23

9K 510 3
                                    

DUA PULUH TIGA

Pian memandang nyalang kearah papanya Mike yang terlihat tak kalah frustasi dari dirinya. Dengan takut-takut juga, Pian mencuri pandang kearah Saka yang terduduk menyedihkan diatas kursi rodanya. Bahkan wajah laki-laki setengah baya itu basah oleh air mata.

Dengan kasar Pian menjambak rambutnya untuk menyalurkn rasa frustasi yang tengah melandanya saat ini. Masalah ini sangat sulit bahkan Pian tidak tau apa solusinya selain ia menerima. Tapi itu tidak mungkin.

Saat ini ia berada di rumah Saka ingin membahas ulang perihal niatan laki-laki parubaya itu, dan papanya perihal perjodohan yang tidak mungkin Pian terima dan lakukan.

Pian memohon agar pembahasan ulang ini jangan di lakukan di rumah mereka. Di sana ada Shasa dan anaknya, Pian tidak ingin Shasa sakit hati, dan merasa khawatir kalau ia akan menerima perjodohan ini. Intinya, Pian akan berusaha sebisa mungkin menjelaskan ketidabisaannya untuk menerima permintaan om Saka-nya kali ini.

"Maafkan Pian, Om. Permintaan ini sangat sulit untuk Pian lakukan."Mohon Pian dengan nada memelasnya dengan pandangan yang menunduk dalam.

Saka diatas kursi rodanya terkekeh pahit mendengar penolakan halus yang di lakukan oleh Pian akan permintaannya ah bukan sebuah permintaan tapi sebuah kesepakatan yang telah di lakukan oleh ia dan Mike lima belas tahun yang lalu.

Dengan lirikkan yang super tajam, Mike menghunus anaknya dengan tatapan marahnya.

"Ini bukan sebuah permintaan, Pian. Ini adalah kewajiban kamu, sebagai seorang anak yang harus melaksanakan kesepakatan yang telah orang tua kamu lakukan dulu."geram Mike tertahan.

Pian menggeleng-gelengkan kepalanya tidak terima akan geraman papanya barusan.

"Itu tidak mungkin Pian lakukan, Pa. Pian sudah punya anak dan isteri."Ucap Pian putus asa bahkan matanya terlihat berkaca-kaca.

Pian tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Shasa apabila ia menerima perjodohan ini lebih tepatnya sebuah titah. Rangga juga apa kabar, anaknya itu sejak umur enam tahun sudah tau tentang ibu tiri yang jahat. Apa yang akan terjadi dengan anaknya juga yang sangat membenci kata ibu tiri apabila ia memiliki dua isteri walau dalam keadaan terpaksa.
Pian tidak ingin menhancurkan dua hati sekalipun bahkan tiga hati yaitu dengan hatinya, hanya ada Shasa di dalam sana.

"Hanya kamu yang Om percaya, Pian. Dengan keadaan Om yang sakit-sakitan dan cacat seperti ini, Om tidak mungkin dapat menjaga anak Om dengan baik."Ucap Saka lirih menyesali keadaannya yang cacat, dan sering sakit-sakitan sekarang. Ia tidak berdaya karena keterbatasannya yang tidak bisa berjalan.

Mendengar ucapan Saka barusan membuat Pian menjatuhkan air matanya mulus. Sedangkan Mike memandang geram kearah anaknya. Pian tau kalau papanya tengah memandang tajam kearahnya. Pian tau kalau Om sakanya duduk di kursi roda seperti itu karena dirinya. Pian tau kalau isteri om saka pergi karena tidak menerima kecacatan om saka. Pian tau hidup Om saka sulit karena telah menyelamatkan dirinya dulu. Tapi apakah Pian harus membayar semua ini dengan dirinya, dan menyerahkan dirinya pada perempaun itu, anak Om saka-nya? Itu sangat sulit Pian lakukan.

"Anak Om juga hidupnya sangat singkat. Entah apa dosanya sehingga ia di vonis dokter mengidap kanker darah tahap awal kemarin dengan penyakit asma yang mematikan, yang anak Om rasakan sedari ia kecil. Mustahil ada laki-laki lain yang bisa menerima anak Om dengan tulus kecuali kamu Pian."Lirih Saka dengan tatapan yang menerawang kali ini.

"Ibu kandungnya saja menelantarkannya dengan kejam karena penyakitannya itu."Lirih Saka lagi.

Mike merasakan sakit yang sama melihat sahabat baiknya Saka bersedih, dan terluka akan keadaan anaknya seperti ini. Mike tidak mau tau, apapun yang terjadi, Pian harus mau menerima titah dan permintaannya kali ini.

"Papa belum pernah minta apa-apa sama kamu, Pian. Permintaan pertama papa dari kamu, tolong kamu terima anak Om saka, Celia sebagai isteri keduamu. Bahagiakan'lah dia ! Kamu pasti tau kalau Celia suka sama kamu sejak dulu. Bahagiakanlah dengan pura-pura menerimanya apabila berat bagimu untuk bisa mencintainya sungguhan."Mike berucap dengan nada memelas kali ini, berharap anaknya mau menerima semua ini dengan lapang dada. Mike tidak meminta anaknya meninggalkan Shasa bahkan Mike akan memberi penjelasan panjang pada Shasa nanti agar wanita itu dengan lapang hati memberi ijin pada Pian untuk menikah lagi. Mike terlalu banyak hutang bbudi pada Saka, dan mungkin dengan cara ini ia bisa membayar semua kebaikan yang pernah laki-laki itu lakukan untuk ia dan isterinya bahkan untuk nyawa anaknya Pian dulu.

"Celia sakit, bukan? Posisi Pian disini telah memiliki seorang anak dan isteri. Celia nggak mungkin memiliki suami seperti Pian yang harus membagi waktunya untuk wanita lainnya. Kerena Celia sakit seharusnya laki-laki bebas, dan lajang lah yang akan menikah dengan Celia, Om, Pa."Ucap Pian memohon, berharap Om Saka dan papanya mengerti.

"Tidak! Om yakin kamu mampu, Pian. Om mohon. Bantu Om sekali ini, anak Om menginginkamu. Andai anak om tau dari dulu kalau kau sudah menikah, mungkin rasa yang di milikinya untukmu akan di hapusnya perlahan. Tapi sekarang? Semuanya sulit karena kamu sudah menikah sejak lama tapi tidak di ketahui oleh orang, nak."Saka melerai air matanya putus asa melihat Pian yang tidak mungkin mau menerima permintaannya.

"Tapi, Shasa akan hancur, Om, Pa. Terlebih anak Pian."lirih Pian bingung. Apa solusi yang harus ia berikan agar ia bisa menolak tanpa ada harus yang sakit akan semua ini.

"Shasa tidak akan hancur untuk kedua kalinya, aku akan dengan senang hati mengganti posisimu, Pian. Aku akan menerima Celia dengan hati tulus, dan akan membahagiakannya sekuat tenagaku."Ucap suara itu berat dengan nada yakinnya.

Seketika Pian menoleh keasal suara dengan mata yang membulat melihat laki-laki yang memiliki tubuh sebelas dua belas dengan dirinya berdiri dengan percaya diri di sana.

"Daniel."lirih Pian.

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang