarkah? Lalu sabtu kemarin kau kemana? Kau bahkan sudah meninggalkan rumah pagi-pagi sekali".

Kyuhyun memejamkan matanya meresapi kalimat yang diucapkan istrinya. Eun Jae tak salah, Bahkan jika wanita itu ingin murka padanya, Cho Kyuhyun bersumpah akan menerima itu. Wanita itu bahkan tak menunjukkan kemarahan ketika ia tahu dengan pasti apa saja yang ia lakukan dengan tubuh istrinya dengan kondisi setengah mabuk.

"Lepaskan tanganku". Eun Jae menarik kembali tangannya dari genggaman Kyuhyun namun pria itu semakin menggengam kuat tangannya, "Tanganku, Cho Kyuhyun".

"Kita harus bicara".

Eun Jae terdiam untuk beberapa saat kemudian meledakkan tawanya dan kembali menatap wajah Kyuhyun, "Bicara? Ada yang perlu kita bicarakan? Ada sesuatu yang harus ku ketahui? Atau kau yang ingin mengatakan sesuatu padaku?".

Cho Kyuhyun masih diam menatapnya dengan posisi pria itu masih terbaring, Eun Jae menghela nafasnya sekali lagi lalu berkata, "Lagi-lagi kau terdiam". Ia kemudian mengangguk, "Usia pernikahan ini masih terlalu baru tapi sikapmu sudah seperti ini padaku disaat aku bahkan tak tahu apa yang sedang terjadi". Eun Jae kembali menatap wajah Kyuhyun dengan perasaan tak menentu lalu berucap, "Aku tidak menyesal menikah denganmu tapi kau menganggapku apa hmm? Aku istrimu, Cho Kyuhyun".

Eun Jae menggigit bibir bawahnya dan memberi jedah pada kalimatnya, "Apa aku berbuat salah padamu? Kenapa menghindariku?". Eun Jae mulai lelah dengan kediaman Kyuhyun, Menarik nafasnya dalam ia kemudian berkata, "Aku tidak tahu apa masalahmu tapi selesaikan-lah dulu dan jika kau merasa sudah siap, Setelah itu baru jemput aku kembali di rumah orang tua-ku".

"Park Eun Jae. Kau pikir apa yang kau katakan?".

Eun Jae menghempaskan tangannya yang di genggam Kyuhyun lalu berkata dengan emosi yang ia tahan, "Menurutmu apa? Cho Kyuhyun demi Tuhan aku istrimu". Eun Jae mengepalkan sebelah tangannya kuat, "Pernikahan kita bahkan baru berjalan satu minggu, Kau mengatakan tidak akan menyakitiku, Kau tahu betul rasa trauma-ku tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan menghindariku dengan alasan yang sama sekali tidak kuketahui. Aku tidak akan mengatakan bagaimana perasaan sakit luar biasa karena kau menyentuh tubuhku dengan keadaan kau yang mabuk karena aku tahu kau berhak atas tubuhku tapi demi Tuhan kau tidak perlu melakukan-nya dalam emosi yang tidak stabil seperti itu. Apa kau tahu bagaimana perasaan-ku sekarang? Aku bahkan ingin pergi meninggalkan rumah ini tapi hatiku berteriak tidak. Kau tahu kenapa? Kau membuatku terbiasa dengan sikapmu lalu kau juga yang membuatku sakit. Tidak, Aku punya batasan. Aku tidak bisa seperti ini lagi, Aku akan pulang kerumah orang tua-ku".

Love Agreement, EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang