ENAM

12.6K 693 4
                                    

ENAM

Lila sedari tadi mengomel karena panggilannya tidak diangkat oleh anaknya. Di saat masalah sepenting ini kenapa anaknya keterlaluan. Ia, dan suaminya bahkan menunggu berjam-jam di kantor, dan sekarang pun batang hidung anaknya belum terlihat sedikitpun.

"Jangang ngomel-ngomel. Ayo coba telepon lagi."Ucap Mike dengan nada tegasnya.

Lila mendelik kearah suaminya, bela saja terus. Mike begitu memanjakkan Pian, dan selalu menjadi tameng Pian apabila anaknya itu berulah.

"Ya. Aku memang ingin menelpon lagi. Anak itu memang keterlaluan."Ucap Lila acuh.

Lila saat ini tengah kesal pada Mike, dan tingkat kekesalannya semakin akut di kala Mike barusan menitahnya dengan suara yang tegas dan lumayan keras. Sifat arrogant masih begitu kental di diri laki-laki itu. Nggak pernah berubah, walau berubah itu hanya di awal pernikahan dan hanya sedikit, sikap arrogant-nya masih sangat kental.

"Ya...maafkan aku, suaraku keras ya, barusan."Mike semakin mendekatkan tubuhnya kearah isterinya, dan mendekap tubuh isterinya erat dari samping. Mulutnya memberi kecupan berkali kali di pipi kanan isterinya. Seketika kekesalan yang melanda Lila surut di gantikan dengan kehangatan yang tercipta karena kelembutan suaminya.

"Coba kamu yang menelponya, mas."Lila menyerahkan ponselnya pada suaminya, dan di terima dengan cepat oleh Mike.

Lila lelah menelpon anaknya berkali-kali sedari tadi, dan tidak ada balasan sedikitpun dari anaknya kecuali pagi tadi.

"Kalau nggak angkat sekali ini, lihat saja nanti anak itu."Ucap Mike pura-pura marah. Kasian wajah kusut dan bete isterinya.

Benar saja, wajah Lila seketika cerah. Setelah ia mengeluarkan dekrit akan ada hukuman untuk anaknya nanti. Efek Syasa begitu kuat untuk isterinya.

Tanpa membuang waktu lagi, Mike kembali menghubungi anaknya. Ia juga khawatir akan keberadaan anak angkatnya sekarang. Mike menunggu tak sabar, dan beberapa detik kemudian, panggilannya di angkat.

Lila tersenyum penuh syukur di saat anaknya telah mengangkat panggilannya di seberang sana.

****

Rangga memekik tertahan di kala pendengarannya mendengar suara seorang perempuan, dan laki-laki di seberang sana. Itu pasti nenek dan kakeknya, simpul anak yang berusia delapan tahun itu.

"Assalmuallaikum...ini pasti nenek dan kakek Rangga, iya kan?"Ucap Rangga dengan suara cerahnya.

Lila dan Mike yang berada di seberang sana, tertegun mendengar suara anak kecil lah yang menyapa mereka. Keduanya bahkan saling pandang dengan tatapan bertanya.

Tidak mendapat balasan, tidak menyurutkan senyum lebar yang tersunggung di bibir tipis merah Rangga.

"Hallo...ini dengan Rangga anak papa Pian, bang toyib acem."Sapa Rangga lagi dengan suara semangatnya.

"Ini pasti nenek dan kakek, Rangga?"

Lila lemas, mendengar ucapan Rangga kali ini. Apa maksudnya? Badan mungilnya seketika bersandar di bahu tegap suaminya.

Setelah menguasai keterkejutannya, Mike merengkuh lembut tubuh Lila agar semakin mendekat kearahnya.

Hembusan nafas panjang dihembuskan dengan gusar oleh Mike.

"Kamu anak mana? Jangan asal, ya, nak. Jangan bilang kamu curi ponsel anak saya? Hayo ngaku?"Desis Mike mengintimidasi.

Ada-ada saja, nggak mungkinlah anak kecil itu adalah...ah jangan bodoh, dan gampang percaya dengan omongan barusan. Omong kosong semata. Itu pasti hanya gembel yang mencopet ponsel anaknya. Gembel tidak tau diri. Awas saja besok, kalau benar ponsel anaknya di copet.

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang