EMPAT

16.3K 820 8
                                    

EMPAT

Pian tidur dengan resah di ujung
ranjang. Bagaimana tidak? Mamanya tengah menunggu ia di kantor bersama papanya. Pian mengutuk sekolah anaknya yang mengadakan rapt dadakan dan memulangkan anaknya cepat. Ia rindu dengan anaknya tapi mamanya telah menunggu di sana, di kantornya.

"Papa kayak cacing, gerak-gerak terus."rutuk Rangga kesal.

Kepala kecilnya, yang ia tenggelamkan di dada papanya, diangkat seketika di kala ia merasa papanya begitu resek dan rusuh.

"Ish! Kalau tidur itu tutup mata, Pa. Kayak mama, tuh!"Ucap Rangga kesal sambil menunjuk lembut kearah Shasa yang terlelap. Lebih tepatnya hanya tidur bohongan. Shasa lama-lama gerah melihat kejailan anaknya pada papanya.

Ikut siapa, anak hamba, Ya Allah? Resenya...

"Sayang, ini masih pagi. Jam 10 lagi. Gimana mau tidur, coba?"Ucap Pian mencoba sabar dengan tangan yang menekan bibir Rangga geli melihat bibir anaknya yang memoncong kedepan bagai bebek.

Rangga berdecak. Ia kan hanya ingin merasakan tidur bareng lagi, mengingat papanya yang tidak pulang seminggu penuh kemarin. Rangga mau merasakan pelukan hangat papanya lagi walau ia kesal, dan marah pada papanya yang jarang pulang.

"Rangga nggak mau tau, Pa. Kita harus tidur bareng pokoknya."Ucapnya keras kepala dengan nada final.

Mata Rangga telah memerah. Anak itu menahan tangisnya kuat. Jujur saja, ia nakal disekolahnya, dan bersifat rusuh pada papanya hanya berniat ingin mencari perhatian papanya. Tapi selalu saja gagal di akhir walau di awal ia sudah menang. Selalu saja ada hal yang membuat papanya pergi tiba-tiba di kala ia telah merasa seru apabila tengah bermain dengan papanya.

"Huuuufffttt...Oke-oke, kita bobo bareng, sayang. Apapun untuk anak papa yang ganteng"Nyerah Pian pasrah dan kembali menjatuhkan kepalanya diatas bantalnya yang empuk.

"Auwhhh!"pekik Pian sakit.

Rangga menduduki perutnya tiba-tiba. Membuat ia merasa geli sekaligus sakit.

"Rangga kaget, Pa. Rangga ternyata ganteng, ya."Rangga bagai orang dewasa. Kedua alisnya di naik turunkan oleh anak yang berumur delapan tahun itu.

Mungkin, situs yang Pian jelajahi di google untuk mengatasi anak yang nakal dan keras kepala, akan Pian gunakan. Nama Rangga akan di ganti. Fix !

"Bobo! biar gantengnya nambah."Pian gemas dengan anaknya.

Dengan lembut laki-laki yang berusia 29 tahun itu menenggelamkan kepala anaknya di ketiaknya membuat Rangga menjerit tertahan.

"Kayak bau tai ayam, Pa. Bau! Hoek!"Ucap Rangga bohong dengan lidah yang menjulur keluar. Ia hanya ingin membuat kesal papanya sebagaimana ia kesal karena papa sering nggak pulang.

Mata Pian melotot mendengarnya. Pian melirik dengan ekor mata pada wajah Shasa yang tengah terlelep pura-pura. Ada senyum samar di wajah isterinya. Sial! Harga diri Pian jatuh di depan wanita yang ia cintai.

"Kamu, ya. Bisa aja, ketek papa harum tau."Pian menggelitik perut Rangga tanpa ampun.

Rangga bagai belut, seluruh tubuhnya bergetar karena geli sekaligus menahan tawa.

"Ahhh...mama bantu Rangga, Ma. "Pekik Rangga tertahan.

Mata tertutup Shasa seketika terbuka lebar. Shasa memberi tatapan tajam pada Pian.

"Nanti perut Rangga sakit. Sini mama yang peluk."Shasa mengambil lembut tubuh Rangga dan membawa tubuh Rangga ke dalam lingkaran hangat di tangan dan tubuhnya.

"Nanti dia tindis breast-ku. "Ucap Pian resah.

Laki-laki itu bahkan menggunakan bahasa inggris untuk kata pay****. Ia tidak ingin anaknya menindis miliknya. Rangga sudah besar, ya ampun.

Shasa tidak menggubris, wanita itu malah menguatkan pelukannya pada tubuh anaknya, pelipur laranya selama delapan tahun berlalu. Rangga adalah hidupnya. Yang menemani sepinya di kala sang suami meninggalkan dirinya bahkan berbulan-bulan lamanya dulu. Untung saja, sekarang ini Pian bisa dikatakan sering mengunjunginya.

"Nyaman, Ma. I love you forever, Ma. Rangga sayang bangat sama mama. Cuman mama yang bisa kasih Rangga kasih sayang dan main sama Rangga setiap hari."Ucap Rangga penuh cinta dengan suara lantang di saat ia mengucapkan rasa sayangnya pada Shasa. Dan suaranya melirih untuk kalimat akhirnya.
Hati Shasa bergetar sakit medengar suara lirih, dan terluka anaknya di akhir kalimatnya.

Pian membatu di belakang punggung anaknya. Hatinya iri melihat anaknya yang sangat menyayangi mamanya. Ini semua salahnya. Ia berjanji akan segera membawa anak, dan isterinya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Mama juga sayang, kamu, sayang."bisik Shasa lembut.

"Papa juga, sayang bangat sama Rangga. Papa janji mulai besok, papa akan menemani Rangga bermain dan kita akan sering-sering tidur bareng."Janji Pian yakin dengan nada sungguh-sungguh.

Shasa menatap nanar kearah suaminya. Ia takut Pian akan melanggar janjinya, dan semakin membuat perasaan anaknya terluka.

"Mama..."Panggil Rangga tegang.

Membuat Shasa, dan Pian yang tengah menunggu balasan ucapannya dari Pian, menegang mendengar panggilan Pian dengan suara khawatirnya.

"Ya, sayang. Ada apa?"Serempak Pian dan Shasa bertanya dengan suara khawatirnya.

Rangga tidak langsung menjawab. Anak itu bangkit dulu dari baringannya, dan merapikan rambut mamanya lembut.

Mata bulat jernihnya memandang intens kearah leher Shasa.

"Ini...ini..ini...merah? Astaga...leher mama di santap sama semut rong-rong!"jerit Rangga khawatir.

Rangga tidak ingin mamanya gatal-gatal. Seperti ia tadi pagi, ia di santap sama semut rang-rang kakinya di sekolah. Membuat kakinya memiliki corak-corak merah.

Pian terpaku mendengarnya. Sepertinya mengganti nama anaknya akan ia lakukan besok.

"Rangga juga di gigit, Ma. Ini kaki Rangga merah."Tunjuk Rangga kakinya horor. Jijik sekali di gigit sama semut, gatalnya minta ampun sama sakit.

Shasa, dan Pian serempak masih diam. Mereka terlalu shock, Oh astaga...anaknya?

"Bentar, ada sofel yang di kasih bu guru di tas, Rangga."Rangga melompat dengan mudah diatas kasur melewati tubuh tegap Pian dengan mudahnya.

"Biar semut rong-rong nggak gigit leher mama lagi."Teriak Rangga panik dengan tubuh yang telah menghilang di balik pintu.

BUKKK

Satu lemparan bantal mendarat mulus di wajah Pian.

"Jangan main his*p lagi. Hisap dot sana." Pian tercengang melihat tingkah anak dan isterinya.

untung sayang!

Tbc

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang