16

9K 540 6
                                    

ENAM BELAS

Shasa melangkah dengan langkah berat memasuki appartemen sederhana kakaknya. Sedangkan kakaknya terlihat tengah berdiri angkuh dengan kedua tangan yang melipat di dada dengan tatapan sedalam sumur kearahnya.

"Kemari, lebih dekat lagi sama kakak!"perintah suara itu angkuh.

Shasa dengan langkah pelan, dan kepala yang menunduk dalam, melangkah lebih dekat kearah kakaknya, lebih tepatnya kakak angkatnya.

"Kenapa Shasa harus sekolah di sini, kak? Shasa nggak mau jauh sama mama."ucap Shasa takut-takut setelah perempuan itu berada tepat di depan kakaknya.

Pian terlihat berdecak kesal di tempatnya dan memandang sinis kearah Shasa.

"Kalau kamu di tinggal lebih lama di sana, ntar kamu manfaatin mama papa aku. Kebanyakan anak angkat jaman sekarang itu ngelunjak di banding anak kandung."ucap Pian kejam.

Membuat kepala Shasa yang terangkat sedikit tadi kembali menunduk dalam.

Pian merutuk dalam hatinya, karena membuat Shasa terluka dengan kata-katanya barusan. Nyatanya, Pian takut Shasa akan terpikat dengan laki-laki lain apabila ia meninggalkan Shasa selama dua tahun. Rasa sialan yang namanya suka dan cinta telah tumbuh di hatinya untuk adik angkatnya. Sialan! Entah ini kutukan atau berkah yang di rasakan oleh Pian saat ini untuk Shasa.

"Aku nggak kayak gitu, kak."Ucap Shasa membela dirinya dengan mata yang memerah kali ini.

"Huh, cengeng! Jangan nangis. Kakak nggak mau kamu nakal dengan laki-laki lain selama kakak nggak ada. Sudahlah, terima aja nasib kamu Sha. Kodrat anak angkat itu, ya harus nurut sama yang anak kandung. Kakak mau lindungi kamu dari laki-laki hidung belang. Itu aja. Sekarang kamu pergi mandi, setelah itu tidur siang. Ingat, harus nurut, dan patuh sama kakak."Ucap Pian dengan panjang lebar.

Shasa hanya bisa membeku di tempat, Shasa tidak bisa apa-apa, ia berada di level yang rendah, tidak mampu untuk sekedar membalas ucapan-ucapan pedas kakaknya. Shasa juga takut apabila membangkang pada kakaknya, melihat betapa sayangnya papa angkatnya, Mike pada kakaknya. Shasa juga takut sama papa angkatnya, dia terlihat menyeramkan sebelas dua belas dengan kakaknya, dingin walau lebih jahat kakaknya.

Nyatanya, Pian bukannya melindungi Shasa. Tapi laki-laki itu malah menjadi penjahat utama dalam hidup Shasa dengan segela tingak cabulnya serta kata-kata pedas, dan kejamnya yang tak sedap di dengar oleh indera pendengar Shasa.

Kalau tau begini, Shasa lebih rela nggak lolos ujian apabila harus jauh dari mamanya, dan tinggal serumah, dan hanya berdua dengan kakaknya. Ini sangat menyeramkan.

Menyeramkan, yang tidak bisa Shasa deskripsikan di kala kakaknya menodai kesuciannya karena api cemburu yang melanda laki-laki itu. Hiii! Shasa akan bergidik ngeri apabila memorinya memutar ulang tentang kejadian laknat itu. Shasa nggak sanggup untuk membuka cerita itu, mungkin nanti, tunggu ia siap lahir, dan batin.

"Sayang, jangan buat kakak takut!"Ucap suara itu panik dengan kedua tangan yang mengguncang sedikit kuat kedua bahu isterinya. Isterinya bagai patung dengan tatapan mata yang nyalang kearah depan. Sontak saja membuat Pian yang baru berada di ambang pintu berlari cepat menuju tempat duduk isterinya.

Shasa tersentak dari segala lamunan panjangnya setelah ia merasa tubuhnya di goncang kuat oleh sepasang tangan yang besar, dan kekar.

Shasa menatap nyalang kearah suaminya dengan kedua mata yang siap menumpahkan airnya. Dengan tangan yang lemas, Shasa berusaha melepas pegangan erat tangan suaminya di kedua bahunya. Ternyata berhasil, Pian mengalah, dalam artian laki-laki itu menurut pada keinginan isterinya yang tidak ingin di sentuh olehnya saat ini.

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang