DUA

25.1K 961 10
                                    

DUA

Shasa membuang pandangannya kearah lain, di kala telapak tangan besar Pian ingin merangkum dagunya. Ia benci, dan kesal pada suaminya. Ia kalah telak, dan Pian berhasil menguasai dan mengendalikan dirinya lagi. Shasa benci ia lemah seperti ini.

"Kamu nggak sopan, ya belakangi suami seperti ini. Ayo pandang kakak, balikan tubuhmu kearahku."Pian berusaha membalikkan badan Shasa lembut agar menghadap kearahnya.

Dengan pelan, dan berat hati, Syasa membalikan tubuhnya terpaksa. Matanya seketika bertemu pandang dengan manik madu Pian yang tajam.

"Kenapa harus dipaksa? Dosa tau, Sha. Kalau nolak suami kalau lagi minta itu. Bahkan walau kalian para cewek capek harus tetap layani suami. Itu kewajiban kalian, sayang."Pian mengelus selembut bulu pipi hangat Shasa.

Shasa terlihat memejamkan matanya menikmat usapan demi usapan yang diberikan oleh suaminya. Tapi mendengar ucapan Pian yang melenceng, mata Shasa seketika terbuka nyalang.

"Walau capek sekalipun?" Desis Shasa sinis dengan tatapan penuh ejek pada Pian.

"Ya, anggaplah suami adalah Raja. Para isteri adalah ratu. Ratu berada di bawah kendali raja."Jawab Pian lembut.

shasa terlihat marah. Pian tau, api tidak boleh di lawan dengan api. Ia harus melembutkan suaranya, dan sabar menghadapi sifat Shasa yang keras.

"Ini bukan di negeri dongeng atau jaman kerajaan. Teori bodoh dari mana itu?"sinis Shasa lagi dengan tatapan yang sangat sinis kali ini.

Hati Pian sedikit panas melihat cara panadang Shasa pada dirinya. Tapi ia berusaha sabar sebisa mungkin. Walau Shasa sudah berlaku tak sopan padanya.

"Iyah, sayang. Papa nyerah, kamu menang. Cup!"Pian memberikan kecupan penuh kasih sayang pada Shasa. Shasa merasa hatinya menghangat di dalam sana. Reflek tangannya memeluk tubuh Pian yang sama keadaannya dengan tubuhnya, tidak ada secarik kain'pun yang menutupi tubuh keduanya. Membuat tubuh keduanya mengirimkan gelenyar panas bagai tersetrum kesatu sama lain.

Seketika bibir Pian tertarik dengan lebar keatas. Jantungnya berdebar menggila di dalam sana. Shasa memeluknya. Ia senang, amat senang.

Tapi suara panggilan yang begitu nyaring yang berasal dari ponselnya, membuat ia terpaksa melepaskan pelukan Shasa dari tubuhnya.

Shasa merasa sakit hati dikala suaminya lebih mementingkan telepon itu. Padahal suaminya___. Sudahlah! Shasa membalikkan tubuhnya kasar dan menutupi tubuhnya penuh dengan selimut.

Jangan-jangan itu adalah selingkuhan, Pian!

Sedangkan Pian, memandang penuh sesal kearah Shasa. Ia tau isterinya tengah kesal. Tapi ini adalah telepon penting, dari mamanya. Dengan tubuh yang telanjang bulat Pian keluar dari kamar untuk berbicara dengan mamanya. Pian tidak ingin Shasa semakin menuntut agar ia segera mempublikasikan hubungan mereka di depan umum.

Shasa memekik kesal. Hatinya selalu tergerus oleh Pian. Setiap laki-laki itu datang mengunjunginya, pasti ia akan dibuat kesal dan sakit hati. Seperti saat ini.

Ia juga merasa seperti wanita simpanan.

Tanpa memperdulikan rasa nyeri dan pegal di tubuhnya, Shasa bangkit dengan pelan dari baringannya dan segera menuju ke kamar mandi. Ia ingin segera mandi dan menghilangkan segala bekas sentuhan Pian.

****

"Sayang, pasangin dasiku. Cepat! Mama menungguku dikantor."perintah Pian diktator.

Shasa mendengus, dan memandang dengan mata sayu kearah Pian.

"Aku lelah. Pasang sendiri dulu."Ucap Shasa lesu.

Hati Shasa lagi-lagi sakit. Suaminya baru datang belum dapat dua jam, sudah akan meninggalkan dirinya lagi. Padahal baru satu kali ini dalam seminggu Pian datang menjenguknya lagi. Apakah Pian punya isteri lain di luaran sana?

Shasa muak! Ia ditahan seperti ini.

"Oke, sayang. Istrahatlah, aku akan usahkan datang nanti malam. Jangan dulu tidur."Pian memberikan senyuman yang begitu manis pada Shasa. Shasa tidak membalasnya, wanita itu sudah terlanjur kesal, dan saki t hati.

"Aku lelah, dan aku akan tidur lebih awal malam ini."

Pian lagi-lagi memberikan senyuman hangatnya pada Shasa. Jangan terpancing. Ucap hatinya mencoba sabar di dalam sana, akan kelakuann tak sopan isterinya.

"Oke. Aku akan tetap datang, dan akan menemani tidurmu sepanjang malam."Kata Pian lembut.

"Aku tidak butuh pelukan. Aku butuh pengakuan, Kak."Ucap Shasa frustasi.

Akhirnya kata yang ia pendam selama tiga bulan ini keluar mulus dari mulutnya. Setelah sekian lama ia bungkam karena mendapat pukulan fisik dari Pian, dulu,tepatnya tiga bulan yang lalu.

Pian kali ini memandang tajam kearah Shasa.

"Aku belum siap, sayang. Secepatnya aku akan mengaku pada kedua orang tua kita. Aku malu pada mereka, karena dulu aku terlihat sangat tidak suka padamu. Harga diriku akan jatuh dan aku belum siap untuk hal itu."Ucap Pian dengan raut wajah serius.

Apa kata mama, dan papanya kalau tiba-tiba saja ia mengaku pada mamanya telah menikah dengan adik angkatnya sendiri. Yang mama dan papanya tau, Shasa tengah melanjutkan studi lanjutnya di singapura. Ia juga selalu mengatakan pada mama dan papanya bahwa Shasa bukanlah tipenya, dan ia sangat benci pada Shasa.

"Kamu egois!"pekik Shasa tertahan.

"Aku capek, Kak. Sembilan tahun sudah kita menikah tapi tidak ada orang yang mengetahuinya. Di anggap apa aku ini?"lirih Shasa putus asa.

"Aku tau. Saat ini aku belum siap, sayang. Aku janji secepatnya, kita akan mengumumkan pernikahan kita."janji Pian serius.

Shasa tetap menggelengkan kepalanya.

"Lepaskan aku. Sepertinya kakak tidak akan pernah siap."lirih Shasa dengan air mata yang telah merembse deras kali ini.

Siapa yang sanggup hidup dalam ikatan suci tapi tidak pernah diakui di depan umum, bahkan di depan kedua orang tuamu sendiri, bahkan terkesan disembunyikan dari semua orang. Dikurung dengan kejam dengan segala fasilitas canggih yang terbatas. Ia bukan tahanan!

"Tidak akan perna aku melepasmu, Sha! Mungkin anakku tengah tumbuh didalam rahimmu sekarang."Ucap Pian bangga dengan langkah lebar menuju kearah Shasa yang tengah terbaring lemas di atas sofa.

Shasa tertawa kecil. Tidak tau saja, kalau ia telah meneyuntik KB dua minggu yang lalu. Ia akan mengucapkan terimah kasih kepada tetangganya besok.

"Kamu mau, Rangga punya mama tiri?"Kata Pian dengan seringai khasnya.

"TIDAK MAU! RANGGA BAKAL CEBURIN MAMA TIRI DI SELOKAN DEPAN RUMAH KALAU BERANI!"

Pian seketika menegang. Oh sial itu suara anaknya.

Tbc

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang